Tolong bapak jelaskan kedudukan Imeum Mukim dalam sistem Bagaimana peran Imeum Mukim sesuai Qanun ? Bagaimana peranan Imeum Mukim sesuai Qanun ? Bagaimana efektifitas keberadaan mukim dalam penyelesaian Konflik Pemerintah Mukim Kedudukan Imeum Mukim dalam

DRAFT WAWANCARA • Kedudukan Imeum Mukim dalam sistem pemerintahan Camat Lawe Alas.

1. Tolong bapak jelaskan kedudukan Imeum Mukim dalam sistem

pemerintahan ? 2. : Menurut Bapak apakah kedudukan Mukim sudah seperti yang diharapkan oleh lingkungan sosial? Imeum Mukim 3. apakah menurut anda posisi kedudukan Mukim yang ada saat ini sudah sesuai dengan tujuan keberadaan Mukim itu sendiri? • Peran Imeum Mukim Dalam Menyelesaikan Konflik Masyarakat Camat Lawe Alas 1. Bagaimana peran Imeum Mukim sesuai Qanun ? Sekretaris Camat Lawe Alas dan Imeum Mukim 2. Bagaimana peranan Imeum Mukim sesuai Qanun ? Ketua Majelis Adat Aceh 3. Bagaimana peranan Imeum Mukim sesuai Qanun ? • Efektifitas Keberadaan Mukim Dalam Penyelesaian Konflik Masyarakat sebagai Camat Lawe Alas

1. Bagaimana efektifitas keberadaan mukim dalam penyelesaian Konflik

Masyarakat? Universitas Sumatera Utara Imeum Mukim, Sekretaris Mukim dan Ketua Majelis Adat 2. Bagaimana efektifitas keberadaan mukim dalam penyelesaian masalah antar masyarakat? • Respon Masyarakat Tentang Keberadaan Mukim Bapak Muhidin 1. Bagaimana tanggapan bapak terhadap keberadaan Mukim tersebut ? Bapak Karimin 2. apakah bapak merasa keberadaan Mukim tersebut sebagai lembaga yang membantu masyarakat? Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.2000.Manajemen Penelititan. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Bouman. 1971. Sociologic Begrippen en Problem diterjemahkan oleh Sugito Sujitno. Yogyakarta : Yayasan Kanisius. Beratha, I Nyoman.1982. Desa Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. Fisher,dkk, 2001. Mengelola Konflik; Keterampilan Strategi untuk Bertindak, Jakarta: The British Council, Indonesia. Lombard, Denys. 2006. Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda 1607-1636. Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta. Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara. Pratikno, dkk, 2000.Mengelola dan Sumber Daya Daerah, Jakarta: Erlangga. R.Birtanto. 1968.Buku Penuntun Geografi Sosial.Yogyakarta: UP Spring. Ritzer, George, 2002.Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Press. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Soekanta, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press. Suryanto, Bagong.2005. Metode penelitian social : Berbagi Alternatif pendekatan. Jakarta : Prenada Media Sugiyono, 2008.Metode Penelitian Kualitatif dan RD. Bandung Alfabeta. Unang, Soenardjo. 1984. Tinjauan Singkat : Pemerintah Desa dan Kelurahan. Bandung : Tarsito Wirawan. 2010. “Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, Aplikasi, dan PenelitianWirawan” Jakarta : Salemba Humanika Universitas Sumatera Utara Zuriah.2006.”Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan:. Jakarta: PT.Bumi Aksara Setiawan, Hany. 2006. Institusi Informal dalam Birokrasi Pemerintah: Studi Dinamikan Interaksi Institusi Informal dan Dormal di Balai Taman Nasional Karang Lestari. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. PERATURAN PERUNDANGAN Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975 tentang perubahan UU Nomor 16 Tahun 1969 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Qanun Kabupaten Aceh Tenggara Nomor 02 Tahun 2014 tentang Imum Mukim Universitas Sumatera Utara BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Untuk mengetahui lebih jauh mengenai daerah penelitian, penulis kemudian memberikan gambaran umum daerah penelitian dimana sangat memberikan andil dalam pelaksanaan penelitian terutama pada saat pengambilan data, dalam hal ini untuk menentukan teknik pengambilan data yang digunakan terhadap suatu masalah yang diteliti. Di sisi lain pentingnya mengetahui daerah penelitian, agar dalam pengambilan data dapat memudahkan pelaksanaan penelitian dengan mengetahui situasi baik dari segi kondisi wilayah, jarak tempuh dan karakteristik masyarakat sebagai objek penelitian.

