piridoksin pada kelainan genetik atau penyakit metabolisme disertai peningkatan piridoksin.
20
2.5. Pencetus Epilepsi Dengan Riwayat Epilepsi
19,31
a. Kurang tidur Kurang tidur dapat mengganggu aktivitas dari sel-sel otak sehingga dapat
mencetuskan serangan. Diduga bahwa kurang tidur dapat menurunkan ambang serangan yang kemudian memudahkan terjadinya serangan. Disamping
memudahkan terjadinya serangan, kurang tidur dapat memperberat dan memperlama serangan.
b. Stres Emosional Stres dapat meningkatkan frekuensi serangan. Stres fisik yang berat juga
dapat menimbulkan serangan. Stres dan cemas dapat memicu terjadinya hiperventilasi. Pada penderita tertentu hiperventilasi merupakan faktor pencetus
terjadinya serangan. Penderita dapat lupa minum obat karena sedang dilanda stres. Sementara itu stres dapat mengubah konstelasi hormon misalnya meningkatkan
kadar kortisol, peningkatan ini berpengaruh terhadap ambang serangan. c. Obat-obat tertentu
Beberapa obat dapat menimbulkan serangan seperti penggunaan obat-obat antidepresan trisiklik, obat tidur, dan fenotiasin. Menghentikan obat-obat
penenang secara mendadak seperti barbiturat dan valium dapat mencetuskan kejang.
d. Alkohol
Universitas Sumatera Utara
Alkohol dapat menghilangkan faktor penghambat terjadinya serangan. Biasanya peminum alkohol mengalami kurang tidur sehingga memperburuk
keadaannya. Penghentian minum alkohol secara mendadak dapat menimbulkan serangan.
e.Perubahan hormonal Pada masa haid dapat terjadi perubahan siklus hormon peningkatan kadar
estrogen dan stres, hal ini diduga merupakan pencetus terjadinya serangan. Hampir setengah dari wanita yang menderita epilepsi melaporkan adanya
peningkatan serangan pada saat menjelang, selama, dan sesudah menstruasi. Sebagian besar dari mereka mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas
serangan pada periode perimenstrual dan fase folikular. Hormon steroid dapat menembus blood-brain barrier dengan mudah. Sel-sel otak dapat dipengaruhi
estrogen dan progesteron secara langsung. f. Terlalu lelah
Terlalu lelah atau stres fisik dapat menimbulkan hiperventilasi dimana terjadi peningkatan kadar CO
2
dalam darah yang mengakibatkan terjadinya penciutan pembuluh darah otak yang dapat merangsang terjadinya serangan
epilepsi. g. Fotosensitif
Ada sebagian kecil penyandang epilepsi yang sensitif terhadap kerlipankilatan sinar flashing lights pada kisaran antara 10-15 Hz. Cahaya yang
Universitas Sumatera Utara
mampu merangsang terjadinya serangan adalah cahaya yang berkedip-kedip atau yang menyilaukan.
2.6. Diagnosis 2.6.1. Diagnosis Epilepsi