Isolasi Pati Singkong Keragaman Bobot

31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi Pati Singkong

Dari 5000 gram umbi singkong diperoleh pati sebanyak 670 gram. Sehingga rendemen pati singkong 13,4 Lampiran 4. Pati singkong yang diperoleh berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Butir pati singkong berbentuk agak bulat atau bersegi banyak, lamelanya tidak jelas dan hilus berada ditengah berupa titik Ditjen, POM., 1979. 4.2 Pati Sitrat 4.2.1 Distribusi ukuran partikel Ukuran partikel pati singkong alami dan pati sitrat diperoleh dari pengayakan dengan ayakan bertingkat yaitu mesh 40, 60 dan 100. Sehingga didapatkan masing-masing berat dari ukuran partikel mesh 40, 60 dan 100. Hasil data ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data ukuran partikel pati singkong alami dan pati sitrat Ayakan Pati Singkong Alami Pati Sitrat Mesh 40 74,4 57,53 Mesh 60 16,74 33,30 Mesh 100 8,86 9,170 Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pati singkong lebih banyak melewati ayakan mesh 40 74,4 dari pada pati sitrat 57,53. Pada distribusi ukuran partikelnya menggunakan ayakan mesh 60 dan 100 pati singkong melewati ayakan sebanyak 16,74 dan 8,86 sedangkan pati sitrat 33,30 dan 9,17 yaitu lebih bnyak dari pada pati singkong. Hal ini menunjukkan distribusi ukuran partikel pati singkong lebih sempit dibandingkan dengan pati sitrat. Universitas Sumatera Utara 32 Gambar 4. 1 Persentase distribusi ukuran partikel pati sitrat.

4.2.2 Daya pengembang

Kenaikan volume atau pengembang pati sitrat adalah: TSP Volume Endapan dalam Parafin : 0,7 ml TSA Volume Endapan dalam Air : 2,1 ml Daya pengembang = 2,1- 0,7 0,7 x 100 = 200 Berdasarkan perhitungan di atas didapat bahwa daya pengembang pati sitrat sebesar 200. Menurut Leach dan Cowenn 2001, persyaratan pati dikatakan sebagai pengembang yang baik apabila memiliki daya pengembang sampai 200.

4.2.3 Kelarutan

Data hasil uji kelarutan dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Data kelarutan pati singkong dan pati sitrat Pati Pelarut Air Alkohol Pati sitrat Praktis tidak larut Praktis tidak larut Pati singkong Praktis tidak larut Praktis tidak larut 10 20 30 40 50 60 70 80 40 60 100 Ayakan Mesh Pati Singkong Alami Pati Sitrat Universitas Sumatera Utara 33 Berdasarkan data dari Tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa pati singkong dan pati sitrat praktis tidak larut dalam air atau alkohol. Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi bahan-bahan dalam larutan dan komposisi pelarutnya Vogel, 1979.

4.2.4 Bobot jenis Berat seluruh pati sitrat 32 gram. Bobot jenis pati sitrat awal sebelum ditap

adalah 0,790 gml, sedangkan bobot jenis akhir pati sitrat setelah ditap adalah 0,927 gml. Bobot jenis = 100 927 , 790 , 927 , x  = 14,83 Berdasarkan perhitungan di atas didapat bahwa berat jenis pati sitrat sebesar 14,83. Menurut Aulton 1988, pati yang memiliki nilai bobot jenis kurang dari 18 biasanya memberikan sifat alir yang baik.

4.2.5 Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan untuk mengetahui bentuk hilus dan lamela amilum di bawah mikroskop perbesaran 10x40. Hasil Mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada uji mikroskopik, pati singkong memiliki bentuk bulat dan bersegi banyak, berbentuk topi baja, lamella tidak jelas dan memiliki hillus berupa titik yang terletak ditengah Ditjen, POM, 1979. Pati sitrat memiliki bentuk yang sama dengan amilum singkong, tidak memilki lamela dan letak hilus yang sama hanya saja hilus amilum sitrat berbentuk seperti kristal. Universitas Sumatera Utara 34 i ii Gambar 4.2 Mikroskopik pati: i pati singkong alami, ii pati sitrat

