31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Pati Singkong
Dari 5000 gram umbi singkong diperoleh pati sebanyak 670 gram. Sehingga rendemen pati singkong 13,4 Lampiran 4. Pati singkong yang diperoleh
berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Butir pati singkong berbentuk agak bulat atau bersegi banyak, lamelanya tidak jelas dan hilus berada ditengah berupa
titik Ditjen, POM., 1979.
4.2 Pati Sitrat 4.2.1 Distribusi ukuran partikel
Ukuran partikel pati singkong alami dan pati sitrat diperoleh dari pengayakan dengan ayakan bertingkat yaitu mesh 40, 60 dan 100. Sehingga didapatkan
masing-masing berat dari ukuran partikel mesh 40, 60 dan 100. Hasil data ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data ukuran partikel pati singkong alami dan pati sitrat
Ayakan Pati Singkong Alami
Pati Sitrat Mesh 40
74,4 57,53
Mesh 60 16,74
33,30 Mesh 100
8,86 9,170
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pati singkong lebih banyak melewati ayakan mesh 40 74,4 dari pada pati sitrat 57,53. Pada
distribusi ukuran partikelnya menggunakan ayakan mesh 60 dan 100 pati singkong melewati ayakan sebanyak 16,74 dan 8,86 sedangkan pati sitrat
33,30 dan 9,17 yaitu lebih bnyak dari pada pati singkong. Hal ini menunjukkan distribusi ukuran partikel pati singkong lebih sempit dibandingkan
dengan pati sitrat.
Universitas Sumatera Utara
32 Gambar 4. 1 Persentase distribusi ukuran partikel pati sitrat.
4.2.2 Daya pengembang
Kenaikan volume atau pengembang pati sitrat adalah: TSP Volume Endapan dalam Parafin : 0,7 ml
TSA Volume Endapan dalam Air : 2,1 ml Daya pengembang = 2,1- 0,7 0,7 x 100
= 200 Berdasarkan perhitungan di atas didapat bahwa daya pengembang pati sitrat
sebesar 200. Menurut Leach dan Cowenn 2001, persyaratan pati dikatakan sebagai pengembang yang baik apabila memiliki daya pengembang sampai 200.
4.2.3 Kelarutan
Data hasil uji kelarutan dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Data kelarutan pati singkong dan pati sitrat
Pati Pelarut
Air Alkohol
Pati sitrat Praktis tidak larut
Praktis tidak larut Pati singkong
Praktis tidak larut Praktis tidak larut
10 20
30 40
50 60
70 80
40 60
100
Ayakan Mesh
Pati Singkong Alami Pati Sitrat
Universitas Sumatera Utara
33 Berdasarkan data dari Tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa pati singkong dan
pati sitrat praktis tidak larut dalam air atau alkohol. Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi bahan-bahan dalam larutan dan komposisi pelarutnya
Vogel, 1979.
4.2.4 Bobot jenis Berat seluruh pati sitrat 32 gram. Bobot jenis pati sitrat awal sebelum ditap
adalah 0,790 gml, sedangkan bobot jenis akhir pati sitrat setelah ditap adalah 0,927 gml.
Bobot jenis =
100 927
, 790
, 927
, x
= 14,83 Berdasarkan perhitungan di atas didapat bahwa berat jenis pati sitrat sebesar
14,83. Menurut Aulton 1988, pati yang memiliki nilai bobot jenis kurang dari 18 biasanya memberikan sifat alir yang baik.
4.2.5 Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan untuk mengetahui bentuk hilus dan lamela amilum di bawah mikroskop perbesaran 10x40. Hasil Mikroskopik dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Pada uji mikroskopik, pati singkong memiliki bentuk bulat dan bersegi banyak,
berbentuk topi baja, lamella tidak jelas dan memiliki hillus berupa titik yang terletak ditengah Ditjen, POM, 1979. Pati sitrat memiliki bentuk yang sama
dengan amilum singkong, tidak memilki lamela dan letak hilus yang sama hanya saja hilus amilum sitrat berbentuk seperti kristal.