A. Sejarah dan Latar Belakang Mengenai Terbentuknya Mukim

Sejarah mencatat bahwa Mukim tersebut terbentuk seiring dengan masuknya agama Islam ke Aceh. Mukim merupakan sistem pemerintahan tersendiri yang dipimpin oleh Imeum Mukim. Karenanya, ia tidak tunduk pada kekuasaan di atasnya. Mukim mempunyai harta kekayaan serta sumber keuangan sendiri dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Pada masa kolonial Belanda keberadaan Imeum Mukim tetap diakui. Mengenai sistem Kepala Mukim ini sejak dari masa kolonial Belanda sudah adanya sistem mukim ini dan sudah menjadi salah satu kebiasaan dan mendarah daging pada masyarakat mengenai sistem ini dan masih terbawa-bawa dalam masyarakat dalam hal penyelesaian masalah yang ada, dan sempat di hentikan sistem ini namun kembali berjalan lagi. Dan dikarenakan situasi Universitas Sumatera Utara wilayah antara satu kampung dengan satu kampung yang lainnya berjauhan maka untuk mempermudah kepala desa memberi laporan dan tanggapan yang cepat maka mukimlah sebagai tempat penyampaian masalah tersebut dan didalam satu mukim terdapat ada beberapa kampung. Karena situasi dan jarak yang berjauhan dari tiap kampung yang ada, jadi Mukim ini membantu kepala desa dalam mengurus tugasnya dan mengawasinya. Sejarah dan latar belakang Mukim ini sudah ada sejak masuknya Islam ke Aceh dan dari jaman penjajahan Belanda ataupun Pemerintahan Indonesia, sudah berlaku yang dinamakan sistem pemerintahan mukim ini pada masyarakat Aceh. Mukim tetap eksis sebagai satuan pemerintahan adat dan dilaksanakan berdasrkan adat dan hukum adat. Keberadaan Imeum Mukim diakui sebagai salah satu unit pemerintahan tersendiri yang berada dibawah camat dan diatur dalam Qanun masing- masing KabupatenKota. Mukim juga membantu tugas camat dalam mengawasi setiap hal yang berkaitan dengan kecamatan karena mukim juga memiliki tugas perbantuan pada tingkat kecamatan, namun Imeum Mukim juga dapat menolak tugas yang diberikan dikarenakan Imeum Mukim merupakan sistem Pemerintahan Tersendiri dan tidak terikat namun memiliki fungsi dan peran yang berkaitan dengan tugas perbantuan tersebut , dalam hal pendanaan dalam menjalankan tugasnya mukim mendapat sumber dana dari pemerintah daerah yang didapat dari pendaparan asli daerah dan ditetapkan sesuai kebutuhan wilayah Mukim tersebut Universitas Sumatera Utara

B. Peta Wilayah

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kabupatan Aceh Tenggara C. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Untuk mengetahui lebih lanjut tentang keadaan Mukim Ladang Lemisik, maka berikut ini penulis memberikan gambaran secara singkat mengenai beberapa aspek penting untuk diketahui yaitu keadaan geografis, keadaan demografis dan keadaan pemerintahan Mukim Ladang Lemisik.