4.2.6 Uji FTIR Fourier Transform Infrared Spectroscopy

Uji FTIR ini dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi dari suatu senyawa pada bilangan gelombang yang sudah ditentukan. Hasil uji Asam sitrat dengan menggunakan FT-IR dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Spektrum inframerah asam sitrat Universitas Sumatera Utara 35 Hasil uji pati singkong dengan menggunakan FT-IR dapat dilihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Spektrum inframerah pati singkong Gambar 4.5 Spektrum inframerah pati sitrat Universitas Sumatera Utara 36 Jika spektrum inframerah asam sitrat pada Gambar 3.3 dibandingkan dengan spektrum inframerah dari pati sitrat pada Gambar 3.5 diatas dapat dilihat bahwa ada perbedaan pada bilangan gelombang 3591,46 cm -1 menujukkan adanya gugus –OH, pada bilangan gelombang 2989.66–2877.79 cm -1 menunjukkan gugus –CH Alifatis dan yang paling spesifik dari FTIR pati sitrat ini adalah pada bilangan gelombang 1762.94 cm -1 terdapat adanya gugus C=O. Menurut Pavia, et al., 1979, gugus karbonil C=O berada pada bilangan gelombang 1725 – 1700 cm -1 . Dari hasil FTIR tersebut menunjukan sudah terjadi reaksi antara asam sitrat dengan pati singkong.

4.3 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul

Sebelum massa granul dicetak menjadi tablet umumnya harus melalui serangkaian uji preformulasi. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui kelayakan pencetakan suatu tablet. Pada Tabel 4.3 berikut ini adalah tabel hasil uji preformulasi berbagai formula yang dibuat. Tabel 4.3 Data uji preformulasi massa granul formula tablet Formula Waktu Alir detik Sudut diam o Indeks Tap F1 1,92 34,55 10 F2 1,91 33,97 8 F3 1,81 33,88 10 F4 1,95 33,58 6,8 F5 1,91 33,33 8,4 F6 1,95 33,08 7,2 Persyaratan 10 detik 20 o θ 40 o I ≤ 20 Keterangan: F1 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5 F3 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4 F5 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6 Universitas Sumatera Utara 37

4.3.1 Uji waktu alir

Berdasarkan hasil uji waktu alir Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa waktu alir granul dengan bahan pengembang pada F1 sebesar 1,92 detik, F2 sebesar 1,91 detik, F3 sebesar 1,81 detik, F4 sebesar 1,95, F5 sebesar 1,91 detik dan F6 sebesar 1,95 detik. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semua data memenuhi persyaratan. Sifat alir dari setiap formula sangat baik, sehingga tidak mengalami kesulitan pada waktu pencetakan tablet. Menurut Cartensen 1977, waktu yang diperlukan dalam uji waktu alir tidak lebih dari 10 detik, karena jika tidak akan dijumpai kesulitan pada keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan pelicin. Gambar 4.6 Waktu alir massa granul dengan persentase bahan pengembang yang berbeda

4.3.2 Uji sudut diam

Berdasarkan hasil uji preformulasi sudut diam Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa uji preformulasi sudut diam F1 –F3 semakin menurun yaitu 34,55 o - 33,88 o , begitu juga pada F4-F6 yaitu 33,58 o -33,08 o . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pati sitrat dan pati singkong akan membentuk sudut diam yang 1.7 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95 2 F1 F2 F3 F4 F5 F6 D e ti k Formulasi tablet isoniazid 1.92 1.91 1.81 1.95 1.91 1.95 Universitas Sumatera Utara 38 semakin kecil, sehingga meningkatkan kelinciran dan mengakibatkan sudut diamnya menjadi kecil. Menurut Cartensen 1977, granul yang memiliki sifat free flowing mempunyai sudut diam yang lebih kecil dari 40 o . Gambar 4.7 Sudut diam massa granul dengan presentase bahan pengembang yang berbeda

