organisasi yang sudah baik. Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan
diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai
organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku Robbins, 1996 : 289.
2.5. Group Cohesiveness 2.5.1. Pengertian Group Cohesiveness
Group Cohesiveness atau yang disebut kohesivitas kelompok dapat
didefinisikan sebagai tingkat yang menggambarkan suatu kelompok yang anggotanya mempunyai pertalian dengan anggota lainnya dan keinginan untuk
tetap menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kidwell, Mossholder, dan Bennett dalam Kim dan Taylor, 2001. Kelompok dengan tingkat kohe-sivitasnya tinggi
menyebabkan individu cenderung lebih sensitif kepada anggota lainnya dan lebih mau untuk membantu dan menolong mereka Scachter, Ellertson, McBride, dan
Gregory dalam Kim dan Taylor, 2001. Selanjutnya tingkat kohesivitas dipengaruhi oleh jumlah waktu yang
dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ukuran kelompok, ancaman
eksternal yang mungkin, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan kelompok di masa lalu. Semakin besar kesempatan bagi para anggota kelompok untuk bertemu
dan berinteraksi satu sama lain, maka lebih besar juga kesempatan bagi anggota untuk menemukan minat yang sama dan menjadi tertarik satu sama lain. Semakin
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sulit untuk diterima menjadi anggota kelompok tersebut, maka para anggotanya semakin menghargai keanggotaan yag mereka miliki Ikhsan, dkk, 2005: 215.
2.6. Partisipasi Anggaran
2.6.1. Pengertian Partisipasi Anggaran
Menurut Brownell 1982b dalam Sumarno 2005, partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran
sementara Chong 2002 menyatakan sebagai proses dimana bawahan atau pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai
pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan dikalangan
bawahanpelaksana anggaran
2.6.1.1. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan manajer operasi dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai
rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang yang akan ditempuh oleh manajer operasi tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran.
Partisipasi anggaran terutama dilakukan oleh manajer tingkat menengah yang memegang pusat-pusat pertanggungjawaban dengan menekankan pada
keikutsertaan mereka dalam proses penyusunan dan penentuan sasaran anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan dilibatkannya manager dalam
penyusunan anggaran, akan menambah informasi bagi atasan mengenai lingkungan yang sedang dan yang akan dihadapi serta membantu menyelesaikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
masalah yang berkaitan dengan anggaran Siegel dan Marconi, 1989. Dengan diizinkannya para manajer bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan, memberi kesempatan bagi mereka untuk menggabungkan informasi pribadi atau informasi khusus yang dimilikinya untuk digabungkan dengan tujuan
pribadi manajer tersebut dan memberi kesempatan bagi mereka untuk mengadakan penawaran dengan manajer diatasnya. Dalam konteks yang lebih
spesifik, partisipasi dalam anggaran merupakan proses dimana para individu, yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian
target sasaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penjualan target sasaran. Seperti dikemukakan Milani 1975 yang dikutip Anissarahma,2008,
bahwa tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam proses penyusunan anggaran merupakan factor utama yang membedakan antara anggaran
partisipatif dan anggaran non partisipatif, aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif dibandingkan dengan anggaran
non partisipatif. Partisipasi yang sukses akan memberikan keuntungan kepada perusahaan
sebagai berikut: 1.
Suatu pengaruh yang sehat pada kepentingan inisiatif dan formal 2.
Akan menghasilkan rencana yang lebih baik, karena adanya kombinasi pemikiran dari beberapa individu
3. Seluruh tingkat manajemen lebih menyadari bagaimana fungsinya sesuai
dengan keseluruhan struktur gambar operasionalnya 4.
Dapat meningkatkan kerja sama antar departemen
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Bagi karyawan bawahan dapat menyadari situasi dimsa mendatang
Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan kompleks, kemungkinan akan menimbulkan dampak fungsional dan disfungsional
terhadap sikap dan prilaku anggota organisasi Milani, 1975 dalam Anissarahma,2002:650. Brownell 1982 menjelaskan partisipasi sebagai suatu
proses mengevaluasi kinerja para individu dan menetapkan penghargaan atas dasar sasaran anggaran yang telah dicapai serta keterlibatan dan pengaruh para
individu dalam penyusunan anggaran. Partisipasi dalam penyusunan anggaran lebih memungkinkan bagi para manajer sebagai bawahan untuk melakukan
negosiasi dengan atasan mereka mengenai kemungkinan target anggaran yang dapat dicapai Dunk, 1993.
Adapun indikator dari partisipasi anggaran adalah sebagai berikut : Milani, 1975 dikutip oleh Supriyono,2004:282.
1. Seberapa besar keterlibatan para manajer dalam pengusulan dan penyusunan anggaran bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Tingkat kelogisan alasan yang diberikan oleh atasan para manajer dalam merevisi anggaran yang mereka usulkan atau susun.
3. Seberapa sering manajer mengajak atasannya mendiskusikan anggaran yang diusulkannya.
4. Seberapa besar pengaruh yang dimiliki manajer dalam penentuan jumlah anggaran final yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Kontribusi manajer terhadap anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.6.1.2. Kecukupan Anggaran
Kecukupan anggaran adalah tingkat persepsi individu bahwa sumber- sumber yang dianggarkan mencukupi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang
diperlukan. Supriyono, 2004:282 Gagasan tersebut dapat dibedakan dari gagasan budgetary slack
adalah kesengajaan bawahan untuk menyusun usulan anggaran biaya yang jumlahnya berlebihan dibandingkan dengan anggaran yang sewajarnya
diperlakukan. Dengan kata lain budgetary slack terdiri atas dua komponen yaitu; 1. sumber-sumber anggaran yang berlebihan. 2. hasil dari bias yang disengaja
dalam meramal anggaran. kecukupan anggaran tidak mudah dicapai harus melibatkan sumber-sumber yang berlebihan atau bias yang disengaja dalam
peramalan. Adapun indikator dari kecukupan anggaran adalah sebgai berikut:
Supriyono, 2004:282. 1. Anggaran manajer tersebut memungkinkan untuk melaksanakan apa yang
diharapkannya. 2. Dengan menggunakan anggaran, manajer dapat mencapai apa yang
diharapkannya. 3. Manajer percaya dengan menggunakan anggaran dapat mencapai apa yang
diharapkannya
2.7. Budgetary slack 2.7.1. Pengertian Budgetary Slack