1. Keadaan Geografis

a. Letak Wilayah Mukim Ladang Lemisik menurut data Statistik Kecamatan Lawe Alas dalam Angka tahun 2015 dengan batas-batas sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Sebelah Utara : Desa Pasir Nunggul Sebelah Selatan : Kecamatan Tanoh Alas Sebelah Timur : Sungai Alas Sebelah Barat : Desa Lawe Lubang Indah b. Luas Wilayah Di dalam Kecamatan Lawe Alas terbagi 4 empat Mukim dengan keseluruhan luasnya 38742 Ha dengan sumber daya alam yang didapat dari pertanian, peternakan, dan perikanan. c. Orbitasi Orbitasi jarak dari pusat-pusat pemerintahan : 1. Jarak ke Pusat Pemerintahan Kecamatan : ± 200 M. Lama jarak tempuh ke Pusat Pemerintah Kabupaten dengan kendaraan bermotor ± 0,3 jam. 2. Jarak ke Pusat Pemerintahan Kabupaten: ± 15 Km. Lama jarak tempuh ke Pusat Pemerintah kabupaten dengan kendaraan bermotor ± 0,35 jam. 3. Jarak ke pusat pemerintahan Provinsi ± 500 km. Lama jarak tempuh ke pusat pemerintah Provinsi dengan kenderaan bermotor ± 14 jam. 2 Karakteristik Mukim Ladang Lemisik Mukim Ladang Lemisik mempunyai karakteristik masyarakatnya yang bersifat agraris dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya bercocok tanam terutama sektor pertanian dan perkebunan dengan tanaman pangan sebagai hasil utama padi, jagung dan kakao sedangkan pencaharian lain Universitas Sumatera Utara diantaranya yaitu berdagang dan berternak. Masyarakat yang berdominan adalah bersuku Alas.

D. Keadaan Demografi

Penduduk merupakan unsur terpenting bagi desa yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat Bintarto, 1983:13.Jumlah penduduk di Mukim Ladang Lemisik berjumlah 3.043 jiwa dengan 753 KK. Adapun jumlah penduduk dari bagian Mukim Ladang Lemisikmengawasi 6 enam desa yang menjadi tugas untuk memantau desa yang menjadi bagiannya pada Kute Muara Baru yang memiliki jumlah penduduk 350 jiwa yang didominasi oleh 300 perempuan dan 230 laki-laki dan apabila di hitung melalui jumlah Kepala Keluarganya Kute Muara baru memiliki 150 Kepala Keluarga. Pada Kute Pasekh Pekhmate memiliki jumlah penduduk 513 jiwa yang didominsasi oleh 285 perempuan dan 227 laki-laki dan jika dihitungkan berdasarkan jumlah Kepala Keluarga Kute Pasekh Pekhmate berjumlah 130 Kepala Keluarga. Kute Paye Monje memiliki jumlah penduduk 690 jiwa yang didominasi oleh 370 perempuan dan 320 laki-laki dan apabila dilihat dari jumlah Kepala Keluarganya maka Kute Paye Monje berjumlah 165 Kepala Keluarga. Kute Rumah Kampung memiliki jumlah penduduk sebanyak 390 jiwa yang didominasi oleh 210 perempuan dan 180 