Pembuatan Pati Sitrat E. Fard dan G.Marton Pembuatan Tablet

20 dikupas, dicuci bersih, ditimbang dan diparut menggunakan parutan Stainless steel. Hasil parutan singkong ditambahkan air suling sampai menjadi seperti bubur. Lalu diperas dengan menggunakan kain blacu berwarna putih dan bersih. Filtrat diendapkan lebih kurang selama 24 jam, lalu cairan atas dibuang dan dilakukan pencucian dengan cara menambahkan air suling secara berulang-ulang sampai diperoleh pati yang putih. Pati dikeringkan dibawah sinar matahari. Massa lembab dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40-50 o selama lebih kurang 72 jam, sehingga diperoleh pati singkong yang kering.

3.6 Pembuatan Pati Sitrat E. Fard dan G.Marton

Asam sitrat sebanyak 200 g dicampurkan dengan 100 g pati singkong kemudian ditambahkan air secukupnya ± 5 ml dan dicampur hingga campuran lembab. Sampel ditempatkan dalam oven kedap udara untuk dehidrasi pada suhu 60 o selama 24 jam. Dengan cara ini semua uap air yang ada pada permukaan telah dihilangkan dan partikel pati disalutkan dengan asam sitrat. Suhu oven disesuaikan pada 135-160 o C dan campuran akan bereaksi dengan perubahan waktu. Bahan yang dihasilkan diaduk didalam air selama 10 menit kemudian disaring, dicuci dan dikeringkan selama 12 jam. 3.7 Pemeriksaan Karakteristik Pati 3.7.1 Distribusi ukuran partikel Distribusi ukuran partikel dari pati sitrat dapat ditentukan dengan pengayakan. Dengan menggunakan ayakan mesh 40, 60 dan 100. Dimana pati singkong alami dan pati sitrat diayak dengan ayakan mesh 40, 60 dan 100 Voight, 1994. Universitas Sumatera Utara 21

3.7.2 Daya pengembangan Swelling Index

Pati sitrat sebanyak 200 mg dimasukkan kedalam gelas ukur yang masing- masing berisi 10 ml aquadest dan parafin cair. Campuran tersebut diaduk dan didiamkan selama 12 jam. Volume sedimen dalam tabung reaksi tersebut dicatat. Indeks swelling dapat dihitung sebagai berikut: Keterangan: S.I = swelling index Chowdary dan Veeraraiah, 2011.

3.7.3 Kelarutan

Kelarutan pati sitrat diukur di dalam air dan pelarut organik seperti alkohol. Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah kelarutan relatif pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Istilah kelarutan No Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1. Sangat mudah larut Kurang dari 1 2. Mudah larut 1-10 3. Larut 10-30 4. Agak sukar larut 30-100 5. Sukar larut 100-1000 6. Sangat sukar larut 1000-10000 7. Praktis tidak larut Lebih dari 10000 Uji kelarutan dilakukan dengan cara melarutkan 1 gram pati singkong atau pati sitrat dalam sejumlah air tertentu Anief, 2007.

3.7.4 Bobot jenis

Pati sitrat dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan dilihat volume awal lalu gelas ukur di tap sebanyak 15 kali setelah itu dilihat volumenya. Pati ditimbang lalu berat jenis dihitung dengan rumus: S.I 100 Universitas Sumatera Utara 22 Bobot jenis = 100 2 1 2 x BJ BJ BJ  Keterangan: BJ1 = Berat jenis awal sebelum di tap BJ2 = Berat jenis akhir setelah di tap

3.7.5 Uji mikroskopik

Pati diletakkan di atas object glass lalu ditambahkan 2 tetes akuades. Lalu diamati bentuk hillus, lamela dari pati singkong di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x40.

3.7.6 Uji FTIR Fourier Transform Infrared Spectroscopy

Pengukuran pada spektrum infrared dilakukan pada daerah cahaya infrared tengah mid-infrared yaitu pada panjang gelombang 4000-200 cm -1 . Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorpsi sinar infrared sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi Dachriyanus, 2004. Spektrum infrared tercatat di wilayah spektral seperti yang dinyatakan Khopkar 2008, pada Tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Penafsiran spektrum Inframerah No Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi 1. 3600-2400 cm -1 COOH 2. 3500-3200 cm -1 OH 3. 3500-3100 cm -1 NH 2 4 3150-3050 cm -1 =C-H 6 2950-2875 cm -1 −CH Alifatis 7. 2750 cm -1 O=C−H 8. 2250-2100 cm -1 C≡C 9 2250 cm -1 C≡N 10. 1900-1650 cm -1 C=O 11. 1600-1500 cm -1 C=C 12. 1550-1350 cm -1 N=O 13. 1450 cm -1 CH 2 14. 1375 cm -1 CH 3 15. 1350 −1050 cm -1 S=O 16. 1300 −1000 cm -1 C−O Universitas Sumatera Utara 23

3.8 Pembuatan Tablet

Sediaan tablet Isoniazid dibuat menggunakan pati sitrat sebagai pengembang dengan berbagai konsentrasi 4, 5, 6 dan sebagai pembanding digunakan pati singkong dengan konsentrasi yang sama dan bobot tablet 400 mg dengan dosis isoniazid 300 mg tiap tabletnya seperti yang tertera pada Tabel 3.3 Formula: R Isoniazid 300 mg Pati sitrat bervariasi Mg stearat 1 Talkum 1 Musilago amili 10 30 Laktosa ad q.s m.f. tab. dtd. No C Tabel 3.3 Formula tablet isoniazid Komposisi bv Formulasi F1 F2 F3 F4 F5 F6 Isoniazid g 30 30 30 30 30 30 Pati Sitrat g 1,6 2 2,4 - - - Pati singkong alami g - - - 1,6 2 2,4 Musilago amili g 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 Laktosa g 6,4 6 5,6 6,4 6 5,6 Mg. Stearat g 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 Talkum g 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 Jumlah 40 40 40 40 40 40 Keterangan: F1: Formula tablet dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2: Formula tablet dengan konsentrasi pati sitrat 5 F3: Formula tablet dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4: Formula tablet dengan konsentrasi pati singkong alami 4 F5: Formula tablet dengan konsentrasi pati singkong alami 5 F6: Formula tablet dengan konsentrasi pati singkong alami 6 Universitas Sumatera Utara 24 Tablet dibuat dengan metode granulasi basah, isoniazid, laktosa, dan amilum manihot sebagai pengembang dalam, dicampur seluruhnya lalu digerus. Tambahkan mucilago dari pati singkong sedikit demi sedikit sampai diperoleh massa lembab yang dapat dikepal, lalu sisa pengikat ditimbang. Massa lembab dilewatkan ke ayakan 12 mesh untuk memperoleh granul. Granul yang terbentuk dikeringkan pada temperatur 60º C selama 4 - 6 jam. Granul kering kemudian dilewatkan pada ayakan mesh 14 lalu dicampur dengan pengembang luar, magnesium stearat dan talkum, lalu diaduk sampai homogen.

3.9 Uji Preformulasi