4.3.3 Indeks tap

Berdasarkan hasil uji preformulasi indeks tap tabel 4.3, dapat dilihat bahwa F1 memiliki indeks tap sebesar 10; F2 sebesar 8; F3 sebesar 10; F4 sebesar 6,8; F5 sebesar 8,4 dan F6 sebesar 7,2. Hasil uji preformulasi indeks tap ini menunjukkan hasil yang bervariasi dari tiap-tiap formula, namun semuanya masih berada dalam batas persyaratan uji performulasi indeks tap. Menurut Guyot 1978, granul yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks tap ≤ 20. Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal gambaran awal terhadap kelayakan cetak dari massa granul menjadi tablet. Hal ini menujukkan daya tahan granul terhadap daya kompresi yang diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah persentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih baik dari sifat fisis massa granul yang akan di formulasikan ke dalam bentuk tablet. 32 32.5 33 33.5 34 34.5 35 F1 F2 F3 F4 F5 F6 o Formula tablet isoniazid 33.38 33.97 34.55 33.08 33.30 33.58 Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.8 Indeks tap massa granul dengan presentase bahan pengembang yang berbeda

4.4 Hasil Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet isoniazid yang dilakukan adalah uji kekerasan tablet, waktu hancur, keragaman bobot, penetapan kadar dan uji disolusi tablet. Menurut Ansel 1989, beberapa uji tersebut dilakukan untuk menjamin keseragaman penampilan dan juga efek terapi dari obat tersebut. Tabel 4.4 Data hasil evaluasi tablet isoniazid Formula Kekerasan Tablet kg Waktu Hancur menit Friabilitas F1 5,19 7,07 0,79 F2 4,92 5,47 0,83 F3 4,18 1,56 0,98 F4 5,40 8,41 0,61 F5 5,94 8,31 0,64 F6 5,11 7,13 0,92 Persyaratan 4 – 8 Kg 15 menit 1 Keterangan: F1 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5 F3 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4 F5 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6 2 4 6 8 10 12 F1 F2 F3 F4 F5 F5 Formula tablet isoniazid 10 8 10 6.8 8.4 7.2 Universitas Sumatera Utara 40

4.4.1 Uji kekerasan tablet

Berdasarkan hasil uji kekerasan tablet Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa kekerasan tablet menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu 4,18 sampai 5,94 kg, namun masih berada dalam batas penerimaan persyaratan evaluasi kekerasan tablet. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh tekanan kompresi mesin pencetak tablet, kompresibilitas bahan dan penggunaan bahan pengikat. Umumnya semakin besar tekanan yang diberikan, semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul yang menentukan kekerasan tablet. Menurut Lachman 1994, kekerasan untuk tablet secara umum adalah 4-8 kg. Gambar 4.9 Kekerasan tablet dapat dilihat dengan presentase jenis bahan pengembang yang berbeda.

4.4.2 Uji Friabilitas

Berdasarkan hasil uji friabilitas tablet Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa semua formula memenuhi persyaratan yaitu antara 0,61 sampai 0,98 . Friabilitas berkaitan dengan kekerasan tablet, jika kekerasan tablet semakin kecil maka ikatan antara granul menjadi semakin longgar sehingga friabilitas tablet tersebut semakin besar. Menurut Sahoo 2007, kehilangan berat lebih kecil dari 1 2 3 4 5 6 7 F1 F2 F3 F4 F5 F6 k g Formula tablet isoniazid 5.19 4.92 4.18 5.40 5.94 5,11 Universitas Sumatera Utara 41 0,5 sampai 1 masih dapat dibenarkan. Sehingga pada pengujian ini seluruh formula memenuhi persyaratan. Gambar 4.10 Friabilitas tablet dengan presentase bahan pengembang yang berbeda

