Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa kelas XII SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta.

(1)

x

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

DAN STATUS SEKOLAH

Survei pada siswa kelas XII SMA Negeri dan Swasta di kota Yogyakarta

Dwi Handayani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua; (2) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua; (3) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua; (4) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.

Penelitian dilaksanakan di dua SMA Negeri dan empat SMA Swasta di kota Yogyakarta pada bulan Oktober 2007 sampai dengan Januari 2008. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA kelas XII di kota Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian ini adalah 410 siswa. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (ayah) (β3 =0,004dan ρ =0,901>α =0,05), dan ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (ibu) (β3 =0,021dan

05 , 0 500

,

0 > =

= α

ρ ); (2) ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (ayah) (β3 =0,021dan ρ =0,418>α =0,05), dan ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (ibu) (β3 =0,033 dan ρ =0,156>α =0,05); (3) ada pengaruh negatif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau jenis pekerjaan orang tua (ayah) (β3 =−0,001dan ρ =0,952>α =0,05), dan ada pengaruh negatif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (ibu) (β3 =−0,029dan ρ =0,174>α =0,05); (4) ada pengaruh negatif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah (β3 =−0,032dan ρ =0,421>α =0,05).


(2)

xi

ACHIEVEMENT PERCEIVED FROM THE SOCIAL ECONOMIC STATUS OF PARENTS AND THE SCHOOL

( The survey done in the twelfth class students of public and private Senior High Schools in Yogyakarta)

Dwi Handayani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purposes of this research are to examine the effect of emotional intelligence towards learning achievement received from: (1) the parents’ income level; (2) the educational level of the parents’; (3) kinds of parents’ jobs; (4) the school’s status.

The research was conducted in two public and four private senior high schools in Yogyakarta from October 2007 to January 2008. The population of this research were the whole senior high school students of the twelfth class. The technique of sample collecting was purposive sampling. The data were collected by using questionnaire and documentation method. The technique of data analyis was regression equality developed by Chow.

The results of the research are: (1) there isn’t any effect of father’s income level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.004and

05 . 0 901

.

0 > =

= α

ρ ), and there isn’t any effect towards mother’s income level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.021 and

05 . 0 500

.

0 > =

= α

ρ ); (2) there isn’t any effect of father’s educational level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.021and

05 . 0 418

.

0 > =

= α

ρ ), and there isn’t any effect of mother’s educational level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.033and

05 . 0 156

.

0 > =

= α

ρ ); (3) there isn’t any effect towards kinds of father’s jobs on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.001and

05 . 0 952

.

0 > =

= α

ρ ), and there isn’t any effect towards kinds of mother’s jobs on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.029and

05 . 0 174

.

0 > =

= α

ρ ); (4) there isn’t any effect on school’s status on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.032 and

05 . 0 421

.

0 > =

= α


(3)

i

TUA DAN STATUS SEKOLAH

Survei pada Siswa Kelas XII SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Dwi Handayani

031334048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008


(4)

(5)

(6)

iv

Doa berkuasa merubah segala sesuatu

kita belajar bukan untuk mencari gelar

tetapi belajar untuk hidup

(YB. Sudarmanto)

Janganlah putus asa saat perjuanganmu terasa sia-sia

karena bersama-Nya selalu ada jalan keluar yang terbaik

dan semua tepat pada waktunya

(NN)

Dengan kesabaran maka kita akan tahu

Kapan kita akan bergerak dan maju

(NN)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

™

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang

selalu membimbing dan menyertaiku

™

Kedua orang tuaku yang telah mendoakan,

mendukung dan, menyayangiku

™

Saudara-saudaraku yang telah mendoakan dan

mendukungku

™

Ari yang telah mendukung, membantu, mendoakan

dan menyayangiku


(7)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 April 2008

Penulis


(8)

vi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Dwi Handayani

Nomor Mahasiswa : 031334048

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN STATUS SEKOLAH

Survei pada : Siswa Kelas XII SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 2 Juni 2008 Yang Menyatakan


(9)

vii

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan rahmat, serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul : “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN STATUS SEKOLAH (Survei pada Siswa Kelas XII SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta)”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan keterbatasan mulai dari tahap awal maupun sampai tahap akhir. Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan bantua yang berupa dorongan, bimbingan, dan sarana. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama SJ., M.Sc. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. T. Sarkim., M.Ed., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.


(10)

viii maupun bantuan dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd yang berkenan mendampingi dan mempertanggungjawabkan skripsi ini.

6. Ibu Rita Eny P, S.Pd., M.SA. yang berkenan mendampingi dan mempertanggungjawabkan skripsi ini.

7. Segenap Dosen dan staf karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi.

8. Kepada BAPEDA dan Dinas Perijinan Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

9. Kepada Kepala Sekolah dan segenap guru-guru (SMA Negeri 4, SMA Negeri 7, SMA PIRI 2, SMA Sang Timur, SMA Marsudi Luhur, dan SMA Taman Madya Jetis) yang telah memberikan ijin dan memberikan bantuan dalam memperoleh data-data yang penulis butuhkan.

10. Kedua orang tuaku (SL. Yulius dan KV. Kartinah) yang telah memberikan doa, semangat, perhatian dan kasih sayang yang sangat besar kepada saya, sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan kuliah.

11. Kakak-kakakku (Abang Eko, Kak Ratri), keponakanku Okta. Terimakasih untuk doa, semangat dan bantuanya.

12. Ari “Gunduls” yang telah memberikan semangat, kasih sayang, doa, bantuan, perhatian, dan nasehat kepadaku sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.


(11)

ix saya.

14. Untuk teman-teman seperjuanganku: Santy, Yiska, Mety, Nining, Yeni, Tiara, Septi, Sisca, Wulan, Wawan, Anes, Agus, Lala, Ana, Dewi, Witha, Uke, Adel, Siwi dan semua teman-teman PAK’B 2003. Terimakasih ya atas bantuan dan doronganya.

15. Mas Banu (terimakasih atas bantuan dan buku-bukunya), Mas Komar, Orang tuanya Ari, Hana, Icha, mbak Ajeng dan semua teman-teman kos, terimakasih atas dukungan dan doanya.

16. Untuk semua saudara dan teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan serta jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Yogyakarta, 2 Juni 2008 Penulis


(12)

x

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

DAN STATUS SEKOLAH

Survei pada siswa kelas XII SMA Negeri dan Swasta di kota Yogyakarta

Dwi Handayani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua; (2) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua; (3) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua; (4) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.

Penelitian dilaksanakan di dua SMA Negeri dan empat SMA Swasta di kota Yogyakarta pada bulan Oktober 2007 sampai dengan Januari 2008. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA kelas XII di kota Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian ini adalah 410 siswa. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (ayah) (β3 =0,004dan ρ =0,901>α =0,05), dan ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (ibu) (β3 =0,021dan

05 , 0 500

,

0 > =

= α

ρ ); (2) ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (ayah) (β3 =0,021dan ρ =0,418>α =0,05), dan ada pengaruh positif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (ibu) (β3 =0,033 dan ρ =0,156>α =0,05); (3) ada pengaruh negatif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau jenis pekerjaan orang tua (ayah) (β3 =−0,001dan ρ =0,952>α =0,05), dan ada pengaruh negatif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (ibu) (β3 =−0,029dan ρ =0,174>α =0,05); (4) ada pengaruh negatif dan tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah (β3 =−0,032dan ρ =0,421>α =0,05).


