dalam menjalankan pemerintahan kute sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Konflik a. PengertianKonflik
Menurut Soerjono Soekanto, konflik sosial adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan
jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan Menurut teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan
yang di tandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsur- unsurnya. Teori konflik melihat bahwa setiap elemen memberikan
sumbangan terhadap disintegrasi sosial. Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering
bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan konflik biasanya bisa diselesaikan tanpa
kekerasaan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat Fisher, 2001:4.
Dalam setiap kelompok sosial selalu ada benih-benih pertentangan antara individudan individu, kelompok dan kelompok, individu atau
kelompok dengan pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik. Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan tidak
berbentuk kekerasaan. Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya. Dalam teori hubungan masyarakat. Fisher menyebutkan bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
serta tidak adanya saling percaya dalam masyarakat yang melahirkan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Selain itu, penyebab konflik dalam masyarakat juga dapat disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Dalam teori kebutuhan manusia,
Fisher mengatakan bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau
dihargai. Hoult 1969 sebagaiman dikutip Wiradi 2000 menyebutkan bahwa konflik sebagai situasi proses interaksi antara dua atau lebih orang
atau kelompok yang masing-masing memperjuangkan kepentingannya atas objek yang sama, yaitu tanah dan benda-benda lain yang berkaitan dengan
tanah, seperti air dan perairan, tanaman, tambang dan juga udara yang berada di atas tanah yang bersangkutan.
Konflik yang terjadi dapat berupa konflik vertikal, yaitu antar pemerintah, masyarakat dan swasta, antar pemerintah pusat, pemerintah kota
dan desa serta konflik horizontal yaitu konflik antar masyarakat. Menurut teori konflik, unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat cenderung
bersifat dinamis atau seringkali mengalami perubahan. Setiap elemen- elemen yang terdapat pada masyarakat dianggap mempunyai potensi
Universitas Sumatera Utara
terhadap disintegrasi sosial. Menurut teori ini keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah karena ada tekanan atau pemaksaan kekuasaan
dari golongan yang berkuasa. Adanya perbedaan peran dan status di dalam masyarakat
menyebabkan adanya golongan penguasa dan yang dikuasi. Distribusi kekuasaan dan wewenang yang tidak merata menjadi faktor terjadinya
konflik sosial secara sistematis Ritzer, 2002:26. Dahrendrof membedakan golongan yang terlibat konflik atastiga tipe
kelompok, yaitu kelompok semu Quasi Group atau sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama atau merupakan kumpulan dari para
pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. kelompok yang kedua adalah kelompok
kepentingan. Kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas, mempunyai struktur, organisasi program, tujuan, serta anggota
yang jelas. Kelompok kepentingan ini lah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik Dahrendrof, 1959: 180.
Dari berbagai jenis kelompok kepentingan inilah muncul kelompok konflik atau kelompok yang terlibat dalam konflik kelompok aktual. Konflik
yang terjadi menyebabkan perubahan –perubahan dalam masyarakat. segera setelah kelompok konflik muncul, kelompok tersebut akan melakukan
tindakan yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam struktur sosial. Bila konflik itu hebat, perubahan yang terjadi adalah perubahan yang radikal, bila
Universitas Sumatera Utara
konflik itu disertai dengan tindakan kekerasan, akan terjadi perubahan struktur secara tiba-tiba Ritzer, 2002:156. Secara akademis, konflik tidak harus
berarti kekerasan. Konflik juga bisa berupa kompetisi untuk perebutan sumber daya alam
yang yang ketersediaanya terbatas Pratikono, dkk,2004:29. Konflik muncul ketika individu saling berhadapan dan bertentangan dengan kepentingan,
tujuandan nilai yang di pegang oleh masing-masing individu. Demikian juga halnya pada masyarakat di kemukiman ladang lemisik.Secara teoritis, konflik
yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan kedalam dua bentuk, yaitu konflik sosial vertikal dan horizontal.
Konflik sosial vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dan Negara dan dapat dikatakan konflik laten, sebab benih-benih konflik
sudah ada dan telah terpendam pada masa sebelumnya. Konflik sosial horizontal disebabkan karena konflik antar etnis, suku, golongan, agama atau
antar kelompok masyarakat yang dilatar belakangi oleh kecemburuan sosial yang memang sudah terbentuk dan eksis sejak masa kolonial. Pola konflik
dibagi kedalam tiga bentuk yaitu pertama, konflik laten sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan sehingga dapat ditangani secara efektif.