4.4.3 Uji Waktu Hancur

Hasil uji waktu hancur dapat dilihat pada Gambar 4.11. Gambar 4.11 Waktu hancur tablet dengan presentase bahan pengembang yang berbeda Berdasarkan hasil uji waktu hancur Tabel 4.4 , dapat dilihat bahwa waktu hancur dari tablet Isoniazid pada F1, F2 dan F3 dengan konsentrasi pati sitrat 4, 5 dan 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 F1 F2 F3 F4 F5 F6 Formula tablet isoniazid 0,79 0,83 0,98 0,61 0,64 0,76 1 2 3 4 5 6 7 8 9 F1 F2 F3 F4 F5 F6 m e n it Formula tablet isoniazid 7,07 5,47 1,56 8,41 8,31 7,13 Universitas Sumatera Utara 42 6, semakin tinggi konsentrasi pati sitrat yang digunakan semakin cepat waktu hancurnya. Demikian juga pada F4 sampai F6 semakin tinggi konsentrasi pati singkong yang digunakan semakin cepat waktu hancurnya. Formula dengan pengembang pati sitrat memiliki waktu hancur yang lebih cepat dibandingkan dengan yang menggunakan pati singkong. Hal ini menujukkan bahwa pati sitrat memiliki daya hancur yang lebih baik untuk tablet dengan isoniazid tersebut. 4.5 Hasil Penetapan Kadar Tablet Isoniazid 5.5.1 Hasil pembuatan kurva serapan maksimum dan kurva kalibrasi Menurut Moffat, dkk. 2005, isoniazid memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang sekitar 266,0 nm didalam pelarut asam. Hasil pengukuran secara spektrofotometri ultraviolet larutan isoniazid BPFI dalam HCl 0,1 N yang dilakukan diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 266,0 nm dan serapan 0,421 Lampiran 13. Dengan demikian, panjang gelombang maksimum yang didapat sesuai dengan literatur. Dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi Isoniazid BPFI dalam rentang konsentrasi 5 mcgml hingga 15 mcgml pada maks = 266 nm Lampiran 14 diperoleh persamaan regresi : Y = 0,0473X + 0,0045 dengan nilai r = 0,9909. Menurut Ermer 2005, nilai r yang mendekati 1, menunjukkan korelasi yang linier yang menyatakan adanya hubungan antara X konsentrasi dan Y serapan. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet isoniazid mengandung isoniazid tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan kadar tablet isoniazid, diperoleh kadar tablet F1 sebesar 95,80, F2 sebesar 94,58, F3 sebesar 95,15, F4 sebesar 95,50, F5 sebesar 95,42 dan F6 sebesar 96,72 . Dari data tersebut kadar tablet tiap Universitas Sumatera Utara 43 formula bervariasi, namun kadar tersebut masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV. Tabel 4.5 Hasil penetapan kadar tablet isoniazid No Formula Kadar 1 F1 95,80 ± 4,9535 2 F2 94,58 ± 2,7798 3 F3 95,15 ± 2,7957 4 F4 95,50 ± 2,2769 5 F5 95,42 ± 4,1983 6 F6 96,72 ± 3,3779 Syarat: Kadar = 90,0 – 110,0 Keterangan : F1 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5 F3 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4 F5 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6

