Persepsi Perempuan Tentang Poligami Para Tokoh Agama Islam ”Ustadz”

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan sekaligus pada suatu saat berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat. Poligami menurut agama Islam yang tercantum dalam surat An – Nisa’ ayat 3, yaitu Allah SWT membolehkan beristeri lebih dari satu, tapi dibatasi sebanyak – banyaknya empat orang dengan ketentuan mampu berlaku adil antara semua istri itu, baik dalam hal makan, minum, perumahan, giliran dan sebagainya yang bersifat materi. Sehingga Dalil poligami tersebut berbunyi : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim bilamana kamu mengawininya, maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. QS. an- Nisaa`:3.

4.2.3 Persepsi Perempuan Tentang Poligami Para Tokoh Agama Islam ”Ustadz”

Berdasarkan wawancara mengenai persepsi perempuan tentang poligami yang dilakukan para tokoh agama Islam ”Ustadz”, paparan dari keenam informan sebagai berikut : Informan 1 memaparkan persepsinya mengenai poligami yang dilakukan ustadz yaitu : “Ya..memang poligami itu sah – sah saja di mata agama Islam, tapi sekarang tergantung lelakinya. Laki – laki mana yang bisa setia, atau kita ambil contoh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. saja keadilan. Setiap manusia tidak akan mendapatkan keadilan yang sama rata, sekarang kalau ada dua rumah tangga, kita tidak bisa membagi dan mendapatkan hasil yang sama dan pasti ada yang berbeda dan itu pemicunya. Sama halnya dengan Aa’ Gym, bagaimanapun juga istri pertama itu mengalah dan mengalah itu sakit menurut saya”. Informan 1 dalam pertanyaan ini juga menambahkan paparannya, walaupun tidak diijinkan untuk direkam suaranya namun informan tetap memberikan tambahan jawaban, sebagai berikut : “Apa ya mbak, kalau menurut saya boleh – boleh saja poligami itu dilakukan. Tapi kan ya ustadz juga kalau berpoligami harus bisa adil dan mampu terhadap istri – istrinya. Maksudnya itu, adil dan mampu ya dalam segi mungkin bisa kasih sayang, perhatiannya, atau mungkin yang saya katakan tadi materi juga penting mbak. Dan dalam masalah poligami ini pasti masalah lahir dan bathin antara istri – istrinya bisa berjalan dengan baik. Tapi mana ada perempuan yang bisa menerima jika diduakan cinta, perhatian bahkan materi sekalipun. Mengalah bagi istri pertama memberi ijin untuk suami berada dengan istri kedua atau istri – istrinya itu juga pasti istri pertama merasakan sakit hati. Soalnya mbak kalau saya jujur ya, ayah saya juga melakukan poligami dan ibu saya itu istri pertama. Jadi saya punya pengalaman juga mbak tentang poligami ini”. Wawancara : Rabu, 11 Mei 2011, pukul 19.00 WIB Analisis : Berdasarkan hasil wawancara, menurut informan 1 mengenai persepsi tentang poligami yang dilakukan ustadz yaitu bahwa poligami boleh dan sah – sah saja dilakukan oleh seorang laki - laki, karena dalam agama Islam poligami memang diperbolehkan. Namun, semua bergantung pada seorang laki – laki yang melakukan poligami tersebut, jika seorang laki – laki bisa memberikan hak dan kewajiban yang sama terhadap istri – istrinya asalkan seorang laki – laki dapat membagi lahir dan bathin masing – masing. Walaupun bagi istri pertama mengalah dan mengalah itu menimbulkan sakit hati. Karena informan 1 memiliki pengalaman pribadi terhadap kedua orang tuanya yang seorang ayah melakukan poligami. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Bagi informan 2 menanggapi poligami yang dilakukan ustadz adalah sebagai berikut : “Ustadz merupakan manusia biasa mbak. Saya kira kalau dia belum siap ya saya kira janganlah untuk poligami, masalahnya manusia itu kan godaannya lebih besar. Mungkin dia bisa bilang mampu berbagi katakanlah kalau istri muda 50 istri tua 50. Namun, saya rasa itu tidak mungkin masalahnya ustadz juga manusia itu tadi. Buktinya Aa’ Gym juga bisa bubar sama istri pertamanya”. Wawancara : Kamis, 12 Mei 2011, pukul 18.30 WIB Analisis : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 menganggapi bahwa Ustadz merupakan manusia biasa. Sehingga membuktikan bahwa teori lebih mudah untuk diucapkan namun pada kenyataannya dalam mempraktikkan itu tidak sesuai. Apalagi mengenai poligami, walaupun ustadz dapat mengucapkan mampu bersikap adil, tapi ternyata berpisah juga dengan istri terlebih dahulu. Menurut informan 3 menyatakan mengenai poligami yang dilakukan ustadz yaitu : “Ustadz juga manusia biasa, tapi mungkin karena dia pengetahuan agamanya lebih luas dan dia sudah menerjuni agama gitu. Kalau menurut saya sah – sah saja buat mereka untuk melakukan poligami, selama mereka bisa menghidupi istri – istrinya. Namun, bagi orang – orang seperti kita untuk mendengar kata poligami saja sudah takut. Jadi sudah mendengar poligami saja masih sedikit memandang sebelah mata. Mungkin bagi orang – orang yang mengerti atau paham dengan artinya poligami tidak masalah, mungkin karena dia mampu. Tapi seharusnya untuk ustadz – ustadz tersebut mereka juga harus mengetahui, karena mereka mau tidak mau mereka public figure otomatis orang – orang pasti melihat mereka terlebih dahulu. Harusnya mereka sadar jika mereka mau melakukan poligami seharusnya berpikir”. Wawancara : Senin, 16 Mei 2011, pukul 12.30 WIB Analisis : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3, maka peneliti mendapatkan informasi bahwa ustadz merupakan panutan masyarakat jadi secara tidak langsung apapun yang terjadi dengan ustadz akan tersebar dikalangan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. masyarakat pula. Poligami sah – sah saja jika memang dilakukan oleh seorang laki – laki, karena dalam agama pun memang diperbolehkan. Jadi, jika ustadz ingin melakukan poligami tersebut berpikir terlebih dahulu baik dan buruknya di dalam setiap kalangan baik keluarga maupun masyarakat. Informan 4 sebagai seorang presenter televisi memaparkan persepsinya mengenai poligami yang dilakukan ustadz : “Saya mau cerita sedikit, jadi gini saya pernah waktu syuting di acara yang membahas mengenai kuliner pondok pesantren di Jawa Timur. Saya sempat syuting di pondok pesantren daerah pacet, di situ saya syuting dengan keempat istri kyai. Saya awalnya sempat speechless, nggak percaya, kok bisa satu rumah satu suami empat istri dan mereka memiliki anak masing – masing serta kesibukan masing – masing. Tapi ternyata memang dalam hukum Islam kan semestinya tidak papa melakukan poligami, dikarenakan kan mengikuti sunah Rasul. Tapi Rasul pada saat itu menikahi perempuan – perempuan yang dianggap Rasul itu memang perlu diperhatikan, disayang, seperti janda yang sudah terlalu tua atau orang yang bener – bener yang membutuhkan perhatian, kasih sayang, bantuan. Tapi kalau yang saya lihat, laki – laki jaman sekarang yang poligami bukan karena ingin menolong, akan tetapi hanya untuk melampiaskan nafsunya saja. Namun, ustadz juga hanya manusia biasa, tapi ya mudah – mudahan dengan seperti itu bisa belajar dan berbagi pengalaman”. Wawancara : Kamis, 19 Mei 2011, pukul 11.00 WIB Analisis : Berdasarkan hasil wawancara informan 4 diketahui bahwa ustadz hanya sebagai manusia biasa. Namun, bagi informan 4 ini poligami yang dilakukan jaman sekarang bukan karena ingin menolong akan tetapi hanya melampiaskan nafsunya, berbeda dengan jaman Rasul bahwa poligami itu menikahi perempuan – perempuan yang dianggap Rasul memang perlu diperhatikan, disayang, seperti janda yang sudah terlalu tua atau orang yang bener – bener yang membutuhkan perhatian, kasih sayang, bantuan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada informan 5 sebagai ustadzah menyatakan bahwa poligami yang dilakukan ustadz yaitu : “Contohnya saja Aa’ Gym apalagi dia ustadz dan itu juga suatu ujian berat bagi dia sebagai seorang laki – laki kalau laki – laki itu tahu. Kalau laki – laki itu hanya sekedar bilang gampang, namun belum tentu itu benar – benar gampang. Dan gampang itu belum tentu adil materi saja tetapi adil lahir bathin, dan itu tadi yang tercantum pada surat An-Nisa’ ayat 3”. Wawancara : Minggu, 22 Mei 2011, pukul 19.00 WIB Analisis : Bagi informan 5 bahwa ustadz merupakan seorang laki – laki, walaupun seorang ustadz pun hanya mengucapkan “gampang” belum tentu sesuai dengan yang diucapkan. Sehingga jika seorang ustadz tersebut melakukan poligami maka ustadz tersebut mengalami suatu ujian berat bagi dirinya sebagai laki – laki. Karena tidak hanya mudah untuk berlaku adil baik materi maupun secara lahiriah dan bathiniah. Karena sudah terdapat pada surat An-Nisa’ ayat 3 yang berbunyi : “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka nikahilah perempuan lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil, Maka nikahilah seorang saja”. Informan 6 sebagai ustadzah yang juga sebagai kaum perempuan yang dipoligami menyatakan bahwa : ”Hmm begini yaa mbak..suami saya juga ustadz dikampung ini juga dikantornya dulu..kalau menurut saya sih semua tergantung dengan suami istri tersebut..sekarang banyak banget ustadz yaa yang berpoligami, yang kliatan aja mbak yang ada di tv tuwh kayak Aa’ Gym tapi sebenarnya yaa mbak..buktinya saya ini.. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pertanyaan 1 : Apa yang informan 1 ketahui tentang poligami? Jawaban : “Setahu saya sih poligami itu laki – laki yang beristri dua atau lebih, seperti itu yang saya tahu”. Analisis : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, peneliti menyikapi informasi tersebut bahwa poligami adalah perkawinan seorang laki – laki dengan dua orang perempuan atau lebih. Pertanyaan 4 : Seandainya suami informan 1 meminta izin untuk melakukan poligami, maka bagaimana sikap informan 1 terhadap suami yang meminta ijin untuk melakukan poligami? Jawaban : ”Nauzubillamindzaliqh..Jangan sampai kalau saya dipoligami. Menurut saya, ya sama seperti tadi saya memilih berpisah daripada dipoligami, lebih baik saya berpisah membawa anak – anak, kerja sendiri daripada setiap hari saya sakit hati melihat suami dengan orang lain. Saya tidak setuju jika suami saya meminta ijin untuk dipoligami dan saya menyuruh untuk memilih antara saya dan orang lain tersebut”. Menjawab pertanyaan 4, informan 1 menambahkan paparannya mengenai sikap informan 1 jika suami meminta ijin untuk melakukan poligami. Selama wawancara, informan 1 tersebut menceritakan tentang kisahnya yang ternyata memiliki ayah yang melakukan poligami, maka dari itu informan 1 tidak bersedia untuk direkam suaranya, berikut paparannya : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. “Kenapa saya tetap ingin bercerai jika suami saat meminta ijin poligami mbak, kan saya tadi juga bilang kalau saya tidak mau dipoligami. Alasannya, ya ibu saya dipoligami sama ayah saya dan itu buat saya pengalaman yang menyakitkan apalagi untuk pengalaman ibu saya. Ayah saya diijinkan menikah lagi dengan orang lain, tapi ternyata ayah saya tidak bersikap adil. Kasih nafkah materi saja jarang, apalagi kasih sayang dan perhatian malah tidak pernah ayah saya kasih mbak. Untung aja ibu saya memiliki penghasilan sendiri tanpa harus bergantung dengan ayah saya. Maka dari itu jangan sampai hal ini terjadi dengan rumah tangga saya mbak, karena saya tidak mau dan saya trauma dengan kejadian seperti ini.”