BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari prestasi belajarnya. Ada banyak faktor yang diduga kuat mempengaruhi siswa dapat berprestasi dalam
belajar. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor dari dalam
meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, faktor intelektik, dan faktor non- intelektik. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor
sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan keagamaan.
Telah ada banyak penelitian yang dimaksudkan untuk menginvestigasi pengaruh faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa terhadap prestasi
belajar. Penelitian ini dimaksudkan untuk menginvestigasi pengaruh faktor non-intelektik terhadap prestasi belajar. Hal demikian penting oleh sebab
dalam beberapa kasus ditemukan bahwa siswa yang mempunyai IQ cukup tinggi tetapi mengalami kesulitan belajar di sekolah
http:www1.bpkpenabur.or.idjurnal0208. Hal tersebut diduga disebabkan siswa kurang bisa mengendalikan diri, mudah stres saat mengalami berbagai
persoalan, dan tidak mampu memotivasi dirinya sendiri. Dengan kata lain siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah.
1
Kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola segala emosi yang ada pada diri sendiri
www.sekolahindonesia.com. Daya dan kepekaan yang dimiliki seseorang yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional akan memotivasi mereka
untuk mencari manfaat dan potensi yang unik pada dirinya. Dengan demikian seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengaktifkan aspirasi dan nilai-
nilai yang paling dalam dan kemudian mengubahnya dari yang dipikirkan menjadi sesuatu yang harus dijalani. Hal inilah yang akan mempengaruhi
prestasi belajar seseorang. Dia akan dapat mengubah sumber-sumber energi, informasi yang nantinya akan memotivasi dirinya dalam belajar.
Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga kuat berbeda pada siswa yang status sosial ekonomi orang tua yang berbeda.
Status sosial ekonomi orang tua mencakup tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Pada siswa yang memiliki orang tua berpendidikan
tinggi diduga kuat derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki orang tua yang
berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dapat mengarahkan anaknya dan mendampingi mereka dalam belajar.
Hal ini dapat memotivasi anak untuk belajar dengan lebih giat. Seorang anak yang memiliki motivasi dan mampu memotivasi dirinya serta mampu
bersosialisasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan baik,mereka yang bersangkutan memiliki kecerdasan emosional. Semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional anak, maka akan mendukung pencapaian prestasi
belajar anak yang lebih baik. Pada orang tua yang memiliki pekerjaan tetap secara umum dapat
membiayai keperluan anaknya dalam hal bersekolah dibandingkan orang tua yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dapat dipenuhinya keperluan anak dalam
belajar membuat anak lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Anak juga akan lebih percaya diri apabila bergaul dengan teman-temannya. Kepercayaan
diri anak akan mendukung anak untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Hal demikian disebabkan jika anak mengalami kesulitan dalam belajar
anak tidak akan merasa malu untuk bertanya pada teman maupun gurunya. Anak menjadi lebih mampu bersosialisasi dengan lingkungannya dan hal ini
akan meningkatkan taraf kecerdasan emosional anak yang lebih baik. Orang tua yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi dipastikan
dapat memenuhi kebutuhan anak dalam belajar. Kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak dalam belajar membuat anak lebih termotivasi dan
lebih fokus pada pelajaran. Hal demikian mendukung anak untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan jika pendapatan orang
tua rendah dapat menghambat keberhasilan anak dalam belajar. Anak cenderung tidak termotivasi dan sulit untuk belajar karena segala fasilitas yang
diperlukan tidak tersedia. Anak juga akan merasa “minder” untuk bergaul dengan teman-temannya. Karena diduga kuat bahwa semakin tinggi
pendapatan orang tua, derajat hubunga kecerdasan emosional dengan prestasi belajar akan semakin tinggi.
Selain status sosial ekonomi orang tua, ada faktor lain yang juga
menunjang peningkatan prestasi belajar anak yaitu status sekolah. Status sekolah menjadi pertimbangan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.
Sekolah negeri secara umum dianggap oleh sebagian besar anggota masyarakat bermutu dan mempunyai fasilitas yang lengkap, dan memiliki
suasana yang nyaman untuk melakukan proses belajar mengajar. Ketersediaan fasilitas sekolah bagi para siswa akan semakin memotivasi siswa untuk
belajar. Bobbi De Porter 2001:81 dalam http:www.bpkpenabur.or.id jurnal02082-100.pdf., berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih
ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan penuh kepercayaan antara siswa dengan instruktur. Semakin mampu seseorang
berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir manusia mengatasi situasi yang menantang dan semakin mudah manusia mempelajari informasi baru.
Dampaknya prestasi belajar siswa akan meningkat. Hal ini berbeda pada sekolah swasta yang dianggap memiliki mutu di bawah sekolah-sekolah negeri
dan memiliki fasilitas yang kurang lengkap. Dampaknya para siswa kurang memiliki motivasi untuk belajar, sehingga prestasi belajarnya akan terhambat.
Berdasarkan uraian di atas maka bermaksud untuk menyelidiki derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa yang
berasal dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah yang berbeda. Penulis selanjutnya menuangkan dalam judul “Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah”. Penelitian ini merupakan survei pada siswa-
siswa kelas XII SMA di Kotamadya Yogyakarta.
B. Batasan Masalah