4.6 Keragaman Bobot

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa keragaman bobot tablet isoniazid berkisar antara 94,58 sampai 96,72 dengan simpangan baku relatif antara 0,07 - 0,118. Berdasarkan hal tersebut, maka keragaman bobot dari tablet isoniazid memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV yaitu jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0 hingga 115,0 dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0. Dilihat berdasarkan hasil simpangan baku relatifnya, maka dapat disimpulkan bahwa tablet yang tercetak memiliki keragaman bobot yang baik. Universitas Sumatera Utara 44 Tabel 4.6 Hasil uji keragaman bobot tablet isoniazid No. Formula Keragaman Bobot Kadar Simpangan Baku Relatif 1 F1 95,8 ± 0,274 0,070 2 F2 94,58 ± 0,365 0,096 3 F3 95,15 ± 0,407 0,106 4 F4 95,50 ± 0,450 0,118 5 F5 95,42 ± 0,370 0,097 6 F6 96,72 ± 0,330 0,085 Keterangan : F1 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5 F3 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4 F5 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6 4.7 Hasil Uji Disolusi Hasil uji disolusi tablet isoniazid dapat dilihat pada Gambar 4.12 dan Tabel 4.7. Gambar 4.12 Disolusi tablet isoniazid dengan jenis dan persentase bahan pengembang yang berbeda dalam HCl 0,1 N. 66 68 70 72 74 76 78 80 F1 F2 F3 F4 F5 F6 Formula tablet isoniazid 78,14 78,45 79,07 71,17 73,68 74,58 Universitas Sumatera Utara 45 Tabel 4.7 Hasil uji disolusi tablet isoniazid No Formula Persentase disolusi 1 F1 78,14 2 F2 78,45 3 F3 79,07 4 F4 71,17 5 F5 73,68 6 F6 74,58 Keterangan: F1 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5 F3 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4 F5 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6 Dari hasil uji disolusi 6 tablet isoniazid pada tahap pertama Tabel 4.7 diketahui bahwa persen kumulatif isoniazid yang terlarut pada menit 45 dari F1 sebesar 78,14, F2 sebesar 78,45, F3 sebesar 79,07, F4 sebesar 71,17, F5 sebesar 73,68 dan F6 sebesar 74,58 tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV yaitu dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 80 Q C 6 H 7 N 3 O dari jumlah yang tertera pada etiket. Pengujian dilanjutkan sampai tahap kedua S2 yaitu dilakukan kembali uji disolusi terhadap 6 tablet dari setiap formula. Pada Tabel 4.8 dapat dilihat persentase rata-rata dari 12 tablet S1+S2 pada setiap formula adalah F1 sebesar 80,15, F2 sebesar 80,78, F3 sebesar 81,23, F4 sebesar 73,01 , F5 sebesar 75,24 dan F6 sebesar 76,09. Hal tersebut menunjukkan bahwa F1, F2 dan F3 dengan menggunakan pati sitrat memenuhi kriteria penerimaan uji disolusi yaitu rata-rata dari 12 unit S1+S2 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15, sedangkan F4, F5 dan F6 belum Universitas Sumatera Utara 46 memenuhi kriteria penerimaan uji disolusi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa disolusi tablet yang menggunakan pati sitrat lebih baik dari pada pati singkong dan laju disolusi semakin baik dengan adanya peningkatan konsentrasi pati sitrat. Gambar 4.13 Disolusi tablet isoniazid dengan jenis dan persentase bahan pengembang yang berbeda dalam HCl 0,1 N pada menit 45. Tabel 4.8 Hasil uji disolusi rata-rata dari 12 unit S1+S2 pada menit 45. No. Persentase obat yang terlepas pada menit ke-45 F1 F2 F3 F4 F5 F6 1. 78,47 78,47 79,83 73,06 73,77 73,38 2. 77,98 78,60 79,38 70,35 73,88 74,51 3. 78,47 78,59 79,51 69,60 74,22 73,93 4. 77,49 78,47 78,64 71,07 71,99 74,38 5. 77,97 77,98 78,64 71,15 74,09 75,62 6. 78,47 78,64 78,59 71,83 74,15 75,71 7. 82,70 85,61 84,50 78,32 76,00 78,80 8. 83,91 78,89 83,20 75,18 73,12 79,20 9. 79,89 83,20 86,13 72,50 79,68 77,39 10 79,44 85,60 79,17 75,25 77,20 76,81 11. 82,16 82,70 83,03 69,65 76,40 74,12 12. 84,80 84,00 82,20 78,30 78,30 76,28 Rata-rata 80,09 80,78 81,23 73,01 75,24 76,09 68 70 72 74 76 78 80 82 F1 F2 F3 F4 F5 F6 Formula tablet isoniazid 80,09 80,78 81,23 73,01 75,24 76,09 Universitas Sumatera Utara 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Pati sitrat yang disintesa dari pati singkong dapat digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet isoniazid. Hal tersebut dapat dilihat pada uji waktu hancur, dimana tablet yang menggunakan bahan pengembang pati sitrat lebih cepat waktu hancurnya dari pada tablet yang menggunakan bahan pengembang pati singkong alami. b. Penggunaan pati sitrat dengan konsentrasi yang berbeda sebagai bahan pengembang berpengaruh terhadap waktu hancur dan disolusi, yaitu semakin tinggi konsentrasi pati sitrat maka waktu hancur semakin cepat dan disolusi semakin baik.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti kemampuan pati sitrat sebagai pengembang dengan persentase pati sitrat lebih besar dari 6, agar dapat meningkatkan kemampuan pengembangan dan memperbaiki laju disolusi pada tablet. Universitas Sumatera Utara