. menjawab dengan menimang buah hatinya yang sedang tertidur Analisis : Berdasarkan hasil wawancara tentang pertanyaan 4 tersebut, bahwa informan 1 tidak mengijinkan suami untuk melakukan poligami. Lebih baik memilih mengakhiri pernikahan dengan cara bercerai atau berpisah daripada harus merasakan sakit hati. Informan 1 merasa sanggup untuk menghidupi dirinya sendiri dan anak – anaknya, karena informan 1 bekerja dan mendapatkan penghasilan yang dirasa cukup. Informan 1 termasuk perempuan yang tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada laki – laki. Dengan pengalaman yang membuat trauma, informan 1 ini menjadikan contoh dan tidak mengharapkan yang dulu pernah terjadi dengan orang tuanya, terjadi dengannya. Poligami juga bisa menimbulkan dampak negatif bagi istri pertama dan anak – anaknya. Pertanyaan 5 : Apakah harapan atau saran – saran informan 1 mengenai poligami? Jawaban : ”Harapan saya, bagi laki – laki tolong berpikir ulang untuk melakukan poligami. Setiap manusia tidak akan memiliki rasa adil dan tidak ada rasa kepuasan. Dan sebagai manusia bersyukur saja apa yang sudah dimiliki. Memiliki istri seperti kita ya sudah menerima apa adanya, daripada tidak memiliki istri. Apalagi sudah dikarunia anak – anak, jadi itu saja yang dibina dengan baik. Jika ada orang lain yang melakukan poligami itu terserah mereka, yang penting Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dikeluarga saya jangan sampai ada seperti itu. Karena didalam Undang – Undang tidak ada yang mengatur juga tentang poligami, untuk pegawai negeri sipil mungkin ada yang mengatur PP no 10 tapi sekarang mau dihapuskan”. Analisis : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1 mengenai harapan mengenai poligami, bahwa seorang laki – laki harus berpikir ulang dengan niatnya untuk melakukan poligami. Jika seorang laki – laki tersebut mampu bersikap adil baik secara lahir maupun bathin tidak akan masalah, apabila mendapat izin dari istri terdahulunya. Apalagi didalam pasal 5 UU Perkawinan menetapkan syarat – syarat yang harus dipenuhi bagi suami yang akan melakukan poligami, yaitu: a. Adanya persetujuan dari istri; b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan – keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka material; c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak- anak mereka immaterial. Informan 2 : Anita Chaerunnisa Pertanyaan 1 : Apa yang informan 2 ketahui tentang poligami? Jawaban : “Poligami itu seorang laki – laki yang memiliki istri lebih dari satu, kira – kira seperti itu”. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Analisis : Berdasarkan pertanyaan 1 dengan informan 2, peneliti mendapatkan informasi, bahwa poligami adalah seorang laki – laki yang memiliki istri lebih dari satu orang. Pertanyaan 4 : Seandainya suami informan 2 meminta izin untuk melakukan poligami, maka bagaimana sikap informan 2 terhadap suami yang meminta ijin untuk melakukan poligami? Jawaban : “Ya tidak saya ijinkan mbak, kecuali kalau suami saya tetep meminta ijin untuk melakukan poligami lebih baik saya berpisah atau cerai daripada harus di madu”. Saat peneliti bertanya mengenai pertanyaan 4 tersebut, informan 2 sedang mondar – mandir melakukan kegiatan dirumah. Dan menambahkan jawaban mengenai pertanyaan 4 tersebut, berikut paparannya : “Ya pokoknya saya tidak mau mbak kalau suami saya minta ijin buat poligami, lebih baik saya cerai. Karena saya tidak mau berbagi cinta, materi bahkan apapun itu dengan perempuan manapun. Anak saya saat ini saja sudah tiga mbak, lhah kalau suami melakukan poligami terus punya anak dari istri yang lainnya sama saja sama kerja bakti mbak. Maksudnya kerja bakti itu ya yang jelas semuanya kan berbagi dengan yang lainnya. Berbagi dengan yang lainnya kalau ibadah atau beramal mbak masih nggak papa, berbagi kok sama perempuan lain. Waduuhh ya nggak mbak jangan sampai lah itu terjadi dengan saya. Kalau memang itu terjadi ya cerai, pisah saja mbak bawa anak – anak dan masalah biaya anak – anak kan saya juga yang cari nafkah. Kalau kasih sayang anak terhadap bapaknya, ya biar anak – anak tau sendiri tinggal saya yang jelaskan. Lagian kan mantan istri atau mantan suami itu memang ada tapi kalau mantan anak kan nggak mungkin ada kan itu juga anaknya.” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Analisis : Pada pertanyaan 4 tersebut, informan 2 memaparkan tidak mengijinkan suami melakukan poligami, namun jika itu terjadi pilihan yang dipilih yaitu lebih baik bercerai daripada di duakan cintanya. Informan 2 menambahkan, dan nanti kalau memang cerai informan 2 yang mencari nafkah sehingga informan 2 ini menganut feminisme liberal yang terdapat pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual, jika memang disaat kita bercerai bahwa mantan istri atau mantan suami memang ada namun mantan anak itu tidak akan mungkin ada. Pertanyaan 5 : Apakah harapan atau saran – saran informan 2 mengenai poligami? Jawaban : “Ya kalau bisa untuk sekarang ini aturannya harus dipertegas. Karena dengan lebih tegas hukumnya mungkin akan lebih tidak ada yang dirugikan. Terutama bagi kaum wanita atau kaum istri jika hukum itu dipertegas”. Analisis : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 tentang pertanyaan 5, peneliti mendapat informasi bahwa jika syarat-syarat dalam UU perkawinan dipenuhi, maka suami dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Namun dalam prakteknya, syarat-syarat yang diajukan tersebut tidak sepenuhnya ditaati oleh suami. Sementara tidak ada bentuk kontrol dari pengadilan untuk menjamin syarat itu dijalankan. Bahkan dalam beberapa kasus, meski belum atau tidak ada persetujuan dari istri sebelumnya, poligami bisa dilaksanakan. Maka, Undang – undang perkawinan di Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Indonesia lebih dipertegas lagi, agar kaum perempuan tidak ada lagi yang dirugikan oleh kaum laki – laki. Wawancara : Kamis, 12 Mei 2011, pukul 18.30 WIB Informan 3 : Silania Utami Pertanyaan 1 : Apa yang informan 3 ketahui tentang poligami? Jawaban : “Kalau poligami itu menurut saya, poligami itu di duakan. Baik di duakan hatinya, perasaannya, maupun materi”. Analisis : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3, maka memaparkan tentang pertanyaan 1 ini poligami adalah seseorang yang menduakan hati, perasaan dan materi. Jadi, jika itu adalah seorang laki – laki yang menikah dengan satu orang perempuan atau lebih maka harus mampu dan bersikap adil. Pertanyaan 4 : Seandainya suami informan 3 meminta izin untuk melakukan poligami, maka bagaimana sikap informan 3 terhadap suami yang meminta ijin untuk melakukan poligami? Jawaban : “Jika memang dan seandainya suami saya mau punya istri lagi kalau mau saya minta cerai. Tapi kalau seandainya saya jujur ini saya tidak respect, maksudnya suami saya saja ada keinginan untuk bilang “aku mau po…”. Padahal mau bilang posyandu tapi saya sudah gini tak pendeliin. Tapi saya tidak mau, asli tidak mau. Jika saya tidak mau dan biar suami saya mengerti ya mau tidak mau suami harus mengalah. Dan seandainya tetep minta poligami ya tetep bercerai mbak”. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Saat melakukan wawancara dengan peneliti, bahwa informan 3 sebagai penyiar radio ini sedang menghadap layar laptop untuk mengerjakan laporan. Namun informan 3 tetap menjawab disetiap peneliti bertanya, berikut wawancaranya : “Ya seperti yang saya katakana tadi, saya tidak mau jika harus dipoligami sama suami saya mbak. Saya bilang benar – benar nggak mau mbak dengan nada sedikit tinggi. Pengalaman pribadi buat saya tentang poligami ya jangan sampai mbak, dan saya saja tidak mau kalau cinta, perhatian, bahkan materi untuk dibagi – bagi dengan yang lain. Saya kan belum menikah mbak, tapi untuk pengalaman diduakan pacar saya itu sudah pernah mbak. Makanya wong diduakan saat pacaran aja sakit hati mbak apalagi nanti suami saya yang menduakan saya, aduuhh jangan mbak. Dan saya ya kalau terjadi dengan saya jangan sampai lhah nanti setelah menikah”. Analisis : Pada pertanyaan 4, informan 3 memaparkan bahwa tidak ingin dipoligami. Sehingga suami harus mengalah, akan tetapi jika tetep untuk melakukan poligami maka jalan yang dipilih adalah bercerai. Karena menurut informan 3 ini, masih pacaran untuk diduakan saja rasanya sudah sakit hati apalagi kalau sudah menikah dan suami ingin melakukan poligami. Maka dari itu sebelum menikah kita harus memilih baik buruk tentang seorang laki – laki. Pertanyaan 5 : Apakah harapan atau saran – saran informan 2 mengenai poligami? Jawaban : “Kalau bisa cukup pada saat pacaran saja kalau memang ingin mendua, jadi kalau sudah menikah mendingan tidak usah melakukan poligami lagi. Dan dinikmati saja masa mudanya, sekarang mungkin bagi lelaki – lelaki di luar sana kalau sudah nikah ya itu sudah harus sehidup semati. Buat apa berbuat poligami, kalau memang harus menyakiti kedua belah pihak. Tanpa kita sadari pun seorang lelaki juga saat mau melakukan poligami perempuan itu sendiri juga pasti berpikir. Lebih baik lah untuk tidak ada kata poligami, meskipun dalam agama Islam memang diperbolehkan”. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Analisis : Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan 3 mengenai pertanyaan 5 bahwa poligami diperbolehkan dengan bersyarat. Lelaki sebagai ayah dan perempuan sebagai ibu dari anak-anak mereka hidup bersama membentuk suatu keluarga yang utuh. Jadi, daripada harus menyakiti kedua belah pihak maka harus bisa menahan dirinya sendiri dengan menikahi hanya seorang istri dan berusaha untuk setia. Wawancara : Senin, 16 Mei 2011, pukul 12.30 WIB Informan 4 : Dian Sari Pertanyaan 1 : Apa yang informan 4 ketahui tentang poligami? Jawaban : “Poligami itu sakit ya. Poligami menurut saya pernikahan yang dilakukan oleh satu orang pria dengan beberapa perempuan yang lebih dari satu dan disetujui oleh perempuan terdahulunya”. Analisis : Pada pertanyaan 1, informan 4 menyatakan bahwa poligami itu menyakitkan, dan poligami adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki – laki dengan perempuan lebih dari satu dan disetujui oleh perempuan terdahulunya. Pertanyaan 4 : Seandainya suami informan 4 meminta izin untuk melakukan poligami, maka bagaimana sikap informan 4 terhadap suami yang meminta ijin untuk melakukan poligami? Jawaban : “Wah naudzubillah ya, mudah – mudahan saja tidak terjadi. Tapi kalau seandainya itu terjadi saya ingin tahu lah alasan pertamanya apa, motivasi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dia untuk melakukan poligami itu apa. Tapi sebagus – bagusnya dia bikin alasan tetap saya tidak akan bisa terima dan jalan keluarnya bisa di bicarakan dulu, jadi kita sama – sama ngobrol dan yang pastinya daripada poligami nggak lah dan memilih cerai aja”. Informan 4 yang sebagai presenter televisi yang program acaranya juga menayangkan program – program Islami ini menambahkan sebagai berikut : “Ya saya memilih cerai karena kan sebagus – bagusnya dia kasih alasan dan walaupun dibicarakan namun kan mana ada perempuan yang kasih sayangnya dibagikan dengan orang lain. Mungkin kalau dengan anak sendiri tidak apa – apa, tapi ini kan dibagikan tersebut dibagikan ke yang lain. Walaupun didalam agama Islam diperbolehkan namun kan juga saya katakan tadi perempuan itu lebih ke perasaan kalau laki – laki kan logika atau akal lah yang