(13)

xi

ACHIEVEMENT PERCEIVED FROM THE SOCIAL ECONOMIC STATUS OF PARENTS AND THE SCHOOL

( The survey done in the twelfth class students of public and private Senior High Schools in Yogyakarta)

Dwi Handayani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purposes of this research are to examine the effect of emotional intelligence towards learning achievement received from: (1) the parents’ income level; (2) the educational level of the parents’; (3) kinds of parents’ jobs; (4) the school’s status.

The research was conducted in two public and four private senior high schools in Yogyakarta from October 2007 to January 2008. The population of this research were the whole senior high school students of the twelfth class. The technique of sample collecting was purposive sampling. The data were collected by using questionnaire and documentation method. The technique of data analyis was regression equality developed by Chow.

The results of the research are: (1) there isn’t any effect of father’s income level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.004and

05 . 0 901

.

0 > =

= α

ρ ), and there isn’t any effect towards mother’s income level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.021 and

05 . 0 500

.

0 > =

= α

ρ ); (2) there isn’t any effect of father’s educational level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.021and

05 . 0 418

.

0 > =

= α

ρ ), and there isn’t any effect of mother’s educational level on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =0.033and

05 . 0 156

.

0 > =

= α

ρ ); (3) there isn’t any effect towards kinds of father’s jobs on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.001and

05 . 0 952

.

0 > =

= α

ρ ), and there isn’t any effect towards kinds of mother’s jobs on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.029and

05 . 0 174

.

0 > =

= α

ρ ); (4) there isn’t any effect on school’s status on the degree of emotional intelligence towards learning achievement (β3 =−0.032 and

05 . 0 421

.

0 > =

= α


(14)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6


(15)

xiii

1. Pengertian Kecerdasan Emosional... 7

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 9

B. Prestasi Belajar ... 10

1. Pengertian Prestasi Belajar... 10

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua... 12

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 12

a. Tingkat pendidikan... 12

b. Jenis Pekerjaan ... 13

c. Pendapatan... 13

D. Status Sekolah... 14

E. Kerangka Berfikir ... 15

1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 15

2. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Orang Tua... 17

3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 20

4. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Status Sekolah... 22 ...


(16)

xiv BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

C. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian ... 28

1. Subyek Penelitian... 28

2. Obyek Penelitian ... 28

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel... 28

3. Teknik Penarikan Sampel ... 29

E. Oprasionalisasi Variabel ... 29

1. Variabel Kecerdasan Emosional ... 29

2. Variabel Prestasi Belajar ... 31

3. Variabel Status Sosial Ekonomi Orag Tua ... 31

4. Variabel Status Sekolah ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Kuesioner ... 34

2. Dokumentasi ... 34


(17)

xv

H. Teknik Analisis Data ... 38

1. Deskripsi Data... 38

2. Pengujian Normalitas dan Linieritas... 38

a. Pengujian Normalitas ... 38

b. Pengujian Linearitas ... 39

3. Pengujian Hipotesis... 40

a. Hipotesis ... 40

b. Pengujian Hipotesis ... 40

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 42

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 42

a. Jenis Kelamin ... 42

b. Pendapatan Orang Tua ... 43

c. Pendidikan orang Tua... 44

d. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 46

e. Asal Sekolah... 48

2. Deskripsi Variabel penelitian... 49

a. Kecerdasan emosional ... 49

b. Prestasi Belajar ... 50


(18)

xvi

b. Pengujian Linearitas ... 58 2. Pengujian hipotesis ... 59

a. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua ... 59

... b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua... 63 c. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua... 66 d. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari status sekolah ... 70 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua ... 72 2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua ... 74 3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ... 76 4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar


(19)

xvii

B. Keterbatasan penelitian... 83 C. Saran-saran ... 84


(20)

xviii

Gambar 2.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Status Sosioal Ekonomi Orang Tua dan Status


(21)

xix

Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Responden ... 28

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 30

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua... 32

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 32

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 33

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Status Sekolah... 33

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 35

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 41

Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan Orang Tua (ayah) ... 42

Tabel 4.3 Tingkat Pendapatan Orang Tua (ibu)... 44

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua (ayah)... 45

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Orang Tua (ibu) ... 46

Tabel 4.6 Jenis Pekerjaan Orang Tua (ayah) ... 47

Tabel 4.7 Jenis Pekerjaan Orang Tua (ibu)... 47

Tabel 4.8 Asal sekolah Siswa ... 48

Tabel 4.9 Kecerdasan Emosional Siswa ... 49

Tabel 4.10 Prestasi Belajar Siswa ... 50

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional... 52

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Prestasi Belajar... 55


(22)

xx

Lampiran I. Kuesioner ... 89 Lampiran II. Validitas dan Reliabilitas ... 95 Lampiran III. Data Induk Penelitian Prestasi Belajar... 97 Lampiran IV Data Induk Penelitian Kecerdasan Emosional ... 104 Lampiran V. Data Deskripsi Responden ... 114 Lampiran VI Daftar Distribusi Frekuensi... 121 Lampiran VII Perhitungan Mean, Median, dan Modus...162 Lampiran VIII. Pengujian Normalitas Dan Linieritas... 163 Lampiran IX Tabel F ... 173 Lampiran.X Perhitungan PAP ... 174 Lampiran XI. Data Induk Regresi ... 176 Lampiran XII. Perhitungan Regresi ... 183 Lampiran XIII Perhitungan Determinasi... 190 Lampiran XIV. Surat Ijin Penelitian... 210 Lampiran XV Surat Keterangan Penelitian ... 219


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari prestasi belajarnya. Ada banyak faktor yang diduga kuat mempengaruhi siswa dapat berprestasi dalam belajar. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor dari dalam meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, faktor intelektik, dan faktor non-intelektik. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan keagamaan.

Telah ada banyak penelitian yang dimaksudkan untuk menginvestigasi pengaruh faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa terhadap prestasi belajar. Penelitian ini dimaksudkan untuk menginvestigasi pengaruh faktor non-intelektik terhadap prestasi belajar. Hal demikian penting oleh sebab dalam beberapa kasus ditemukan bahwa siswa yang mempunyai IQ cukup tinggi tetapi mengalami kesulitan belajar di sekolah (http:/www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/08). Hal tersebut diduga disebabkan siswa kurang bisa mengendalikan diri, mudah stres saat mengalami berbagai persoalan, dan tidak mampu memotivasi dirinya sendiri. Dengan kata lain siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah.