Universitas Sumatera Utara
34
i ii Gambar 4.2 Mikroskopik pati: i pati singkong alami, ii pati sitrat
4.2.6 Uji FTIR Fourier Transform Infrared Spectroscopy
Uji FTIR ini dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi dari suatu senyawa pada bilangan gelombang yang sudah ditentukan. Hasil uji Asam sitrat dengan
menggunakan FT-IR dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Spektrum inframerah asam sitrat
Universitas Sumatera Utara
35 Hasil uji pati singkong dengan menggunakan FT-IR dapat dilihat pada
Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Spektrum inframerah pati singkong
Gambar 4.5 Spektrum inframerah pati sitrat
Universitas Sumatera Utara
36 Jika spektrum inframerah asam sitrat pada Gambar 3.3 dibandingkan
dengan spektrum inframerah dari pati sitrat pada Gambar 3.5 diatas dapat dilihat bahwa ada perbedaan pada bilangan gelombang 3591,46 cm
-1
menujukkan adanya gugus
–OH, pada bilangan gelombang 2989.66–2877.79 cm
-1
menunjukkan gugus –CH Alifatis dan yang paling spesifik dari FTIR pati sitrat ini
adalah pada bilangan gelombang 1762.94 cm
-1
terdapat adanya gugus C=O. Menurut Pavia, et al., 1979, gugus karbonil C=O berada pada bilangan
gelombang 1725 – 1700 cm
-1
. Dari hasil FTIR tersebut menunjukan sudah terjadi reaksi antara asam sitrat dengan pati singkong.
4.3 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul
Sebelum massa granul dicetak menjadi tablet umumnya harus melalui serangkaian uji preformulasi. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui kelayakan
pencetakan suatu tablet. Pada Tabel 4.3 berikut ini adalah tabel hasil uji preformulasi berbagai formula yang dibuat.
Tabel 4.3 Data uji preformulasi massa granul formula tablet
Formula Waktu Alir detik
Sudut diam
o
Indeks Tap F1
1,92 34,55
10 F2
1,91 33,97
8 F3
1,81 33,88
10 F4
1,95 33,58
6,8 F5
1,91 33,33
8,4 F6
1,95 33,08
7,2 Persyaratan
10 detik 20
o
θ 40
o
I ≤ 20 Keterangan:
F1 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5
F3 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4
F5 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6
Universitas Sumatera Utara
37
4.3.1 Uji waktu alir
Berdasarkan hasil uji waktu alir Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa waktu alir granul dengan bahan pengembang pada F1 sebesar 1,92 detik, F2 sebesar 1,91 detik, F3
sebesar 1,81 detik, F4 sebesar 1,95, F5 sebesar 1,91 detik dan F6 sebesar 1,95 detik. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semua data memenuhi persyaratan.
Sifat alir dari setiap formula sangat baik, sehingga tidak mengalami kesulitan pada waktu pencetakan tablet. Menurut Cartensen 1977, waktu yang diperlukan
dalam uji waktu alir tidak lebih dari 10 detik, karena jika tidak akan dijumpai kesulitan pada keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan pelicin.
Gambar 4.6 Waktu alir massa granul dengan persentase bahan pengembang yang berbeda
4.3.2 Uji sudut diam
Berdasarkan hasil uji preformulasi sudut diam Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa uji preformulasi sudut diam F1
–F3 semakin menurun yaitu 34,55
o
- 33,88
o
, begitu juga pada F4-F6 yaitu 33,58
o
-33,08
o
. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pati sitrat dan pati singkong akan membentuk sudut diam yang
1.7 1.75
1.8 1.85
1.9 1.95
2
F1 F2
F3 F4
F5 F6
D e
ti k
Formulasi tablet isoniazid
1.92 1.91
1.81 1.95
1.91 1.95
Universitas Sumatera Utara
38 semakin kecil, sehingga meningkatkan kelinciran dan mengakibatkan sudut
diamnya menjadi kecil. Menurut Cartensen 1977, granul yang memiliki sifat free flowing mempunyai sudut diam yang lebih kecil dari 40
o
.
