Kultur Organisasi 1. Pengertian Kultur Organisasi
2. Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih
yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam
penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan
pengendaliaan yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
2.4. Kultur Organisasi 2.4.1. Pengertian Kultur Organisasi
Budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan yaitu: tingkatan asumsi dasar, kemudian tingkatan nilai, dan tingkatan
artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingakatan asumsi dasar itu merupakan
hubuingan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh – tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri. Asumsi dasar itu dapat
diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya adalah nilai, nilai itu
dalam hubungannya dengan perbutan dan tingkah laku untuk itu nilai dapat diukur dengan adanya perubahan – perubahan atau dengan melalui consensus social,
sedangkan artifact adalah sesuatu yang dapat dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk teknologi, seni atau sesuatu yang dapat didengar. Thoyib
2005: 65. Robbin, 2003:289, menjelaskan bahwa budaya organisasi itu merupakan
suatu sistem nilai yang dipegang dan dilakukan oleh anggota organisasi, sehingga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
hal yang sedemikian tersebut dapat membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya, sistem nilai tersebut dibangun oleh 7 karakteristik sebagai sari
dari budaya organisasi, 7 karaktersitik tersebut adalah : 1.
Inovasi dan pengambilan resiko Tingakatan dimana para karyawan terdorong untuk berinovasi dan
mengambil resiko. 2.
Perhatian yang rinci Suatu tingkatan dimana para karyawan diharapkan memperlihatkan
kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian. 3.
Orientasi hasil Tingakatan dimana manajemen memusatkan perhatian pada hasil
bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil. 4.
Orientasi pada manusia Tingkatan dimana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil –
hasil pada orang – orang anggota organisasi tersebut. 5.
Orientasi tim Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja diorganisir di sekitar tim – tim,
buaknya individu – individu. 6.
Keagresifan Tingkatan dimana orang – orang anggota organisasi itu memiliki sifat
agresif dan kompetitif dan bukannya santai – santai.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7. Kemantapan
Tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan di pertahankannya status quo daripada pertumbuhan.