15
pembelajaran 2 Kecocokan dengan proses reinvention, yang berarti bahwa konsep, aturan, cara, atau sifat, termasuk model matematis, tidak
disediakan atau diberitahukan oleh guru, tetapi siswa berusaha sendiri untuk membentuk dan membangun sendiri pengetahuannya.
4. Self developed model membangun sendiri model
Prinsip ketiga ini menunjukan adanya fungsi jembatan yang berupa model yang dimaksud model adalah cara penyelesaiannya siswa dalam
menyelesaikan masalah kontekstual itu jadi yang membangun model cara penyelesaian itu adalah siswa sendiri
2.1.3.4 Kelebihan PMRI
Kelebihan pembelajaran matematika realistik. Menurut Traffers dalam Susanto, 2013: 207 kelebihan pembelajaran matematika realistik
antara lain: 1.
Siswa diperkenalkan untuk masuk ke dalam matematika secara alamiah dan termotivasi.
2. Masalah masalah yang kontekstual bagi siswa fakta.
3. Siswa mengalami langsung pengalaman belajar.
2.1.4 Pengertian Matematika
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BNSP, 2007:143 “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia”. Menurut untaian tersebut dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu pasti yang harus dikuasai atau
dipelajari oleh setiap orang yang berkaitan dengan penalaran logika yang
16
mendasari perkembangan teknologi modern dan berperan penting memajukan daya pikir manusia. Menurut Hudojo 2001:45 menyatakan
bahwa matematika adalah sebuah ilmu yang memerlukan cara bernalar secara deduktif, formal, dan abstrak. Susanto, 2013: 185 menambahkan
bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam
penyelesaian masalah. Menurut beberapa pendapat ahli yang ada di atas maka peneliti
menyimpulkan pembelajaran matematika adalah sebuah ilmu tentang logika yang memerlukan cara bernalar untuk meningkatkan berpikir dan
pengalaman belajar peserta didik. Peneliti dalam penelitian ini memilih KD 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang untuk dijadikan materi
ke dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
2.1.5 Bangun datar
Pengertian bangun datar
Menurut Astuti dan Sunardi 2009: 129, bangun datar adalah bangun geometri yang mana seluruh bagiannya terletak pada satu bidang.
Bangun datar juga bisa disebut bangun dua dimensi karena bangun datar memiliki dua ukuran yakni panjang dan lebar Saepudin, 2009 : 91. Bangun
yang termasuk dalam bangun datar itu sendiri yaitu bangun persegi empat, trapesium, belah ketupat, jajar genjang, lingkaran, segitiga, segi enam,
bintang.
17
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bangun datar adalah bangun dua dimensi atau bidang datar yang dibatasi oleh garis
lurus atau lengkung.
Luas Trapesium
Menurut Utomo, Dwi 2009: 70 Trapesium merupakan bangun datar yang mempunyai dua garis sejajar yang berbeda ukurannya atau
segiempat yang sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
Gambar 2.1 Rumus Luas trapesium
Luas layang layang Menurut Saepudin 2009: 95 Layang-layang merupakan sebuah
bangun yang mempunyai dua buah diagonal. Pada gambar layang-layang ABCD di samping diagonalnya adalah garis AB dan garis CD.