laki-laki yang terdiri dari 91 Kepala Keluarga. Desa Pasekh Nunang memiliki penduduk sebanyak 500 jiwa yang terdiri dari 280 perempuan dan 220 lai- laki dan memiliki jumlah Kepala Keluarga sebanyak 121 Kepala Keluarga. Dan yang Universitas Sumatera Utara terakhir yaitu Kute Deleng Kukusen yaitu memiliki jumlah penduduk sebanyak 420 jiwa terdiri dari 225 perempuan dan 195 laki-laki dan jumlak Kepala Keluarga yang berada di kute ini yaitu 96 Kepala Keluarga Penduduk Mukim Ladang Lemisik mayoritas memeluk agama Islam yaitu 100 3.043 jiwaCorak kehidupan masyarakat di Mukim Ladang Lemisik didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat dan terun temurun dari kebiasaan adat istiadat yang ada dari terdahulunya. Masyarakat merupakan suatu “gemeinschaft” yang memiliki unsur gotong royong yang kuat.Hal ini dapat dimengerti karena penduduk desa merupakan “face to face group” dimana mereka saling mengenal betul seolah-olah mengenal diri sendiri” Wasistiono,2006:11. Penganut agama yang ada di Mukim Ladang Lemisik yaitu 100 masyarakat menganut agama Islam sehingga basis agama Islam sangat kental di tengah masyarakat. Karena kuatnya agama Islam dalam masyarakat, maka acara adat pun masih dikait-kaitkan dengan ajaran agama Islam, sehingga tidak mengherankan jika setiap hari Jumat masyarakat mengadakan wirid sekecamatan Lawe Alas dengan berpindah dari desa yang satu kedesa yang lain.Selain itu tidak heran bila hampir setiap desa memiliki Menasah Mussolah dan Masjid sebagai tempat untuk beribadah. Karena Aceh terkenal akan Serambi Mekkah sehingga jarang terdapat adanya agama lain selain Islam untuk menetap di Mukim Ladang Lemisik . Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Mukim Ladang Lemisisk beraneka ragam, dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar bekerja sebagai petaniburuh tani, dan hanya sebagian kecil menekuni bidang swasta dan Pegawai Universitas Sumatera Utara Negeri Sipil.Hal ini dikarenakan Mukim Ladang Lemisik merupakan perdesaan yang bersifat agraris, dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah bercocok tanam terutama sektor pertanian dan perkebunan dengan tanaman pangan hasil utama padi, jagung dan kakao.Sedangkan pencaharian lainnya diantaranya yaitu perdagangan.Maka pencaharian penduduk secara umum dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Mata Pencaharian Utama Kepala Keluarga Di Mukim Ladang Lemisik Mata Pencaharian Jumlah KK PetaniPekebun PNS Pedagang Lainnya 485 54 85 129 Total 753 Sumber : Data Statistik Mukim Ladang Lemisik