Gambar 4.7 Sudut diam massa granul dengan presentase bahan pengembang yang berbeda
4.3.3 Indeks tap
Berdasarkan hasil uji preformulasi indeks tap tabel 4.3, dapat dilihat bahwa F1 memiliki indeks tap sebesar 10; F2 sebesar 8; F3 sebesar 10; F4
sebesar 6,8; F5 sebesar 8,4 dan F6 sebesar 7,2. Hasil uji preformulasi indeks tap ini menunjukkan hasil yang bervariasi dari tiap-tiap formula, namun semuanya
masih berada dalam batas persyaratan uji performulasi indeks tap. Menurut Guyot 1978, granul yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks
tap ≤ 20. Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal
gambaran awal terhadap kelayakan cetak dari massa granul menjadi tablet. Hal ini menujukkan daya tahan granul terhadap daya kompresi yang diberikan oleh alat
pencetak tablet. Semakin rendah persentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih baik dari sifat fisis massa granul yang akan di formulasikan ke dalam bentuk
tablet.
32 32.5
33 33.5
34 34.5
35
F1 F2
F3 F4
F5 F6
o
Formula tablet isoniazid
33.38 33.97
34.55
33.08 33.30
33.58
Universitas Sumatera Utara
39
Gambar 4.8 Indeks tap massa granul dengan presentase bahan pengembang yang berbeda
4.4 Hasil Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet isoniazid yang dilakukan adalah uji kekerasan tablet, waktu hancur, keragaman bobot, penetapan kadar dan uji disolusi tablet. Menurut Ansel
1989, beberapa uji tersebut dilakukan untuk menjamin keseragaman penampilan dan juga efek terapi dari obat tersebut.
Tabel 4.4 Data hasil evaluasi tablet isoniazid
Formula Kekerasan Tablet
kg Waktu Hancur
menit Friabilitas
F1 5,19
7,07 0,79
F2 4,92
5,47 0,83
F3 4,18
1,56 0,98
F4 5,40
8,41 0,61
F5 5,94
8,31 0,64
F6 5,11
7,13 0,92
Persyaratan 4
– 8 Kg 15 menit
1 Keterangan:
F1 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5
F3 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4
F5 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6
2 4
6 8
10 12
F1 F2
F3 F4
F5 F5
Formula tablet isoniazid
10 8
10 6.8
8.4 7.2
Universitas Sumatera Utara
40
4.4.1 Uji kekerasan tablet
Berdasarkan hasil uji kekerasan tablet Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa kekerasan tablet menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu 4,18 sampai 5,94 kg, namun masih
berada dalam batas penerimaan persyaratan evaluasi kekerasan tablet. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh tekanan kompresi mesin pencetak tablet, kompresibilitas
bahan dan penggunaan bahan pengikat. Umumnya semakin besar tekanan yang diberikan, semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul yang
menentukan kekerasan tablet. Menurut Lachman 1994, kekerasan untuk tablet secara umum adalah 4-8 kg.
Gambar 4.9 Kekerasan tablet dapat dilihat dengan presentase jenis bahan pengembang yang berbeda.
4.4.2 Uji Friabilitas
Berdasarkan hasil uji friabilitas tablet Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa semua formula memenuhi persyaratan yaitu antara 0,61 sampai 0,98 .
Friabilitas berkaitan dengan kekerasan tablet, jika kekerasan tablet semakin kecil maka ikatan antara granul menjadi semakin longgar sehingga friabilitas tablet
tersebut semakin besar. Menurut Sahoo 2007, kehilangan berat lebih kecil dari
1 2
3 4
5 6
7
F1 F2
F3 F4
F5 F6
k g
Formula tablet isoniazid
5.19 4.92
4.18 5.40
5.94 5,11
Universitas Sumatera Utara
41 0,5 sampai 1 masih dapat dibenarkan. Sehingga pada pengujian ini seluruh
formula memenuhi persyaratan.
Gambar 4.10 Friabilitas tablet dengan presentase bahan pengembang yang berbeda
4.4.3 Uji Waktu Hancur
Hasil uji waktu hancur dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Waktu hancur tablet dengan presentase bahan pengembang yang berbeda
Berdasarkan hasil uji waktu hancur Tabel 4.4 , dapat dilihat bahwa waktu hancur
dari tablet Isoniazid pada F1, F2 dan F3 dengan konsentrasi pati sitrat 4, 5 dan
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
F1 F2
F3 F4
F5 F6
Formula tablet isoniazid
0,79 0,83
0,98 0,61
0,64 0,76
1 2
3 4
5 6
7 8
9
F1 F2
F3 F4
F5 F6
m e
n it
Formula tablet isoniazid
7,07 5,47
1,56 8,41
8,31 7,13
Universitas Sumatera Utara
42 6, semakin tinggi konsentrasi pati sitrat yang digunakan semakin cepat waktu
hancurnya. Demikian juga pada F4 sampai F6 semakin tinggi konsentrasi pati singkong yang digunakan semakin cepat waktu hancurnya. Formula dengan
pengembang pati sitrat memiliki waktu hancur yang lebih cepat dibandingkan dengan yang menggunakan pati singkong. Hal ini menujukkan bahwa pati sitrat
memiliki daya hancur yang lebih baik untuk tablet dengan isoniazid tersebut.