(24)

Kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola segala emosi yang ada pada diri sendiri (www.sekolahindonesia.com). Daya dan kepekaan yang dimiliki seseorang yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional akan memotivasi mereka untuk mencari manfaat dan potensi yang unik pada dirinya. Dengan demikian seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam dan kemudian mengubahnya dari yang dipikirkan menjadi sesuatu yang harus dijalani. Hal inilah yang akan mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Dia akan dapat mengubah sumber-sumber energi, informasi yang nantinya akan memotivasi dirinya dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga kuat berbeda pada siswa yang status sosial ekonomi orang tua yang berbeda. Status sosial ekonomi orang tua mencakup tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Pada siswa yang memiliki orang tua berpendidikan tinggi diduga kuat derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki orang tua yang berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dapat mengarahkan anaknya dan mendampingi mereka dalam belajar. Hal ini dapat memotivasi anak untuk belajar dengan lebih giat. Seorang anak yang memiliki motivasi dan mampu memotivasi dirinya serta mampu bersosialisasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan baik,mereka yang bersangkutan memiliki kecerdasan emosional. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional anak, maka akan mendukung pencapaian prestasi


(25)

belajar anak yang lebih baik.

Pada orang tua yang memiliki pekerjaan tetap secara umum dapat membiayai keperluan anaknya dalam hal bersekolah dibandingkan orang tua yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dapat dipenuhinya keperluan anak dalam belajar membuat anak lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Anak juga akan lebih percaya diri apabila bergaul dengan teman-temannya. Kepercayaan diri anak akan mendukung anak untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Hal demikian disebabkan jika anak mengalami kesulitan dalam belajar anak tidak akan merasa malu untuk bertanya pada teman maupun gurunya. Anak menjadi lebih mampu bersosialisasi dengan lingkungannya dan hal ini akan meningkatkan taraf kecerdasan emosional anak yang lebih baik.

Orang tua yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi dipastikan dapat memenuhi kebutuhan anak dalam belajar. Kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak dalam belajar membuat anak lebih termotivasi dan lebih fokus pada pelajaran. Hal demikian mendukung anak untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan jika pendapatan orang tua rendah dapat menghambat keberhasilan anak dalam belajar. Anak cenderung tidak termotivasi dan sulit untuk belajar karena segala fasilitas yang diperlukan tidak tersedia. Anak juga akan merasa “minder” untuk bergaul dengan teman-temannya. Karena diduga kuat bahwa semakin tinggi pendapatan orang tua, derajat hubunga kecerdasan emosional dengan prestasi belajar akan semakin tinggi.


(26)

menunjang peningkatan prestasi belajar anak yaitu status sekolah. Status sekolah menjadi pertimbangan orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Sekolah negeri secara umum dianggap oleh sebagian besar anggota masyarakat bermutu dan mempunyai fasilitas yang lengkap, dan memiliki suasana yang nyaman untuk melakukan proses belajar mengajar. Ketersediaan fasilitas sekolah bagi para siswa akan semakin memotivasi siswa untuk belajar. Bobbi De Porter (2001:81) dalam http://www.bpkpenabur.or.id/ jurnal/02/082-100.pdf., berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan penuh kepercayaan antara siswa dengan instruktur. Semakin mampu seseorang berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir manusia mengatasi situasi yang menantang dan semakin mudah manusia mempelajari informasi baru. Dampaknya prestasi belajar siswa akan meningkat. Hal ini berbeda pada sekolah swasta yang dianggap memiliki mutu di bawah sekolah-sekolah negeri dan memiliki fasilitas yang kurang lengkap. Dampaknya para siswa kurang

memiliki motivasi untuk belajar, sehingga prestasi belajarnya akan terhambat. Berdasarkan uraian di atas maka bermaksud untuk menyelidiki derajat

pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa yang berasal dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah yang berbeda. Penulis selanjutnya menuangkan dalam judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah”. Penelitian ini merupakan survei pada siswa-siswa kelas XII SMA di Kotamadya Yogyakarta.


(27)

B. Batasan Masalah

Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain, faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Penelitian ini memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional. Secara spesifik penulis ingin mengetahui apakah tinggi/rendahnya derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar berbeda pada siswa yang berasal dari status sosioal ekonomi orang tua dan status sekolah yang berbeda.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua?

2. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?

3. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua?

4. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah?


(28)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan hasil-hasil penelitian yang memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Kegunaan akademik yaitu pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan untuk mengkonfirmasi hasil-hasil penelitian terdahulu atau teori-teori yang sudah ada.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

C. Burt dalam Fudaryanto (2002:87) mendefinisikan kecerdasan sebagai suatu kemampuan kognitif umum yang dibawa sejak lahir. Oleh karena nilai atau skor tes kecerdasan yang ada sering dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, tentulah hal ini akan memberi konsekuensi definisi kecerdasan yang berbeda dengan kecerdasan yang ditentukan dengan pengetesan. Sementara menurut Freeman dalam Fudaryanto (2002:89), kecerdasan adalah kemampuan untuk beradaptasi, belajar dan kemampuan berpikir abstrak.

Kecerdasan adalah kecenderungan untuk mengambil dan mempertahankan pilihan yang tepat, kapasitas untuk adaptasi-adaptasi dengan maksud memperoleh tujuan yang diinginkan dan kekuatan untuk auto kritik. Adapun tipe-tipe kecerdasan menurut Eduard Lee Thorndike (Fudaryanto, 2002:99) :

a. kecerdasan rill

Kecerdasan ini adalah kemampuan individu untuk menghadapi situasi-situasi dan benda-benda rill.

b. kecerdasan abstrak

Kecerdasan abstrak adalah kemampuan manusia untuk mengerti


(30)

kata, bilangan, dan huruf, simbol-simbol, tanda, rumusan, dan sebagainya.

c. kecerdasan sosial

Kemampuan individu untuk menghadapi dan mereaksi kepada situasi-situasi sosial atau hidup di masyarakat.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak secara seketika untuk mengatasi masalah yang di tanamkan secara berangsur – angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu – kewaktu. Lebih lanjut dalam kamus Bahasa Inggris Oxford (1995:137), emosi didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (http://www.binuscareer.com).

Jenis-jenis emosi antara lain: amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, jengkel dan malu, uraian di atas hanyalah sebagian dari garis besar emosi itu sendiri. Ada begitu banyak emosi yang seringkali kita rasakan, hal ini muncul dikarenakan emosi yang kita rasakan begitu bervariasi dengan campuran emosi satu dengan yang lain, emosi yang begitu cepat berubah (http://www.binuscareer.com).

Menurut Salovey dan Mayer dalam Stein (2002:30), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Kecerdasan emosional


(31)

juga dapat diartikan kemampuan kita untuk mengenali dan mengelola segala emosi yang ada pada diri kita (www.sekolahindonesia.com).

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal ini sejalan dengan definisi kecerdasan emosional dalam (http://info.stieperbanas.ac.id/makalah/kepekaan03). Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.

Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat serta memotivasi diri serta membantu kita untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2001:57-59) yang mengadaptasi dari Salovey dan Mayer membedakan aspek-aspek kecerdasan emosional menjadi lima kecakapan emosi dan sosial yaitu :

1. Mengenali Emosi Diri (emotional awareness)

Inti dan kecerdasan emosional adalah kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu kesadaran ini dilukiskan sebagai “perhatian tak memihak”. Kesadaran ini bukanlah perhatian emosi, bereaksi secara


(32)

berlebihan, dan melebih-lebihkan apa yang diserap. 2. Mengelola Emosi (managing emotion)

Emosi bukan untuk ditekan, karena setiap perasaan mempunyai nilai dan makna.

3. Memotivasi diri sendiri (self motivation)

Kecerdasan emosional dapat berupa kecakapan utama apabila kita dapat mengelola tingkat jalan mempertinggi kemampuan lainnya misalnya antusiasme, semangat, tekun, gigih, dan ulet.

4. Mengenal emosi orang lain (managing empati)

Akar permasalahan disini adalah empati yang artinya, ikut merasakan bagian orang lain. Suatu kemampuan empati dapat ditumbuhkan sejak bayi, dengan mulai belajar menyetarai emosi. 5. Membina hubungan (social comunication)

Salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik atau buruk seseorang menggunakan tata krama tampilan.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik,1983:21). Menurut Sumadi Suryabrata (1984:324), prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru


(33)

mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1190), prestasi belajar adalah penguasaan ketrampilan terhadap mata pelajaran yang diberikan melalui hasil tes.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam dirinya (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Menurut Ahmadi (1991:130-131), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1. Faktor internal.

a. Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh misalnya, pengelihatan, pendengaran dan struktur tubuh.

b. Faktor fisiologis baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh: 1). faktor intelektik yang meliputi faktor potensial seperti

kecerdasan dan bakat.

2). faktor non intelektik, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, emosi dan motivasi.

c. Faktor kematangan fisik dan psikis 2. Faktor eksternal

a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.


(34)

dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.

d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1461), status adalah keadaan atau keadaan orang atau badan dalam hubunganya dengan masyarakat sekelilingnya. Status soioal ekonomi orang tua juga diartikan sebagai suatu kedudukan yang dimiliki yang nantinya akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Status sosial ekonomi orang tua meliputi:

a. Tingkat Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan peralatan. Dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua dapat diklasifikasikan menjadi (Siagian, 1987:185).

1). Tingkat Pendidikan Dasar. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan.


(35)

2). Pendidikan Menengah. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan atau meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi bagian dari organisasi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik.

3). Pendidikan Tinggi. Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional.

b. Jenis Pekerjaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:722), pekerjaan merupakan hal-hal yang diperbuat, diusahakan atau dikerjakan, tugas kewajiban. Jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1). Pekerjaan Pokok

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1177), pekerjaan pokok merupakan mata pencaharian yang terutama.

2). Pekerjaan Sambilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:722), pekerjaan sambilan merupakan pekerjaan yang bukan pekerjaan pokok atau utama. .

c. Pendapatan

Pendapatan atau penghasilan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang


(36)

terhadap proses produksi (Gilarso, 1994:62). Menurut Mulyono (1982:92-93) pendapatan dan penerimaan keluarga dapat berbentuk : 1) Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang

yang sifatnya reguler dan diterima sebagai balas jasa.

2) Pendapatan berupa barang yaitu segala penerimaan yang reguler akan tetapi tidak selalu berbentuk jasa, tetapi sifatnya dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa.

3) Lain-lain yaitu penerimaan barang atau jasa yang biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.

Menurut keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 150/KEP/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 memutuskan bahwa upah minimum Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) per bulan.

D. Status Sekolah

Sekolah merupakan lembaga informal yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 061/U/1993 pasal 1, Sekolah Menengah Umum (SMU) dibagi menjadi dua yaitu, sekolah negeri dan sekolah swasta. SMU negeri adalah SMU yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan SMU swasta merupakan SMU yang diselenggarakan oleh masyarakat.


(37)

E. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324). Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam


(38)

memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar dan hasil penelitian. Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat pendapatanya berbeda. Diduga bahwa orang tua yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi dapat menunjang pendidikan anak dengan menyediakan fasilitas belajar anak. Keadaan seperti ini diharapkan dapat merangsang perkembangan mental bagi perkembangan kecerdasan


(39)

emosional anak. Hal demikian disebabkan anak akan merasa bahagia dan lebih tenang karena segala keperluanya dalam belajar telah terpenuhi, sehingga anak akan lebih terpusat pada pelajarannya, maka dapat mendukung anak untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Dengan demikian anak menjadi termotivasi dan lebih berkonsentrasi dalam belajar, sehingga prestasi belajar anak akan meningkat pula. Sedangkan pada orang tua yang pendapatanya rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam belajar. Hal ini dapat mengakibatkan motivasi anak dalam belajar menjadi menurun dan anak akan merasa kurang percaya diri, maka hal ini dapat mangganggu konsentrasi anak dalam belajar yang akan mengakibatkan terhambatnya pencapaian prestasi belajar anak.

2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324). Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.


(40)

Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial dari pada situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.

Kemampuan untuk dapat memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap kepuasan, dan mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi keberhasilan anak dalam belajar. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber


(41)

energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat pendidikan berbeda. Diduga bahwa orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat membantu anaknya dalam memecahkan persoalan-persoalan yang timbul sewaktu anak belajar. Hal demikian disebabkan orang tua memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Kondisi demikian dapat memotivasi anak untuk belajar dengan lebih giat. Kemampuan anak memotivasi dirinya dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan baik, maka akan meningkatkan taraf kecerdasan emosionalnya. Dengan taraf kecerdasan emosional anak yang meningkat, maka prestasi belajar anak akan meningkat pula. Sedangkan pada orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan sulit untuk membantu anak dalam memecahkan persoalan-persoalana yang timbul sewaktu anak belajar. Kondisi demikian menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar. Anak yang tidak dapat memotivasi diri sendiri diduga memiliki taraf kecerdasan emosional yang rendah, dan selanjutnya prestasi belajar anak menjadi kurang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yosef Haryadi Aribowo (2003:87) yang


(42)

mengatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi akan berprestasi dengan baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan rendah akan berprestasi kurang baik.

3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324). Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam


(43)

kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.

Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh keserdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda. Pada orang tua yang memiliki jenis pekerjaan yang mapan (pokok) dapat menunjang pendidikan anaknya dan membiayai


(44)

keperluan anaknya dalam hal bersekolah. Dengan demikian anak tidak perlu lagi memikirkan soal biaya sekolah dengan sehingga anak akan lebih fokus pada pelajaran disekolahnya dan anak juga akan lebih termotivasi untuk belajar serta anak akan lebih percaya diri jika bergaul dengan teman-temanya. Misalnya, jika anak mengalami kesulitan dalam belajar anak akan bertanya pada teman dan gurunya sehingga prestasi anak akan lebih meningkat.

