tingkat Kecamatan. Yang dimaksud dengan pemerintahan resmi dibawah Kecamatan yaitu tugas melaksanakan segala urusan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh Camat baik itu formal maupun non formal dan masih terdapat pemberian tugas yang belum jelas yang berkaitan dengan
pemerintahan formalnya, sedangkan yang dimaksud dengan Mukim sebagai Lembaga Adat ditingkat Kecamatan yaitu pelaksanaan tugas dan fungsi
Mukim dalam melestarikan menjaga dan mengimplementasikannya didalam kehidupan masyarakat diwilayahnya keseluruhan tugas dan fungsi Mukim
sebagai lembaga adat sudah terlaksana dengan maksimal, Tetapi secara Pemerintahan belum mempunyai arah dan tujuan yang jelas apabila ditinjau
dari kacamata administrasi. Secara garis besar penyebab utamanya adalah penempatan kedudukan
Mukim yang belum tepat karena membuat fungsi dan tugas Mukim itu sendiri menjadi terhambat karena dibatasi dengan pemerintah kecamatan dan mampu
membuat keberadaan Mukim itu sendiri dapat menjadi hambatan nantinya bagi pemerintahan daerah.
3. Efektivitas Penyelesaian Konflik Yang di Selenggarakan Mukim
adapun tingkat efektivitas penyelesaian konflik yang menjadi tanggung jawab Imeum Mukim adalah segala urusan penyelesaian Konflik
yang berdasarkan adat dan kepentingan masyarakat sudahlah cukup maksimal. Dalam hal ini yang mejadi tanggung jawab Mukim adalah seperti konflik
antar masyarakatan yang berkaitan dengan perselisihan anatar individu
Universitas Sumatera Utara
ataupun antar kelompok, persengketaan tanah, pertikaian kecil dan masih banyak lainnya, adapun batasan masalah yang tidak dapat diselesaikan Mukim
yaitu segala hal yang berkaitan dengan tindak pidana berat karena hal ini bukan merupakan kapasitas mukim dalam menyelesaikannya dan aparat
penegak hukumlah yang memiliki peran untuk menyelesaikan hal tersebut.
4. Mekanisme Penyelesaian Konflik
Analisis dari hasil wawancara mengenai mekanisme penyelesaian konflik yaitu dengan melakukan musyawarah mufakat serta melakukan
koordinasi dengan seluruh elemen masyarakat terkait konflik tersebut dan berkoordinasi dengan instansi terkait seperti POLRI selaku penegak hukum.
Dalam hal ini acuan Imeum Mukim dalam menyelesaiakan konflik adalah penyelesaian tanpa vonis dengan berdasarkan kesepakatan dari beberapa
elemen masyarakat seperti simetuwe, tokoh pemuda, cerik pandai, alim ulama serta yang berkonflik. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang merasa dirugikan
dan dibedakan, mekanisme ini cukup efektif apabila ditinjau dari kasus-kasus yang sudah selesai ditangani oleh Mukim dan tidak terulang kembali walau
tanpa hukuman.
5. Peran Imeum Mukim Dalam Penyelesaian Konflik
Berdasarkan hasil wawancara adapun analisis yang dilakukan peneliti berkaitan dengan peran Imeum Mukim dalam penyelesaian konflik adalah
diberinya wewenang kepada Mukim untuk membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih
Universitas Sumatera Utara
mempercayai Mukim dalam urusan penyelesaian masalah. Didalam peradilan adat Mukim berperan sebagai pimpinan sidang dan panitia penyelenggara,
dalam hal penyelenggaraan peradilan adat Mukim sudah cukup maksimal mejalankan perannya sebagai tokoh yang dipercayai dan dihormati dalam
meyelesaikan konflik dan panitia penyelenggara. Peran Imeum Mukim dalam menyelesaikan konflik juga mendapat
pengakuan dari institusi yang bertanggung jawab yaitu Polri dengan diberikannya kekuasaan dan kewenangan dalam menyelesaikan konflik
berdasarkan adat terlebih dahulu demi menghargai hukum adat dan keistimewaan Aceh, serta koordinasi yang baik membuat setiap masalah dapat
terselesaikan berdasarkan peran Mukim itu sendiri.
6. Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Mukim