Batasan Usia Lanjut Karakteristik Lansia

sensorik. Adapun lingkungan yang dimaksud mengenai potensinya untuk menimbulkan respons perilaku dari seseorang. Bahwa untuk tingkat kompetensi untuk seseorang terdapat suatu tingkatan suasanatekanan lingkungan tertentu yang menguntungkan baginya. Orang yang berfungsi pada level kompetensi yang rendah hanya mampu bertahan pada level tekanan lingkungan yang rendah pula dan sebaliknya. Suatu korelasi yang sering berlaku adalah semakin terganggu cacat seseorang, maka tekanan lingkungan yang dirasakan akan semakin besar Tamher, 2009.

2.1.2 Batasan Usia Lanjut

Hurlock 2004 mengatakan bahwa lansia adalah tahap perkembangan akhir dari seorang individu yang dibagi menjadi lansia dini yaitu berkisar antara usia 60-70 tahun, dan lansia yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Lansia dibedakan menjadi Pra lansia usia 45-59 tahun, lansiaeldery usia 60-69 tahun, lansiaOld 70-79 tahun, lansiavery old usia 80-90 tahun. Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998 dan Peraturan Permerintah RI nomor 43 tahun 2004 mencantumkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 enam puluh tahun ke atas. Berdasarkan beberapa batasan lansia di atas, maka batasan usia yang digunakan untuk menetapkan sebagai lansia dalam penelitian ini adalah usia 60 tahun atau lebih sesuai dengan batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dan WHO . Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Karakteristik Lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui depresi pada lansia, yaitu : a. Umur Lansia Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua Cox, 1994 dalam Tamher 2009. b. Jenis Kelamin Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Darmojo 1999 menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda – tanda depresi pria 4,3 dan wanita 4,2 dapat diasumsikan bahwa wanita lebih mampu menghadapi masalah daripada kaum lelaki yang cenderung lebih emosional Tamher, 2009. c. Pendidikan Tingkat pendidikan juga merupakan hal penting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap menghadapi Universitas Sumatera Utara masalah yang terjadi. Umumnya lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif, mereka justru memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis buku – buku ilmiah atau hal lain. Menurut Loucknotte 2006 tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mendengar dan menyerap informasi yang didapatkan, menyelesaikan masalah, merubah perilaku serta merubah serta merubah gaya hidup. d. Status Perkawinan Depresi banyak ditemukan pada lansia yang perkawinannya tidak membahagiakan, bercerai dan jandaduda Blazer, 1993. Angka depresi meningkat pada lansia yang tidak menikah atau janda Duckworth, 2009. e. Jumlah Anak Dukungan dari anak, cucu memegang peranan penting sebagai mediator dalam kontak sosial. Hubungan antara orang tua dan keluarga sebagai bentuk dukungan moral yang rendah sehingga mempengaruhi frekuensi keluarga mengunjungi orang tuanya. Saat ini banyak lansia yang hanya memiliki kurang dari satu anggota keluarga dekat dan pasangan merupakan satu-satunya teman hidup lansia. Banyak anggota keluarga tinggal jauh dan kurang bertanggungjawab terhadap orang tuanya Lee, 1999. Universitas Sumatera Utara

2.2 Depresi pada Lanjut Usia Lansia

Dokumen yang terkait

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

5 63 86

Hubungan Interaksi Sosial Lansia Dengan Kesepian Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita di Wilayah Binjai dan Medan

30 172 95

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PENDERITA KUSTA PADA LANSIA

0 3 86

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 12

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

JURNAL ILMIAH HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA PASURUAN DI LAMONGAN

0 0 9

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dan Status Kesehatan dengan Gejala Depresi pada Lansia yang Tinggal di UPT Pelayanan Sosial Wilayah Binjai Medan Tahun 2013

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lanjut Usia 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dan Status Kesehatan dengan Gejala Depresi pada Lansia yang Tinggal di UPT Pelayanan Sosial Wilayah Binjai Medan Tahun 2013

0 0 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dan Status Kesehatan dengan Gejala Depresi pada Lansia yang Tinggal di UPT Pelayanan Sosial Wilayah Binjai Medan Tahun 2013

0 0 12

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN KESEPIAN LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DAN BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN

0 1 10