Sedangkan pada orang tua yang memiliki pekerjaan sampingan akan sulit untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam belajar. Dengan keadaan seperti ini anak merasa sedih yang akan berakibat pada timbulnya rasa tidak percaya diri dalam dirinya, hal ini tentu akan mempengaruhi prestasi belajar, karena pada akhirnya anak juga akan merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di sekolah. Sehingga motivasi anak dalam belajar menurun yang akan mengakibatkkan prestasi anak menjadi kurang baik. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Neli Sri Rejeki (2004:60) yang menyatakan bahwa semakin tinggi jenis pekerjaan orang tua, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa.

4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324).


(45)

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Dampaknya anak menjadi kesulitan dalam memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.

Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa


(46)

untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar dan hasil penelitian Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga berbeda pada siswa yang berasal dari status sekolah yang berbeda. Sekolah negeri dianggap bermutu oleh sebagian besar masyarakat dan mempunyai fasilitas yang lengkap serta didukung dengan kondisi lingkungan nyaman untuk belajar. Ketersediaan fasilitas sekolah bagi para siswa akan semakin memotivasi siswa untuk belajar. Bobbi De Porter (2001:81) dalam http://www.bpkpenabur.or.id/ jurnal/02/082-100.pdf., berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan penuh kepercayaan antara siswa dengan instruktur. Semakin mampu seseorang berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir manusia mengatasi situasi yang menantang dan semakin mudah manusia mempelajari informasi baru. Dampaknya


(47)

prestasi belajar siswa akan meningkat. Selain faktor dari dalam diri siswa, faktor lingkungan sekitar juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Misalnya saja seorang siswa yang dapat mengenali emosi orang lain dengan baik, maka ia akan tahu kapan saat yang tepat untuk berinteraksi dengan orang lain dan kapan saat yang tepat untuk tidak mendekatinya. Hal ini tentu akan berguna bagi anak ketika berada di lingkungan sekolah, apalagi jika didukung dengan kondisi sekolah yang nyaman, fasilitas yang lengkap serta tenaga pengajar yang berkompeten. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kecerdasan emosional anak yang menjadi semakin baik. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan prestasi belajar anak. Berbeda pada sekolah swasta yang dianggap memiliki mutu dibawa sekolah-sekolah negeri dan memiliki fasilitas yang kurang lengkap. Kondisi seperti ini menyebabkan anak merasa tidak nyaman dalam belajar yang akan berdampak pada menurunnya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah. Diduga pula anak yang di sekolahkan pada sekolah swasta tidak ditunjang fasilitas yang lengkap sehingga anak tidak memiliki motivasi untuk belajar dan anak merasa kurang terbantu dalam belajar, sehingga prestasi belajarnya akan terhambat. Padahal kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan (http://www.duniaguru.com). Apabila seorang siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar siswa, maka siswa kurang


(48)

mempunyai kecerdasan emosional yang baik. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah

Berdasarkan kerangka teoritik di atas, paradigma penelitian ini dapatdigambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Status Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

2. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

3. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

4. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.

Prestasi Belajar

Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status Sekolah Kecerdasan


(49)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif survei, yaitu proses mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya (Sevilla, 1993:76). Survei menekankan lebih pada penentuan informasi tentang variabel daripada informasi tentang individu. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan atas pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar jika ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah.

B. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Yogyakarta, SMA Negeri 7 Yogyakarta, SMA Taman Madya Jetis, SMA Marsudi Luhur Yogyakarta, SMA Piri 2 Yogyakarta, SMA Sang Timur Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(50)

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta yaitu SMA Negeri 4, SMA Negeri 7, SMA Taman Madya Jetis, SMA Marsudi Luhur, SMA Piri 2, dan SMA Sang Timur.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kecerdasan emosional, prestasi belajar, status sosial ekonomi orang tua, dan status sekolah.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA se-Kotamadya Yogyakarta yang berjumlah 6.112 siswa.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 4, SMA Negeri 7, SMA Taman Madya Jetis, SMA Marsudi Luhur, SMA Piri 2, dan SMA Sang Timur. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Nama Sekolah dan Jumlah Responden

Nomor Nama SMA Jumlah Responden

1. SMA Negeri 4 110

2. SMA Negeri 7 75

3. SMA Taman Madya Jetis 68


(51)

5. SMA Piri 2 72

6. SMA Sang Timur 45

Jumlah 410

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Sampling purposive dikenal juga sebagai sampling pertimbangan (Arikunto, 2002:117) Pertimbangan peneliti adalah karakteristik sekolah di Kotamadya Yogyakarta secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam sekolah berdasarkan negeri dan swasta. Mengingat hal demikian sampel penelitian ini diambil dengan mempertimbangkan karakteristik masing-masing sekolah yang berstatus berbeda dan berkarakteristik berbeda.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi, kerjasama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dimensi kecerdasan emosional mencakup mengenal emosi, mengelola emosi, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Berikut ini disajikan tabel oprasionalisasinya:


(52)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional No. Pertanyaan Dimensi Indikator

Positif Negatif Mengenali

emosi

1. Mengenal emosi diri 2. Mengetahui kekuatan diri 3. Mengetahui keterbatasan diri

4. Memiliki keyakinan akan

kemampuan sendiri 1 4 5 2 3 6 Mengelola emosi

1. Mampu menahan emosi dan

dorongan negatif

2. Menjunjung norma kejujuran

3. Bertanggung jawab atas

kinerja sendiri

4. Luwes terhadap perubahan 5. Terbuka terhadap ide-ide dan

informasi 7 8 9 12 10 11 Memotivasi diri

1. Dorongan untuk menjadi

lebih baik

2. Mampu menyesuaikan

dengan suasana kelompok

3. Kesiapan untuk

memanfaatkan kesempatan

4. Kegigihan dalam kondisi

kegagalan dan hambatan

13

14 15

17 16

Mengenali

emosi orang lain

1. Memahami perasaan orang

lain

2. Tanggap kepada kebutuhan

orang lain

3. Mengerti perasaan orang lain 4. Siap sedia melayani

18 19 20 22 21 Membina hubungan dengan orang lain

1. Keterampilan persuasif

2. Terbuka mendengarkan orang lain dan memberikan pesan yang jelas

3. Kemampuan menyelesaikan

tanggung jawab

23 24 25


(53)

4. Memiliki semangat kepemimpinan

5. Bersedia berkolaborasi

dengan orang lain

6. Ada kemampuan untuk

membangun tim

26,27 28 30

29

Masing-masing pernyataan tersebut di atas selanjutnya di ukur dalam 5 skala sikap dari skala likert: SS (sangat setuju)=5, S (setuju)=4, R (ragu-ragu)=3, TS (tidak setuju)=2, STS (sangat tidak setuju)=1 untuk pernyataan positif. Sedangkan untuk pernyataan negatif SS (sangat setuju)=1, S (setuju)=2, R (ragu-ragu)=3, TS (tidak setuju)=4, STS (sangat tidak setuju)=5.