4.5 Hasil Penetapan Kadar Tablet Isoniazid 5.5.1 Hasil pembuatan kurva serapan maksimum dan kurva kalibrasi
Menurut Moffat, dkk. 2005, isoniazid memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang sekitar 266,0 nm didalam pelarut asam. Hasil pengukuran
secara spektrofotometri ultraviolet larutan isoniazid BPFI dalam HCl 0,1 N yang dilakukan diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 266,0 nm dan
serapan 0,421 Lampiran 13. Dengan demikian, panjang gelombang maksimum yang didapat sesuai dengan literatur.
Dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi Isoniazid BPFI dalam rentang konsentrasi 5 mcgml hingga 15 mcgml pada maks = 266 nm Lampiran 14
diperoleh persamaan regresi : Y = 0,0473X + 0,0045 dengan nilai r = 0,9909. Menurut Ermer 2005, nilai r yang mendekati 1, menunjukkan korelasi yang
linier yang menyatakan adanya hubungan antara X konsentrasi dan Y serapan. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet isoniazid mengandung isoniazid
tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan kadar tablet isoniazid, diperoleh kadar tablet F1
sebesar 95,80, F2 sebesar 94,58, F3 sebesar 95,15, F4 sebesar 95,50, F5 sebesar 95,42 dan F6 sebesar 96,72 . Dari data tersebut kadar tablet tiap
Universitas Sumatera Utara
43 formula bervariasi, namun kadar tersebut masih memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV.
Tabel 4.5 Hasil penetapan kadar tablet isoniazid
No Formula
Kadar 1
F1 95,80 ± 4,9535
2 F2
94,58 ± 2,7798 3
F3 95,15 ± 2,7957
4 F4
95,50 ± 2,2769 5
F5 95,42 ± 4,1983
6 F6
96,72 ± 3,3779 Syarat: Kadar = 90,0
– 110,0 Keterangan :
F1 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5
F3 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4
F5 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6
4.6 Keragaman Bobot
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa keragaman bobot tablet isoniazid berkisar antara 94,58 sampai 96,72 dengan simpangan baku relatif antara
0,07 - 0,118. Berdasarkan hal tersebut, maka keragaman bobot dari tablet isoniazid memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi
IV yaitu jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0 hingga 115,0 dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan
baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0. Dilihat berdasarkan hasil simpangan baku relatifnya, maka dapat disimpulkan bahwa tablet yang tercetak
memiliki keragaman bobot yang baik.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 4.6 Hasil uji keragaman bobot tablet isoniazid
No. Formula
Keragaman Bobot Kadar
Simpangan Baku Relatif
1 F1
95,8 ± 0,274 0,070
2 F2
94,58 ± 0,365 0,096
3 F3
95,15 ± 0,407 0,106
4 F4
95,50 ± 0,450 0,118
5 F5
95,42 ± 0,370 0,097
6 F6
96,72 ± 0,330 0,085
Keterangan : F1 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4
F2 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5 F3 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6
F4 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4 F5 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5
F6 = Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6 4.7 Hasil Uji Disolusi
Hasil uji disolusi tablet isoniazid dapat dilihat pada Gambar 4.12 dan Tabel 4.7.
Gambar 4.12 Disolusi tablet isoniazid dengan jenis dan persentase bahan pengembang yang berbeda dalam HCl 0,1 N.
