Aspek-aspek kemampuan mengelola emosi

e Menyindir sarkasme: Misalnya, seorang gadis merasa iri terhadap barang-barang mewah yang dimiliki seorang temannya. Kemudian gadis itu berkata “Orang kampung semua barang-barangnya dibawa ke sekolah supaya terlihat kaya”. f Memuji: Misalnya, seorang murid mengagumi seorang gurunya lalu setiap kali murid itu bertemu dengan gurunya, ia memberikan pujian “Bapak rapi sekali dalam berpakaian”, “Bapak tampan sekali”, dan sebagainya. g Mencela: Misalnya, seorang kakak kelas tidak menyukai sikap adik kelasnya. Kemudian dia mencelanya dengan cara berkata “Aku seniormu, kalau berjalan di depan senior bilang permisi dong”. Menurut Adam dan Lenz 1995: 25-29 ada tiga macam pengungkapan emosi, yaitu: a Non asertif: tidak menyatakan emosi yang dialami, kebutuhan, keinginan, pendapat kita pada orang lain. Orang yang non asertif selalu berusaha dengan kesadaran penuh untuk menghindari konflik. Orang non asertif lebih banyak beraksi daripada beraksi. Mereka lebih banyak menanggapi apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang lain daripada mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dan bertindak atas kemauan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sendiri. Oleh karena itu banyak orang lain mengambil keuntungan dari mereka, meremehkan masukan-masukan mereka, bahkan memberi mereka lebih banyak pekerjaan. b Agresif: memenuhi keperluan sendiri tetapi bertindak demikian dengan mengorbankan orang lain. Orang-orang agresif menyatakan emosi, pendapat, kebutuhannya tetapi dengan cara menghina, mengabaikan atau menyakiti orang lain. Perilaku agresif yang ekstrim dapat membuat hubungan dengan orang lain menjadi rusak. Ada juga perilaku agresif yang pasif, yang dilakukan dengan cara memanipulasi orang lain, membohongi orang lain, atau dengan diam-diam melawan orang lain. c Asertif: mengerti apa yang kita perlukan dan inginkan, menjelaskan hal tersebut pada orang lain, bekerja dengan cara kita sendiri untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri sembari tetap menunjukan rasa hormat kepada orang lain. Bersikap asertif sangat membutuhkan keterbukaan diri secara jujur tanpa melanggar hak dan kebutuhan orang lain. Orang yang asertif bersedia menyelesaikan konflik dengan cara yang dapat diterima oleh masing-masing pihak. Pengungkapan emosi yang secara asertif inilah yang terbaik dibandingkan kedua cara yang lainnya. 2 Mengelola emosi dengan melakukan relaksasi Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengelola emosi adalah melalui relaksasi Safaria dan Saputra, 2009: 7. Latihan relaksasi memiliki tujuan menurunkan tingkat ketegangan psikis dan fisiologis akibat stresor yang menekan dan menggantinya dengan keadaan santai dan tenang. Jika tubuh kita dalam keadaan santai dan relaks keadaan emosi kita juga akan menjadi relatif santai dan relaks. Salah satu teknik relaksasi yang mudah dan dapat dilakukan sendiri adalah relaksasi cue-controlled. Safaria dan Saputra 2009: 158 menjelaskan bahwa teknik relaksasi cue-controlled menggabungkan pernapasan dengan kalimat-kalimat atau kata- kata sugestif yang dapat menimbulkan keadaan santai, tenang, dan tenteram. Teknik relaksasi ini dapat dilakukan dengan posisi berbaring atau duduk. Jika kita menerapkannya sambil duduk, posisi punggung harus lurus, jangan sampai membengkok. Jika kita menerapkannya sambil berbaring, gunakan busa sebagai alas, luruskan tangan, dan kaki senyaman mungkin. Langkah-langkah melakukan teknik relaksasi cue-controlled adalah sebagai berikut: a Pertama-tama tarik napas lewat hidung, kembungkan di perut, tahan di perut, kemudian sambil menahan napas hitung