2. Variabel Prestasi Belajar.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian ini didasarkan pada rata-rata nilai rapor yang diperoleh siswa pada kelas X dan XI semester 1 sampai dengan semester 2.

3. Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua.

Status sosial ekonomi orang tua dapat diartikan sebagai suatu kedudukan yang dimiliki yang nantinya akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Status sosial ekonomi orang tua meliputi:


(54)

a. Tingkat pendapatan

Pendapatan atau penghasilan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Berikut ini disajikan tabel operasional variabelnya Tiara Panji. S.(2007: 33 ).

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua

No. Tingkat Pendapatan Skor

1 Kurang dari Rp. 500.000 1

2 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 2

3 Lebih dari Rp. 1.000.000 3

b. Tingkat pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan orang tua. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabelnya Hendrikus. S (1998:5-13).

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua

No. Tingkat Pendidikan Skor

1. Sekolah Dasar (SD) 1

2. Sekolah Menengah Pertama

(SMP)/ sederajat 2

3. Sekolah Menengah Atas (SMA)/

sederajat 3


(55)

c. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan hal-hal yang diperbuat, diusahakan atau dikerjakan, tugas kewajiban yang merupakan mata pencaharian utama. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabelnya Hendrikus. S (1998:5-13).

Tabel 3.5

Operasional Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua

No. Jenis Pekerjaan Skor

1. Pegawai negeri (PemDa, Guru),

ABRI, POLRI

4

2. Pegawai swasta, Guru swasta,

Karyawan swasta

3

3. Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta 2

4. Lain -lain 1

4. Variabel Status Sekolah.

Menurut Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 061/U/1993, status sekolah dibagi menjadi dua yaitu, sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah yang dibiayai oleh negara. Sedangkan sekolah swasta merupakan sekolah yang dibiayai oleh suatu yayasan tertentu. Berikut ini disajikan operasionalsasi variabelnya:

Tabel 3.6

Operasional Variabel Status Sekolah

No. Status Sekolah Skor

1. Negeri 2


(56)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pernyataan yang diberikan kepada responden yang sebenarnya. kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kecerdasan emosional, status sosial ekonomi orang tua, dan status sekolah.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengutip data dari sekolah. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar, yaitu nilai rapor.

G. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Nilai validitas yang dicari dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson (Suharsimi Arikunto, 2002:146).

rxy =

(

)( )

{

(

)

}{

( )

}

− −

2 2

2 2

. N Y Y X

X N

Y X XY


(57)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

X = jumlah skor dalam sebaran X

Y = jumlah skor dalam sebaran Y

XY = jumlah hasil kali antara X dan Y

N = banyaknya sampel yang diujicobakan

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) diperhitungkan pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai koefisien rhitung suatu item pertanyaan lebih besar dari pada nilai koefisien rtabel maka item tersebut dapat dinyatakan valid, dan sebaliknya. Jika nilai koefisien rhitung suatu item pertanyaan lebih kecil dari pada nilai koefisien rtabel maka item tersebut tidak valid.

Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0 for

Windows. Data yang digunakan dalam pengujian validitas berasal dari SMA

Negeri 1 Mlati sebanyak 35 responden. Adapun hasil pengujian validitas adalah sebagai berikut (lampiran II hal 95).

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional

No. item rhitung rtabel Keterangan

1 0,490 0,344 Valid

2 0,690 0,344 Valid

3 0,480 0,344 Valid

4 0,621 0,344 Valid

5 0,371 0,344 Valid

6 0,570 0,344 Valid

7 0,506 0,344 Valid

8 0,588 0,344 Valid

9 0,525 0,344 Valid


(58)

11 0,539 0,344 Valid

12 0,418 0,344 Valid

13 0,561 0,344 Valid

14 0,462 0,344 Valid

15 0,443 0,344 Valid

16 0,406 0,344 Valid

17 0,651 0,344 Valid

18 0,349 0,344 Valid

19 0,356 0,344 Valid

20 0,552 0,344 Valid

21 0,497 0,344 Valid

22 0,412 0,344 Valid

23 0,498 0,344 Valid

24 0,637 0,344 Valid

25 0,637 0,344 Valid

26 0,576 0,344 Valid

27 0,766 0,344 Valid

28 0,632 0,344 Valid

29 0,721 0,344 Valid

30 0,663 0,344 Valid

Dari tabel 3.7 terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebanyak 30 butir pertanyaan sahih. Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 35 responden

dengan dk=n-2 (dk=35-2=33) dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,344. Dari hasil perhitungan diperoleh

bahwa keseluruhan nilai rhitung > rtabel (rhitung>0,344). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semua butir dalam pertanyaan kecerdasan emosional adalah valid.


(59)

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengambil data. Alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun digunakan kapanpun. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus koefisien Alpha dengan signifikansi 5 % berikut ini disajikan rumus koefisien Alpha (Suharsimi Arikunto, 2002:141).

rtt =

⎥⎦

⎢⎣

−1

k

k

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡

2

2 1 t h σ σ

Keterangan :

rtt = reliabel instrumen yang dicari

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ = jumlah varians butir 2

t

σ = varians total

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika koefisien Alpha ≥ 0,60 dengan taraf signifikan 5 %, maka instrumen penelitian tersebut reliabel. Sebaliknya Alpha ≤ 0,60dengan taraf signifikan5 %, maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunnally, 1967 dalam Imam Ghozali, 2006:41).

Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan bantuan program komputer SPSS 12.0 For Windows pada taraf signifikansi 5 %. Adapun sampel yang digunakan berukuran n = 35. Dari 30 pertanyaan pada variabel kecerdasan


(60)

emosional ini diperoleh nilai koefisien korelasi (rtt) sebesar 0,930. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien

korelasi dengan 0,60. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi lebih besar dari pada 0,60 (0,930>0,60). Ini berarti bahwa kuesioner variabel kecerdasan emosional dapat dikatakan reliabel.

H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menyajikan data dari variabel kecerdasan emosional, kecerdasan emosional, status sosial ekonomi orang tua, status sekolah dalam bentuk tabel. Dalam analisa ini dihitung mean, median, modus, dan standar deviasi.

2. Pengujian Normalitas Dan Liniearitas a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dapat digunakan untuk uji keselarasan data yang berskala minimal ordinal.


(61)

Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas adalah sebagai berikut (Sugiono, 2000:150):

D=Fo(X)-Sn(X) Keterangan :

D = Devisi/Penyimpangan

Fo(X) = Distribusi kumulatif teoritis

Sn = Distribusi frekuensi yang di observasi

Bila Probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal, begitu terjadi sebaliknya. Jika probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel normal.

b. Pengujian Linieritas

Uji lineritas dimaksudkan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Uji lineritas menggunakan persamaan regresi. Pengujian lineritas dilakukan dengan meregres masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai F sebagai berikut (Sudjana, 2005:332).