66 68
70 72
74 76
78 80
F1 F2
F3 F4
F5 F6
Formula tablet isoniazid
78,14 78,45
79,07
71,17 73,68
74,58
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 4.7 Hasil uji disolusi tablet isoniazid
No Formula
Persentase disolusi 1
F1 78,14
2 F2
78,45 3
F3 79,07
4 F4
71,17 5
F5 73,68
6 F6
74,58 Keterangan:
F1 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 4 F2 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 5
F3 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati sitrat 6 F4 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 4
F5 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 5 F6 : Formula tablet isoniazid dengan konsentrasi pati singkong 6
Dari hasil uji disolusi 6 tablet isoniazid pada tahap pertama Tabel 4.7 diketahui
bahwa persen kumulatif isoniazid yang terlarut pada menit 45 dari F1 sebesar 78,14, F2 sebesar 78,45, F3 sebesar 79,07, F4 sebesar 71,17, F5 sebesar
73,68 dan F6 sebesar 74,58 tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV yaitu dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 80 Q C
6
H
7
N
3
O dari jumlah yang tertera pada etiket. Pengujian dilanjutkan sampai tahap kedua S2 yaitu dilakukan kembali uji disolusi terhadap
6 tablet dari setiap formula. Pada Tabel 4.8 dapat dilihat persentase rata-rata dari 12 tablet S1+S2 pada setiap formula adalah F1 sebesar 80,15, F2 sebesar
80,78, F3 sebesar 81,23, F4 sebesar 73,01 , F5 sebesar 75,24 dan F6 sebesar 76,09. Hal tersebut menunjukkan bahwa F1, F2 dan F3 dengan
menggunakan pati sitrat memenuhi kriteria penerimaan uji disolusi yaitu rata-rata dari 12 unit S1+S2 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu
unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15, sedangkan F4, F5 dan F6 belum
Universitas Sumatera Utara
46 memenuhi kriteria penerimaan uji disolusi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
disolusi tablet yang menggunakan pati sitrat lebih baik dari pada pati singkong dan laju disolusi semakin baik dengan adanya peningkatan konsentrasi pati sitrat.
Gambar 4.13 Disolusi tablet isoniazid dengan jenis dan persentase bahan pengembang yang berbeda dalam HCl 0,1 N pada menit 45.
Tabel 4.8 Hasil uji disolusi rata-rata dari 12 unit S1+S2 pada menit 45.
No. Persentase obat yang terlepas pada menit ke-45
F1 F2
F3 F4
F5 F6
1. 78,47
78,47 79,83
73,06 73,77
73,38 2.
77,98 78,60
79,38 70,35
73,88 74,51
3. 78,47
78,59 79,51
69,60 74,22
73,93 4.
77,49 78,47
78,64 71,07
71,99 74,38
5. 77,97
77,98 78,64
71,15 74,09
75,62 6.
78,47 78,64
78,59 71,83
74,15 75,71
7. 82,70 85,61
84,50 78,32
76,00 78,80
8. 83,91 78,89
83,20 75,18
73,12 79,20
9. 79,89 83,20
86,13 72,50
79,68 77,39
10 79,44 85,60
79,17 75,25
77,20 76,81
11. 82,16 82,70
83,03 69,65
76,40 74,12
12. 84,80 84,00
82,20 78,30
78,30 76,28
Rata-rata 80,09 80,78
81,23 73,01
75,24 76,09
68 70
72 74
76 78
80 82
F1 F2
F3 F4
F5 F6
Formula tablet isoniazid
80,09 80,78
81,23
73,01 75,24
76,09
Universitas Sumatera Utara
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pati sitrat yang disintesa dari pati singkong dapat digunakan sebagai
bahan pengembang pada pembuatan tablet isoniazid. Hal tersebut dapat dilihat pada uji waktu hancur, dimana tablet yang menggunakan bahan
pengembang pati sitrat lebih cepat waktu hancurnya dari pada tablet yang menggunakan bahan pengembang pati singkong alami.
b. Penggunaan pati sitrat dengan konsentrasi yang berbeda sebagai bahan
pengembang berpengaruh terhadap waktu hancur dan disolusi, yaitu semakin tinggi konsentrasi pati sitrat maka waktu hancur semakin cepat
dan disolusi semakin baik.
5.2 Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti kemampuan pati sitrat sebagai pengembang dengan persentase pati sitrat lebih besar dari 6, agar dapat
meningkatkan kemampuan pengembangan dan memperbaiki laju disolusi pada tablet.
Universitas Sumatera Utara