Kedua, konflik terbuka adalah konflik yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan
berbagai macam efeknya. Dan yang ketiga adalah, konflik di permukaan memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena
Universitas Sumatera Utara
kesalahpahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan komunikasi Fisher,2001:6. Untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam
masyarakat, tentu kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab suatu konfik itu dapat terjadi.
Dalam pandangan sosiologis, masyarakat itu selalu dalam perubahan dan setiap elemen dalam masyarakat selalu memberikan sumbangan bagi
terjadinya konflik. Collins mengatakan bahwa konflik berakar pada masalah individual karena akar teoritisnya lebih pada fenomenologis. Menurut Collins,
konflik sebagai fokus berdasarkan landasan yang realistik dan konflik adalah proses sentral dalam kehidupan sosial. Salah satu penyebab terjadinya konflik
adalah karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan manusia ,seperti aspek sosial, ekonomi, dan kekuasaan.
Konflik dapat juga terjadi karena adanya mobilisasi sosial yang memupuk keinginan yang sama. Menurut perspektif sosiologi Soekanto,
2002:98, konflik di dalam masyarakat terjadi karena pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan badaniah, emosi, unsur-
unsur kebudayaan, pola perilaku dengan pihak lain. Konflik atau pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebagai contoh, misalnya perbedaan
kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
Universitas Sumatera Utara
budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antar kelompok dengan individu, misalnya konflik antar kelompok.
Faktor terjadinya konflik juga dapat disebabkan karena perubahan- perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial.Tahapan Konflik Fisher, dkk menyebutkan ada beberapa alat bantu unntuk menganalisissituasi konflik, salah satunya adalah
penahapan konflik. Konflik berubah setiap saat, melalui tahap aktivitas, intensitas,ketegangan dan kekerasan yang berbeda Fisher,2001:19-20.
Tahap-tahap ini adalah: 1. Pra-Konflik
Merupakan periode dimana terdapat suatu ketidaksesuain sasaran diantara dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik.Konflik tersembunyi dari
pandangan umum, meskipun salah satu pihak atau lebih mungkin mengetahui potensi terjadi konfrontasi. Mungkin terdapat ketegangan
hubungan diantara beberapa pihak dan atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain.
2. Konfrontasi Pada saat ini konflik menjadi semakin terbuka.Jika hanya satu pihak yang
merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Krisis Ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan kekerasan terjadi
paling hebat.Dalam konflik skala besar, ini merupakan periode perang, ketika orang-orang dari kedua pihak terbunuh.Komunikasi normal
diantara dua pihak kemungkinan putus, pernyataan-pernyataan umum cenderung menuduh dan menentang pihak lainnya.
4. Akibat Kedua pihak mungkin setuju bernegosiasi dengan atau tanpa perantara.
Suatu pihak yang mempunyai otoritas atau pihak ketiga yang lebih berkuasa mungkin akan memaksa kedua pihak untuk menghentikan
pertikaian. 5. Pasca-Konflik
Akhirnya situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah
lebih normal diantara kedua pihak. Namun jika isu-isu dan masalah- masalah yang timbul karena sasran mereka saling bertentangan tidak
diatasi dengan baik, tahap ini sering kembali lagi menjadi situasi pra- konflik.
b. Pola Konflik
Pola konflik dibagi kedalam tiga bentuk; pertama, konflik latent sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat kepermukaan sehingga dapat ditangani secara
Universitas Sumatera Utara
efektif.Kedua, konflik terbuka adalah konflik yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan
berbagai macam efeknya. Ketiga, konflik dipermukaan memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai
sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan komunikasi Fisher, 2001:6. c. Dampak Konflik Sosial
Konflik sosial memiliki dampak yang bersifat positif dan negatif. Adapun dampak positif dari konflik sosial adalah sebagai berikut:
1. Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum
tuntas. 2.
Adanya konflik menimbulkan penyesuaian kembali norma-norma dan nilai- nilai yang berlaku dalam masyarakat.
3. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara angota kelompok.
4. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau
kelompok. 5.
Konflik dapat memunculkan kompromi baru. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik sosial adalah
sebagai berikut: 1. Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan
kelompok.
Universitas Sumatera Utara
2. Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa.
3. Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian. 4. Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang
.
4. Pengertian Desa Kute