terhadap proses produksi Gilarso, 1994:62. Menurut Mulyono 1982:92-93 pendapatan dan penerimaan keluarga dapat berbentuk :
1 Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima sebagai balas jasa.
2 Pendapatan berupa barang yaitu segala penerimaan yang reguler akan tetapi tidak selalu berbentuk jasa, tetapi sifatnya
dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa. 3 Lain-lain yaitu penerimaan barang atau jasa yang biasanya
membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga. Menurut keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.
150KEP2006 tentang Penetapan Upah Minimum Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 memutuskan bahwa upah minimum
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 sebesar Rp. 500.000 lima ratus ribu rupiah per bulan.
D. Status Sekolah
Sekolah merupakan lembaga informal yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
061U1993 pasal 1, Sekolah Menengah Umum SMU dibagi menjadi dua yaitu, sekolah negeri dan sekolah swasta. SMU negeri adalah SMU yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan SMU swasta merupakan SMU yang diselenggarakan oleh masyarakat.
E. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua
Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan
atau prestasi siswa selama masa tertentu Sumadi Suryabrata, 1984:324. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer dalam Stein 2002:30 adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik
maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman- temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di
lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah
dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan
tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam
kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam
memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap
kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas
dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa
untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih
mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada
dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber
energi belajar. Penelitian Diah Arum 2005:48 membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian. Tadius Sudarna 2007:92 juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar. Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat pendapatanya berbeda. Diduga bahwa orang tua yang memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi dapat menunjang pendidikan anak dengan menyediakan fasilitas belajar anak. Keadaan seperti ini diharapkan dapat
merangsang perkembangan mental bagi perkembangan kecerdasan
emosional anak. Hal demikian disebabkan anak akan merasa bahagia dan lebih tenang karena segala keperluanya dalam belajar telah terpenuhi,
sehingga anak akan lebih terpusat pada pelajarannya, maka dapat mendukung anak untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Dengan
demikian anak menjadi termotivasi dan lebih berkonsentrasi dalam belajar, sehingga prestasi belajar anak akan meningkat pula. Sedangkan
pada orang tua yang pendapatanya rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam belajar. Hal ini dapat mengakibatkan motivasi
anak dalam belajar menjadi menurun dan anak akan merasa kurang percaya diri, maka hal ini dapat mangganggu konsentrasi anak dalam
belajar yang akan mengakibatkan terhambatnya pencapaian prestasi belajar anak.
2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua
Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan
atau prestasi siswa selama masa tertentu Sumadi Suryabrata, 1984:324. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer dalam Stein 2002:30 adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman-
temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial dari pada
situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta
terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar
dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam
menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.
Kemampuan untuk dapat memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap kepuasan, dan mengendalikan dorongan hati merupakan landasan
bagi keberhasilan anak dalam belajar. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba
untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang
mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika
bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi
dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber
energi belajar. Penelitian Diah Arum 2005:48 membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna 2007:92 juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar. Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat pendidikan berbeda. Diduga bahwa orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi dapat membantu anaknya dalam memecahkan persoalan-persoalan yang timbul sewaktu anak belajar. Hal demikian
disebabkan orang tua memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Kondisi demikian dapat memotivasi anak untuk belajar dengan lebih giat.