E. Gambaran Umum Mukim Ladang Lemisik

Visi dan Misi Kepala Mukim Ladang Lemisik : 1. Visi Mewujudkan pelayanan Masyarakat yang berlandaskan kebersamaan dan gotong-royong dalam menjalankan kewajiban. 2. Misi a. Menciptakan Mukim yang bermasyarakat dan tanggap dalam setiap hal. b. Menyatukan setiap lapisan masyarakat dalam kehidupan adat dan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap adat dan budaya. Universitas Sumatera Utara c. Mengawasi secara maksimal dalam menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang menjadi sumber kehidupan. d. Meningkatkan pelayanan kerja dalam mukim dan jajarannya. Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 3 dan 4 tahun 2003 pasal 1 ayat 3 Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Acehyang terdiri atas gabungan beberapa Kute yangmempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekakyaan sendiri, berkedudukanlangsung dibawah camat atau nama lain yang dipimpin oleh Mukim atau namalain. Karena adanya situasi wilayah antara satu Kute dengan Kute yang lainnya memiliki jarak yang berjauhan untuk dapat melaporkan masalah yang didapat maka dengan adanya Kepala Mukim merupakan sebagai wadah penyampaian tiap kejadian atau perkara yang di dapat dari tiap desa, dengan begitu untuk memudahkan kepala desa dapat menyampaikan dari tiap keluhan dan kejadian yang ada, karena jarak yang berjauhan maka mukim yang mengawasi dan membantu tugas dari camat itu sendiri.

1. Pemerintah Mukim

Pemerintahan Mukim dalam peraturan Perundang-Undangan UU dan QanunPerda, maka keberadaan Kepala Mukim mendapat pengakuan dan pengukuhannya dalam hukum positif Indonesia.Dengan demikian, keberadaannya tidak saja hanya diakui dalam tataran sosial budaya masyarakat Aceh, tetapi juga telah diadopsi kedalam tataran juridis formal sehingga keberlakuan dan penegakan hukumnya telah mendapat dukungan kuat dari institusi resmi negara dan pemerintahan. Universitas Sumatera Utara Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Kabupaten Aceh Tenggara yang terdiri atas gabungan beberapa kampung yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah camat yang dipimpin oleh Kepala Mukim.