Rumus F = 2 2

e TC

S S

2 ) ( 2

− =

k TC JK

STC dan

k n

E JK Se

− = ( )


(62)

Keterangan :

F = harga bilangan F untuk garis regresi 2

TC

S = varian

2

e

S = varian kekeliruan

JK(TC) = jumlah kuadrat

JK(E) = jumlah kuadrat kekeliruan

Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k). jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada taraf signifikansi 5%, maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut dapat dikatakan linier, begitu juga sebaliknya jika nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi 5%, maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dikatakan tidak linier.

3. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah. Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah. b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi, yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:


(63)

Keterangan :

Yi = variabel pretasi belajar

ά0 = konstanta

Χ1 = variabel kecerdasan emosional

Χ2 = variabel status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah

Χ1 Χ2 = nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan varibel status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah

β1/β2/β3 = koefisien regresi (besaran pengaruh)

Untuk mengukur tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi, maka dilakukan perbandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (ά) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (ά) 0,05. Jika nilai koefisien regresi (β3) lebih tinggi dari taraf signifikansi (ά) 0,05, maka hipotesis penelitan ditolak.


(64)

42 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 sampai dengan Januari 2008. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII pada 6 SMA di Kota Yogyakarta. SMA tersebut adalah SMA Negeri 4 Yogyakarta, SMA Negeri 7 Yogyakarta, SMA Taman Madya Jetis, SMA Marsudi Luhur Yogyakarta, SMA Piri 2 Yogyakarta, SMA Sang Timur Yogyakarta. Sampel penelitian sebanyak 410 orang responden, yaitu 110 siswa/i dari SMA Negeri 4, 75 siswa/i dari SMA Negeri 7, 68 siswa/i dari SMA Taman Madya Jetis, 40 siswa/i dari SMA Marsudi Luhur, 72 siswa/i dari SMA Piri 2, dan 45 siswa/i dari SMA Sang Timur.

Adapun pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada siswa-siswi yang duduk di kelas XII atau kelas III SMA Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berikut ini disajikan deskripsi data hasil penelitian :

1. Deskripsi Responden Penelitian a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki Perempuan Total

No Nama SMA

f fr (%) f f r (%) f fr (%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 56 50,9 54 49,1 110 100


(65)

3 SMA Taman Madya Jetis 29 42,6 39 57,4 68 100

4 SMA Marsudi Luhur 25 62,5 15 37,5 40 100

5 SMA Piri 2 37 51,4 35 48,6 72 100

6 SMA Sang Timur 30 66,7 15 33,3 54 100

Jumlah 202 49,3 208 50,7 410 100

Dari tabel 4.1 di atas diketahui bahwa responden laki-laki sebanyak 202 siswa atau 49,3% dan responden perempuan sebanyak 208 siswi atau 50,7%. Dengan demikian disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan.

b. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua dibedakan menjadi tingkat pendapatan ayah dan tingkat pendapatan ibu.

Tabel 4.2

Tingkat Pendapatan Orang Tua Tingkat Pendapatan Ayah

I II III Total

No Nama SMA

f fr(%) f fr(%) f fr(%) f fr(%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 15 13,6 32 29,1 63 57,3 110 100

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 1 1,3 35 46,7 39 52,0 75 100

3 SMA Taman Madya Jetis 44 64,7 17 25,0 7 10,3 68 100

4 SMA Marsudi Luhur 12 30,0 15 37,5 13 32,5 40 100

5 SMA Piri 2 26 36,1 31 43,1 15 20,8 72 100

6 SMA Sang Timur 15 33,3 19 42,2 11 24,4 45 100

Jumlah 113 27,6 149 36,3 148 36,1 410 100

Keterangan :

I = Kurang dari Rp. 500.000 II = Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III = Lebih dari Rp. 1.000.000

f = frekuensi

fr = frekuensi relatif

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa pendapatan orang tua (ayah) dari siswa yang termasuk golongan I sebanyak 113 siswa (27,6%), golongan II


(66)

sebanyak 149 siswa (36,3%), dan golongan III sebanyak 148 siswa (36,1%).

Tabel 4.3

Tingkat Pendapatan Orang Tua Tingkat Pendapatan ibu

I II III Total

No Nama SMA

f fr(%) f fr(%) f fr(%) f fr(%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 46 41,8 27 24,5 37 33,6 110 100

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 1 1,3 39 52,0 35 46,7 75 100

3 SMA Taman Madya Jetis 61 89,7 5 7,4 2 2,9 68 100

4 SMA Marsudi Luhur 17 42,5 13 32,5 10 25,0 40 100

5 SMA Piri 2 45 62,5 20 27,8 7 9,7 72 100

6 SMA Sang Timur 28 62,2 12 26,7 5 11,1 45 100

Jumlah 198 48,3 116 28,3 96 23,4 410 100

Keterangan :

I = Kurang dari Rp. 500.000 II = Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III = Lebih dari Rp. 1.000.000

f = frekuensi

fr = frekuensi relatif

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendapatan orang tua (ibu) dari siswa termasuk golongan I sebanyak 198 siswa (48,3%), golongan II sebanyak 116 siswa (28,3), sedangkan untuk golongan III sebanyak 96 siswa (23,4%).

c. Pendidikan Orang Tua

Dalam penelitian ini pendidikan orang tua dibedakan menjadi tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu.


(67)

Tabel 4.4

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan Ayah

IV V Total

No Nama SMA

f fr (%) f fr (%) f fr (%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 40 36,4 61 55,5 110 100

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 24 32,0 43 57,3 75 100

3 SMA Taman Madya Jetis 34 50,0 4 5,9 68 100

4 SMA Marsudi Luhur 22 55,0 7 17,5 40 100

5 SMA Piri 2 34 47,2 13 18,1 72 100

6 SMA Sang Timur 29 64,4 10 22,2 45 100

Jumlah 183 44,6 138 33,7 410 100

Keterangan :

I = Tidak Tamat SD

II = SD atau sederajat III = SMP atau sederajat IV = SMA atau sederajat

V = D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3

F = frekuensi

Fr = frekuensi relatif

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pendidikan orang tua (ayah) dari siswa yang termasuk tingkat I sebanyak 13 siswa (3,2%), tingkat II sebanyak 23 siswa (5,6%), tingkat III sebanyak 53 siswa (12,9%), tingkat IV sebanyak 183 siswa (44,6%), dan tingkat V sebanyak 138 siswa (33,7%).