Kemampuan anak memotivasi dirinya dan bersosialisasi dengan orang- orang yang ada disekitarnya dengan baik, maka akan meningkatkan taraf
kecerdasan emosionalnya. Dengan taraf kecerdasan emosional anak yang meningkat, maka prestasi belajar anak akan meningkat pula. Sedangkan
pada orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan sulit untuk membantu anak dalam memecahkan persoalan-persoalana yang
timbul sewaktu anak belajar. Kondisi demikian menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar. Anak yang tidak dapat memotivasi diri sendiri
diduga memiliki taraf kecerdasan emosional yang rendah, dan selanjutnya prestasi belajar anak menjadi kurang baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yosef Haryadi Aribowo 2003:87 yang
mengatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi akan berprestasi dengan baik, sedangkan anak yang mempunyai
orang tua yang berpendidikan rendah akan berprestasi kurang baik. 3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
jenis pekerjaan orang tua Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu Sumadi Suryabrata, 1984:324.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan
Mayer dalam Stein 2002:30 adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman-
temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada
situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta
terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar
dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam
kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam
memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap
kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas
dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa
untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih
mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada
dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber
energi belajar. Penelitian Diah Arum 2005:48 membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna 2007:92 juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar. Derajat pengaruh keserdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda. Pada orang tua yang memiliki jenis pekerjaan
yang mapan pokok dapat menunjang pendidikan anaknya dan membiayai
keperluan anaknya dalam hal bersekolah. Dengan demikian anak tidak perlu lagi memikirkan soal biaya sekolah dengan sehingga anak akan lebih
fokus pada pelajaran disekolahnya dan anak juga akan lebih termotivasi untuk belajar serta anak akan lebih percaya diri jika bergaul dengan teman-
temanya. Misalnya, jika anak mengalami kesulitan dalam belajar anak akan bertanya pada teman dan gurunya sehingga prestasi anak akan lebih
meningkat. Sedangkan pada orang tua yang memiliki pekerjaan sampingan akan
sulit untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam belajar. Dengan keadaan seperti ini anak merasa sedih yang akan berakibat pada timbulnya rasa
tidak percaya diri dalam dirinya, hal ini tentu akan mempengaruhi prestasi belajar, karena pada akhirnya anak juga akan merasa tidak mampu untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di sekolah. Sehingga motivasi anak dalam belajar menurun yang akan mengakibatkkan prestasi anak
menjadi kurang baik. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Neli Sri Rejeki 2004:60 yang menyatakan bahwa
semakin tinggi jenis pekerjaan orang tua, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa.
4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah
Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan
atau prestasi siswa selama masa tertentu Sumadi Suryabrata, 1984:324.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan
Mayer dalam Stein 2002:30 adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman-
temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada
situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta
terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar
dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam
menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.
Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi
keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk
menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa
untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih
mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada
dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber
energi belajar. Penelitian Diah Arum 2005:48 membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna 2007:92 juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar. Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
diduga berbeda pada siswa yang berasal dari status sekolah yang berbeda. Sekolah negeri dianggap bermutu oleh sebagian besar masyarakat dan
mempunyai fasilitas yang lengkap serta didukung dengan kondisi lingkungan nyaman untuk belajar. Ketersediaan fasilitas sekolah bagi para
siswa akan semakin memotivasi siswa untuk belajar. Bobbi De Porter 2001:81 dalam http:www.bpkpenabur.or.id jurnal02082-100.pdf.,
berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan penuh kepercayaan antara
siswa dengan instruktur. Semakin mampu seseorang berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir manusia mengatasi situasi yang menantang
dan semakin mudah manusia mempelajari informasi baru. Dampaknya
prestasi belajar siswa akan meningkat. Selain faktor dari dalam diri siswa, faktor lingkungan sekitar juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya. Misalnya saja seorang siswa yang dapat mengenali emosi orang lain dengan baik, maka ia akan tahu kapan saat yang tepat
untuk berinteraksi dengan orang lain dan kapan saat yang tepat untuk tidak mendekatinya. Hal ini tentu akan berguna bagi anak ketika berada di
lingkungan sekolah, apalagi jika didukung dengan kondisi sekolah yang nyaman, fasilitas yang lengkap serta tenaga pengajar yang berkompeten.
Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kecerdasan emosional anak yang menjadi semakin baik. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
prestasi belajar anak. Berbeda pada sekolah swasta yang dianggap memiliki mutu dibawa sekolah-sekolah negeri dan memiliki fasilitas yang
kurang lengkap. Kondisi seperti ini menyebabkan anak merasa tidak nyaman dalam belajar yang akan berdampak pada menurunnya konsentrasi
anak dalam menerima pelajaran di sekolah. Diduga pula anak yang di sekolahkan pada sekolah swasta tidak ditunjang fasilitas yang lengkap
sehingga anak tidak memiliki motivasi untuk belajar dan anak merasa kurang terbantu dalam belajar, sehingga prestasi belajarnya akan
terhambat. Padahal kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat,
motivasi sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan http:www.duniaguru.com. Apabila seorang siswa tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar siswa, maka siswa kurang
mempunyai kecerdasan emosional yang baik. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, paradigma penelitian ini dapatdigambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar
Ditinjau Dari Status Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah
F. Hipotesis