2. Struktur Pemerintahan Mukim

Organisasi Mukim merupakan lembaga yang yang terstruktur dalam pemerintahannya, sehingga memudahkan dalam menjalan roda pemerintahan. Di bawah ini merupakan struktur Organisasi Mukim : Imeum Mukim Majlis Musyawarah Majelis Adat Mukim Tuha Peuet Mukim Seksi Keistimewaan Seksi Pemerintahan Sekretaris Mukim Kaur Pemeberdayaan Perempuan Imeum Chiek Seksi Tata Usaha Seksi Perekonomian dan Pembangunan KEPDES KEPDES KEPDES Universitas Sumatera Utara Sumber : Biro Pemerintah Sekretariat Provinsi Aceh 2004:40 Gambar 3.2Struktur Organisasi Kepala Mukim Kepala Mukim mempunyai kedudukkan wewenang dan fungsi dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yaitu : 1. Mukim mempunyai kewenangan : a. Melindungi adat dan adat istiadat, membina dan meningkatkan kualitas pelaksanaan Syari’at Islam; b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan kampung; c. Melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh Camat; d. Di bidang pertanahan dapat menjadi saksi dalam proses perbuatan hukum pemindahanperalihan hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun yang dilakukan oleh danatau dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang, sepanjang memenuhi syarat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Terlibat dalam proses perencanaan dan pengembangan kawasan kampung dalam wilayah kemukiman yang dilakukan oleh pemerintah atau pihak ketiga; f. Melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah Aceh danatau Pemerintah Kabupaten melalui Camat; Universitas Sumatera Utara g. Wewenang yang dilimpahkan oleh camat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c meliputi pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; h. Tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf f disertai dengan pembiayaan, saranaprasarana serta personalia yang melaksanakan. i. Mukim berhak menolak pelaksanaan tugas pembantuan yang tidak disertai dengan pembiayaan, saranaprasarana serta personalia yang melaksanakan. 2. Fungsi Mukim adalah: a. Penyelenggaraan pemerintahan baik berdasarkan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan urusan tugas pembantuan serta segala urusan pemerintahan lainnya; b. Pelaksanaan pembangunan baik pembangunan ekonomi, pembangunan fisik maupun pembangunan mental spritual; c. Pembinaan kemasyarakatan di bidang pelaksanaan Syari’at Islam, pendidikan, peradatan, sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. Peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat; e. Penyelesaian dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal adanya persengketaan-persengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat. Selain itu Kepala Mukim mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Mukim kepada camat setiap bulan dengan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban, serta Universitas Sumatera Utara menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Sekretaris Mukim, mempunyai tugas : a. Melakukan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh unsur teknis dan wilayah. b. Melaksanakan pembinaan dan pelayanan teknis administrasi pemerintah mukim dan kemasyarakatan . c. Melaksanakan urusan keuangan, perlengkapan, rumah tangga Mukim, surat menyurat dan kearsipan . d. Mengumpulkan, mengevaluasi dan merumuskan data dan program untuk pembinaan dan pelayanan masyarakat . e. Menyusun laporan Pemerintah Mukim dari tiap desa. f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Mukim. Unsur teknis berada di bawah Kepala Mukim dan bertanggungjawab kepada Kepala Mukim, unsur teknis terdiri dari : 1. Seksi Tata Usaha a. Mengkoordinasi tugas-tugas yang di berikan oleh kepala mukim b. Mengelola dan mempertanggung jawabkan pengeluaran rumah tangga c. Mengelola surat-surat yang masuk dan keluar d. Menginventarisasi semua perlengkapan yang ada Universitas Sumatera Utara e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Mukim. 2. Seksi Pemerintahan Seksi Pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan umum di Mukim yang meliputi pembinaan Pemerintahan dan Administrasi Mukim dan kampung, lembaga kampung, pertahanan, kependudukan dan pembinaan pengelolaan anggaran pendapatan kampung dan mukim serta pembinaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum dilingkungan kecamatan. 3. Seksi Keistimewaan Seksi keistimewaan Aceh mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengkoordinasian pengembangan sarana dan prasarana peribadatan, Majelis Permusyawaratan Ulama MPU, Badan Amal Zakat Infak dan Sedekah BAZIS, Majelis Adat Aceh MAA, Majelis Pendidikan Daerah MPD dan pembinaan dan penyelenggaraan hari-hari besar Islam serta pembinaan kebudayaan di Kecamatan 4. Seksi Pemegang Kas Pemegang Kas mempunyai tugas: a. Membantu Sekretaris Mukim dalam hal keuangan . b. Mengadakan pembukuan keuanganMukim , menerima dan mengeluarkan kas disertai dengan bukti – bukti kwitansi yang disetujui oleh Kepala Mukim. c. Melaporkan keadaan kas Mukim. d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan atau Kepala Mukim. Universitas Sumatera Utara 5. Seksi Ekonomi dan Pembangunan. Urusan Ekonomi dan Pembangunan, dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi : a. Melaksanakan koordinasi, pelayanan, penyuluhan dan pembinaan bidang ekonomi, pembangunan, pertanian, pekerjaan umum. b. Menyusun dan membuat laporan bidang ekonomi pembangunan dan melaporkan kepada Kepala Mukim . c. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Mukim Universitas Sumatera Utara BAB IV PENYAJIAN DATA