Pendidikan Ayah

I II III

No Nama SMA

f fr(%) f fr(%) f fr(%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 4 3,6 1 0,9 4 3,6

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 0 0 0 0 8 10,7

3 SMA Taman Madya Jetis 5 7,4 11 16,2 14 20,6

4 SMA Marsudi Luhur 0 0 3 7,5 8 20,0

5 SMA Piri 2 0 0 10 13,9 15 20,8

6 SMA Sang Timur 1 2,2 1 2,2 4 8,9


(68)

Tabel 4.5

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan Ibu

IV V Total

No Nama SMA

f fr (%) f fr (%) f fr (%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 45 40,9 49 44,5 110 100

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 24 32,0 38 50,7 75 100

3 SMA Taman Madya Jetis 26 38,2 2 2,9 68 100

4 SMA Marsudi Luhur 20 50,0 9 22,5 40 100

5 SMA Piri 2 33 45,8 7 9,7 72 100

6 SMA Sang Timur 24 53,3 11 24,4 45 100

Jumlah 172 42,0 116 28,3 410 100

Keterangan :

I = Tidak Tamat SD

II = SD atau sederajat III = SMP atau sederajat IV = SMA atau sederajat

V = D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3

F = frekuensi

Fr = frekuensi relatif

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pendidikan orang tua (ibu) dari siswa yang termasuk tingkat I sebanyak 1 7 siswa atau 4,1 %, tingkat II sebanyak 41 siswa atau 10%, tingkat III sebanyak 64 siswa atau 15,6%, tingkat IV sebanyak 172 siswa atau 42%, dan untuk tingkat V sebanyak 116 siswa atau 28,3%.

d. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Dalam penelitian ini jenis pekerjaan orang tua dibedakan menjadi jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu.

Pendidikan Ibu

I II III

No Nama SMA

f fr(%) f fr(%) f fr(%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 3 2,7 6 5,5 7 6,4

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 1 1,3 1 1,3 11 14,7

3 SMA Taman Madya Jetis 6 8,8 20 29,4 14 20,6

4 SMA Marsudi Luhur 2 5,0 1 2,5 8 2,0

5 SMA Piri 2 5 6,9 10 13,9 17 23,6

6 SMA Sang Timur 0 0 3 6,7 7 15,6


(69)

Tabel 4.6

Jenis Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ayah

I II III

No Nama SMA

f fr(%) f fr(%) f fr(%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 17 15,5 24 21,8 21 19,1

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 10 13,3 19 25,3 18 24,0

3 SMA Taman Madya Jetis 6 8,8 42 61,8 14 20,6

4 SMA Marsudi Luhur 6 15,0 14 35,0 12 30,0

5 SMA Piri 2 4 5,6 42 58,3 12 16,7

6 SMA Sang Timur 5 11,1 11 24,4 20 44,4

Jumlah 48 11,71 152 37,07 97 23,66

Pekerjaan Ayah IV

Total

No Nama SMA

f fr (%) f fr (%0

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 48 43,6 110 100

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 28 37,3 75 100

3 SMA Taman Madya Jetis 6 8,8 68 100

4 SMA Marsudi Luhur 8 20,0 40 100

5 SMA Piri 2 14 19,4 72 100

6 SMA Sang Timur 9 20,0 45 100

Jumlah 113 27,56 410 100

Keterangan: I = Lain-lain

II = Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta

III = Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV = Pegawai Negeri (pemda, guru), ABRI, POLRI f = frekuensi

fr = frekuensi relatif

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua (ayah) dari siswa yang termasuk golongan I sebanyak 48 siswa atau 11,17 %, golongan II sebanyak 152 siswa atau 37,07%, golongan III sebanyak 97 siswa atau 23,66%, dan golongan IV sebanyak 113 siswa atau 27,56%.

Tabel 4.7

Jenis Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ibu

I II III

No Nama SMA

f fr(%) f fr(%) f fr(%)

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 40 36,4 24 21,8 7 6,4

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 10 13,3 28 37,3 8 10,7

3 SMA Taman Madya Jetis 22 32,4 40 58,8 5 7,4


(70)

5 SMA Piri 2 27 37,5 27 37,5 10 13,9

6 SMA Sang Timur 23 51,1 11 24,4 4 8,9

Jumlah 137 33,41 143 34,88 41 10

Pekerjaan Ibu IV

Total

No Nama SMA

f fr (%) f fr (%0

1 SMA Negeri 4 Yogyakarta 39 35,5 110 100

2 SMA Negeri 7 Yogyakarta 29 38,7 75 100

3 SMA Taman Madya Jetis 1 1,5 68 100

4 SMA Marsudi Luhur 5 12,5 40 100

5 SMA Piri 2 8 11,1 72 100

6 SMA Sang Timur 7 15,6 45 100

Jumlah 89 21,71 410 100

Keterangan: I = Lain-lain

II = Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta

III = Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV = Pegawai Negeri (pemda, guru), ABRI, POLRI f = frekuensi

fr = frekuensi relatif

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua (ibu) dari siswa yang termasuk golongan I sebanyak 137 siswa atau 33,41 %, golongan II sebanyak 143 siswa atau 38,88%, golongan III sebanyak 41 siswa atau 10%, dan golongan IV sebanyak 89 siswa atau 21,71%.

e. Asal sekolah

Tabel 4.8 Asal Sekolah Siswa

Asal sekolah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Negeri 185 54,9

Swasta 225 45,1

Jumlah 410 100

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berasal dari sekolah negeri sebanyak 185 siswa atau sebesar 54,9% dan siswa yang berasal dari sekolah swasta sebanyak 225 siswa atau sebanyak 45,1%.


(71)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berasal dari sekolah swasta.

2. Deskripsi Variabel Penelitian a. Kecerdasan Emosional

Tabel 4.9

Kecerdasan Emosional Siswa Nama sekolah

I II III IV V

Skor

f fr (%) f fr (%) f fr (%) f fr (%) f fr (%)

103-120 4 3,64 7 9,33 4 5,88 1 2,5 4 5,56

89-102 34 30,91 38 50,67 33 48,53 21 52,5 43 59,72

80-88 53 48,18 24 32 24 35,29 17 42,5 24 33,33

71-79 17 15,45 6 8 7 9,33 1 2,5 1 1,39

<71 2 1,82 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 110 100 75 100 68 100 40 100 72 100

Keterangan :

I = SMA Negeri 4 Yogyakarta

II = SMA Negeri 7 Yogyakarta III = SMA Taman Madya Jetis IV = SMA Marsudi Luhur

V = SMA PIRI 2

VI = SMA Sang Timur f = frekuensi fr = frekuensi relatif

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional dari 20 siswa atau 4,88% terkategorikan sangat tinggi, 192 siswa atau 46,83% terkategorikan tinggi, 157 siswa atau 38,30% terkategorikan cukup tinggi,

Nama sekolah

VI Total

Skor

f fr (%) f fr (%)

Kriteria

103-120 0 0 20 4,88 Sangat Tinggi

89-102 23 51,11 192 46,83 Tinggi

80-88 14 33,33 157 38,30 Cukup Tinggi

71-79 7 15,56 39 9,51 Rendah

<71 0 0 2 0,49 Sangat rendah


(1)

219 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

220 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

221 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

222 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

223 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

224 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Prestasi Belajar Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA

0 2 15

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 1 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 0 13

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswa kelas XII SMA negeri dan swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 212

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswa kelas XII SMA negeri dan swasta di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 254

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswi kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 7 286

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswi kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 284

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswa kelas XII SMA negeri dan swasta di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 252

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa kelas XII SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 260

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswa kelas XII SMA negeri dan swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 210