Gambar 2.2 Rumus luas Layang layang 2.2
Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Kumalasari, Melania Endah. 2014. Dengan judul
“Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Kelas V SDN Adisucipto 1 Mata Pelajaran Matematika
Menggunakan Pendekatan PMRI”. Hasil penelitian yang dilakukan dalam
Luas trapesium = Jumlah sisi sejajar x tinggi 2
Luas Layang-layang = 1 d
1
X d
2
2
18
dua siklus ini menunjukkan adanya peningkatan kedisiplinan dan peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa
yang termasuk dalam kriteria cukup disiplin Begitu pula dengan prestasi belajar meningkat dengan ditunjukkan perolehan siswa yang mencapai
KKM pada siklus II
Penelitian ke dua yang dilakukan oleh Ida Handayani berjudul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar siswa Kelas III pada Mata
pelajaran Pkn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di SDN Balangan 1”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam
kriteria cukup aktif pada indikator 1 Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 2 Keberanian mengungkapkan pendapat ,3 Tanggung
jawab terhadap tugas, pada kondisi awal mendapatkan 28,57, sementara pada siklus 1 mendapatkan 46,42, dan pada siklus 2 mendapatkan
64,28. Pada prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa pada persentase lulus KKM kondisi awal hanya 25 siswa yang lulus KKM, sementara pada
siklus 1 mendapatkan 46,42 yang lulus KKM dari 28 siswa dan pada siklus 2 meningkat menjadi 57,14 dari 28 siswa kelas III. Pada prestasi
belajar siswa juga menunjukkan bahwa rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal 61,37, sedangkan pada siklus 1
mendapatkan 78,71, dan pada siklus 2 mendapatkan 79. Terakhir penelitian yang dilakukan oleh Yulius Andi Baskoro
dengan judul” Peningkatan minat dan prestasi belajar belajar matematika tentang penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI siswa kelas V SDN
Galagahombo 1 ”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: penggunaan
19 pendekatan PMRI dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa di kelas
VA SDN Glagahombo 1 Kabupaten Sleman tahun ajaran 20112012 pada
materi Matematika tentang penjumlahan pecahan. Hal ini ditunjukkan pada hasil evaluasi siklus I 45 dari 20 dan meningkat pada siklus II yaitu 85
dari 20 siswa sudah menguasai materi penjumlahan pecahan.
Pada ketiga penelitian tersebut peneliti membuat literatur map untuk memberikan gambaran yang jelas seperti berikut:
Gambar 2.3 Penelitian yang relevan dan penelitian yang hendak dilakukan
Pada gambar 2.3 di atas dari ketiga penelitian terdahulu peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan judul “Peningkatan Keaktifan
dan Prestasi Belajar menggunakan Pendekatan PMRI Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Plaosan 2
”. Kumalasari, Melania
Endah. 2014. Peningkatan
Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Kelas
V SDN Adisucipto 1 Mata Pelajaran
Matematika Menggunakan
Pendekatan PMRI Ida Handayani
2015 Peningkatan
Keaktifan dan Prestasi Belajar
siswa Kelas III pada Mata pelajaran Pkn
Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD di SDN
Balangan 1
Penelitian yang hendak diteliti Peningkatan Keaktifan dan Prestasi
Belajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada mata pelajaran Matematika siswa
kelas V SDN Plaosan 2 Yulius Andi
Baskoro 2013 Peningkatan minat
dan prestasi belajar
belajar matematika
tentang penjumlahan
pecahan dengan
pendekatan PMRI
siswa kelas V SDN Galagahombo 1
20
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika di sekolah dasar sering mengalami kendala terutama pada Kelas V mengenai materi menghitung luas trapesium
dan layang-layang. Menurut wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti penyebabnya adalah kurangnya keikutsertaan siswa dalam pembelajaran
karena kurang terkait dengan keseharian siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi dan keaktifan belajar diperlukan pendekatan
pembelajaran yang dapat mendekatkan dengan kehidupan keseharian siswa. Siswa SD dengan rentang usia 6-12 tahun berada pada tahap
operasional konkret. Siswa belum mampu mempelajari matematika secara abstrak. Siswa membutuhkan pendekatan belajar yang dapat membantu
dalam memahami permasalahan pada matematika. Pendekatan tersebut baiknya dapat menyajikan berbagai permasalahan nyata yang dialami oleh
siswa dalam
kehidupan sehari
hari, sehingga
siswa dapat
membayangkannya.
Pengajaran secara nyata dengan menggunakan pendekatan PMRI untuk mengembangkan ide dan konsep matematika. Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita. Melalui
pendekatan PMRI diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan keaktifan belajar siswa kelas V SDN Plaosan 2.