A. Identitas Informan

Dalam penulisan ini yang menjadi responden adalah pihak-pihak yang menduduki jabatan dalam Pemerintahan Kecamatan Lawe Alas, Pemerintahan Kepala Mukim, dan informan tambahan. Wawancara yang dilakukan kepada orang yang paham mengenai judul penulis yang terkait untuk dijadikan data primer dalam penulisan ini sebanyak lima orang yang akan diwawancarai. Dalam hal ini penulis merumuskan identitas informan kedalam empat bagian yang masing-masing adalah sebagai berikut: a Identitas informan berdasarkan jenis kelamin adapun informen yang akan diwawancara berdasarkan jenis kelaminya yaitu keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki. a Identitas informan berdasarkan usia Disini dapat dilihat bagaimana variasi tingkat usia informan di Mukim Ladang Lemisik kecamatan Lawe Alas Kabupaten Aceh Tenggara, dimana penulis mengelompokkannya kedalam dua bagian dengan rentang usia antara usia 31-40 tahun sebanyak 3 tiga orang,usia 41-50 tahun sebanyak 10 orang. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa informan yang memiliki rentang usia lebih dari 50 tahun yang termasuk kedalam golongan orangtua paling banyak mendominasi karena lebih memahami bagaimana peranan yang dilakukan Kepala Mukim terhadap jabatan yang dimiliki dan dianggap lebih memiliki banyak pengetahuan mengenai adat istiadat sertayang dituakandalam pemahaman permasalahan maupun hal yang lainnya. b Identitas Informan berdasarkan Jabatan Dalam penulisan ini, penulismengidentifikasi identitas informan melalui jabatan dalam Pemerintahan Kecamatan, Kepala Mukim, Majelis Adat Aceh.Hasil yang diperoleh tampak pada tabel berikut: Tabel 4.1 Identitas Informan berdasarkan Jabatan No. Nama Jabatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Hayadun, SP Safriadi, SH Satumin, S.Hi Rasidin M. Tahir Ust. Fathoni Drs. Ali Surahman S,Sos Muhidin Karimin Sahid Camat Lawe Alas Sekretaris Camat Kepala Mukim Sekretaris Mukim Kasek MAA Aceh Tenggara SimetuweTokoh Agama Simetuwe Masyarakat Masyarakat Masyarakat Sistem Pemerintahan Mukim selain memiliki hubungan dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan pemerintah kampung sesuai dengan tugas, Universitas Sumatera Utara wewenang dan fungsinya, juga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Kepala Desa dan masyarakat. Sebagai suatu lembaga yang mengawasi tujuh desa, Mukim juga bertanggungjawab terhadap apa saja yang terjadi di salah satu desa dan sebagai pihak yang mengatasi permasalahan terlebih awal dan menyelesaikan perkara sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pengawasan tentang kebiasaan adat istiadat sesuai dengan dasar hukum Qanun Nomor 9 Tahun 2009. Mukim memiliki peranan yang sangat berpengaruh dalam menyelesaikan masalah antar desa yang ada dalam suatu kemukiman yang memiliki sengketa perkara tanah, perselisihan adat istiadat, pertikaian di kampung, selisih antara warga yang semua perkara dilaporkan kepada Kepala Mukim dan diselesaikan secara adat istiadat oleh Mukim dan selama perkara tersebut tidak dapat diselesaikan oleh Mukim maka perkara tersebut akan ditindak lanjuti oleh Musyawarah Pimpinan Kecamatan MUSPIKA selama permasalahan itu tidak dapat tergolong ke pidana maka masih tetap di atasi oleh pemerintahan camat dan bawahannya. Mukim juga sebagai perantara penyampaian kepada camat untuk memberikan laporan perbulannya kepada camat. Pemerintahan Mukim sangat erat hubungannya dengan pemerintah camat karena memiliki tugas untuk membantu camat dalam pelaksanaan tugasnya yaitu melakukan pembinaan terhadap masyarakat, melaksanakan kegiatan adat istiadat, menyelesaikan sengketa, membantu penyeleggaraan pemerintah dan membantu pelaksanaan pembangunan dan hasilnya akan disampaikan ke pemerintahan camat dalam hasil kerja berbentuk laporan yang diberi tiap bulan. Hal ini jug dianggap sangat membantu meringankan beban kecamatan dan dapat bekerja secara maksimal. Universitas Sumatera Utara Untuk melaksanakan tugasnya dan tanggungjawab tersebut.Kepala Mukim berkoordinasi dengan semua elemen yang menjadi bagian dari Mukim Ladang Lemisik. Dengan melakukan observasi untuk mengumpulkan data, penulis juga melakukan wawancara di Mukim Ladang Lemisik selama enam hari serta melakukan wawancara dengan informan camat, sekretaris camat, simetuwe, informan utama Kepala Mukim dan sekretaris mukim yang menjadi objek penulisan ini, serta tambahan kepada Majelis Adat Aceh dan masayarakat kemukiman. Adapun tahapan dalam proses wawancara adalah sebagai berikut: a Pengumpulan dokumen tertulis tentang lokasi yang akan diteliti. Dalam hal ini Mukim Ladang Lemisik, Kecamatan Lawe Alas, KabupatenAceh Tenggara. b Melakukan wawancara dengan informan yang tentunya memiliki wawasan tentang masalah yang diteliti. Dalam hal ini, yang menjadi informan adalah camat, seketaris camat dan simetuwe, informan utama Kepala Mukim, sekretaris mukim dan informan tambahan Majelis Adat Aceh serta masyarakat. c Tipe wawancara yang digunakan penulis adalah terstruktur dimana sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu menyusun daftar pertanyaan yang berhubungan dengan judul atau masalah yang akan diteliti. Namun dalam prosesnya sendiri, penulis tidak menutup kemungkinan munculnya pertanyaan baru sehingga dapat menggali lebih dalam. Universitas Sumatera Utara

B. Hasil Wawancara

Adapun hasil wawancara yang diperoleh dari informen yaitu:

1. Kedudukan Imeum Mukim dalam sistem pemerintahan

Kedudukan Mukim didalam sistem pemerintahan menunjukkan ruang lingkup yang menjadi kewenangannya dalam menjalankan pemerintahan Mukim peneliti mengajukan pertanyaan kepada informen yaitu bapak Camat Lawe Alas dengan pertanyaan yaitu:Tolong bapak jelaskan kedudukan Imeum Mukim dalam sistem pemerintahan ? Hasil wawancara yang diperoleh: “menurut yang saya ketahui mukim itu berkedudukan dibawah kecamatan dan membawahi beberapa Kute hal ini sesuai dengan qanun aceh yang menjelaskan kedudukan mukim dan memimpin langsung pemerintahan adat di wilayah kemukimannya dengan regulasi tugas dan fungsi yang berlandaskan adat. Secara lembaga adat mukim berkedudukan dibawah MAA tapi kalau di pemerintahan seperti yang saya jelaskan taadi”. Untuk memperdalam mengenai kedudukan Mukim peneliti mengajukan pertanyaan kepada bapak Camat yaitu: Menurut Bapakapakah kedudukan Mukim sudah seperti yang diharapkan oleh lingkungan sosial? Hasil wawancara yang diperoleh dari Camat Lawe Alas yaitu: “menurut saya kedudukan mukim yang ada saat ini sudah berdasarkan harapan dan tujuan sosial walaupun belum semaksimal mungkin yang ada didaerah kecamatan lawe alas ini sudah cukuplah, dilihat dari kedudukannya yang berada dibawah kecamatan jadi aspirasi masyarakat lebih cepat diserap Universitas Sumatera Utara serta pelaksanaan perannya yang cukup maksimal berdasarkan qanun yang ada demi menjaga ruang lingkup perannya supaya nggak keluar dari zona tersebut, tetapi apabila ditinjau dari segi politik pemerintahan formal yang umum memang penempatannya kurang tepat karena tidak efektif keberadaannya”. Adapun pertanyaan yang ditanyakan kepada bapak Camat untuk mengetahui hubungannya pertanyaan yang diajukan yaitu:Tolong Bapak jelaskan bagaimana hubungan pemerintahan kecamatan dan mukim, seperti yang kita ketahui bahwa pembagian tugas dan fungsi mukim diberikan oleh camat ? Hasil Wawancara dengan Bapak Camat yaitu: “dalam menjalankan tugas dan fungsinya hubungan antara mukim dan kecamatan itu cukup baik dan saling bersinergi dan berkesinambungan baik secara mekanisme dan prosedur yang ada, hal ini jelas ditunjukkan dengan pemberian tugas dan fungsi kepada mukim sebagai perbantuan ditingkat kecamatan setiap hal yang menjadi tugas dan fungsi mukim tidak lagi dilaksanakan oleh tingkat kecamatan agar terjaganya sistem dan mekanisme yang ada namun saya tetap mengevaluasi hal tersebut agar tidak terjadi hal yang bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan”. Mukim berkedudukan langsung dibawah kecamatan akan tetapi secara politis penempatan tersebut menyimpang dari pemerintahan formal dan menjadikan Mukim Instansi yang terbatas maka untuk mengetahui mengenai kebenaran tersebut dilakukan wawancara kepada Imeum Mukim dengan mengajukan pertanyaan yaitu: apakah menurut anda posisi kedudukan Mukim yang ada saat ini sudah sesuai dengan tujuan keberadaan Mukim itu sendiri? Hasil wawancara yang dieroleh dari bapak Mukim yaitu: Universitas Sumatera Utara “menurut saya secara fungsi kelembagaan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang merupakan tujuan utama adanya mukim sebagai lembaga adat yang berkedudukan di sistem pemerintahan yang paling bawah di tingkat kecamatan, tapi kalau tugasnya secara pemerintahan resmi belum jelas karena masih dapat bersinggungan dengan tugas pokok dan fungsi camat dan berujung menjadi kacaunya sistem pemerintahan itu sebabnya masih terbatas.”

2. Peran Imeum Mukim Dalam Menyelesaikan Konflik Masyarakat