digunakan, saya juga saat ini saja belum menikah mbak. Diselingkuhin aja sakit hati malah sudah nikah mau dipoligami, wah ya naudzubillamindzaliqh mbak saya nggak mau ”. Analisis : Pada pertanyaan 4 ini, informan 4 menyatakan bahwa ingin mengetahui apa alasan dan motivasi seorang laki - laki untuk melakukan poligami. Namun, apapun alasannya informan 4 memilih jalan keluar untuk tetap bercerai jika suami ingin berpoligami dengan alasan perasaan perempuan lebih peka dibanding dengan laki – laki. Pertanyaan 5 : Apakah harapan atau saran – saran informan 4 mengenai poligami? Jawaban : “Mungkin saya tidak bisa banyak komentar, tapi yang jelas kalau misalnya itu baik untuk lebih baik. Dan saat ini banyak sekali manusia yang berperilaku buruk, mungkin dengan para ustadz yang berpoligami mungkin lebih bisa menjadi atau mungkin bisa menciptakan manusia – manusia yang beriman buat ke depannya”. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Analisis : Pada pertanyaan 5 ini, maka informan 4 memberikan paparannya yaitu semoga ustadz yang berpoligami tersebut dapat menciptakan manusia – manusia yang lebih beriman untuk ke depannya. Wawancara : Kamis, 19 Mei 2011, pukul 11.00 WIB Informan 5 : Eka Anwar Pertanyaan 1 : Apa yang informan 5 ketahui tentang poligami? Jawaban : “Kalau saya berpikir poligami itu salah satu ujian berat bagi seorang laki – laki, karena didalam surat An-Nisa ayat 3 “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka nikahilah perempuan lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil, Maka nikahilah seorang saja”. Nah dari situ kan sudah diberikan peringatan oleh Allah SWT, Bahwa orang laki itu boleh kawin satu, dua, tiga, empat. Tetapi mereka harus memiliki sifat adil, kalau tidak memiliki sifat adil lebih baik satu saja. Wong siji ae kadang – kadang akeh laline kok, nah sekarang minta poligami. Berarti ayat itu sudah menegaskan bahwa itu ujian bagi seorang laki – laki yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kalau memang melakukan poligami di akherat nantinya”. Analisis : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 5 yang merupakan seorang ustadzah, maka peneliti mendapat informasi bahwa poligami merupakan salah satu ujian berat bagi seorang laki – laki. Karena sudah terdapat pada surat An-Nisa’ ayat 3 yang berbunyi : “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka nikahilah perempuan lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil, Maka nikahilah seorang saja”. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pertanyaan 4 : Seandainya suami informan 5 meminta izin untuk melakukan poligami, maka bagaimana sikap informan 5 terhadap suami yang meminta ijin untuk melakukan poligami? Jawaban : ”Sudah saya katakan tadi wanita mana yang mau dipoligami. Namun, semua itu kan kembali pada Allah SWT. Siapa tau kalau memang itu takdir yang diberikan oleh Allah dan memang rahasia Allah kepada kita semua. Kalau misalkan diuji seperti itu yang utama kita saling mengingatkan dulu pada ayatnya Allah. Tapi kalau memang karena sifatnya sama – sama niatnya karena Allah ta’alla daripada dia zina. Kecuali kalau kita punya kelemahan nggak punya keturunan. Tapi daripada zina dan semua itu kalau memang bisa dibicarakan kenapa harus poligami dan sapa yang mau dipoligami loro atine nek dipoligami, dan yang pasti mbak bisa menilai sendirilah seandainya suami minta ijin untuk melakukan poligami. Yang jelas sakit sekali rasanya jika harus mengijinkan, namun semua tetap saja kembali kepada Allah SWT”. Analisis : Berdasarkan hasil wawancara, bahwa informan 5 menyatakan bahwa tidak ada wanita manapun yang mau untuk dipoligami. Namun, semua kembali lagi sama Allah SWT. Karena kita tidak akan mengetahui takdir dan rahasia Allah untuk kita. Jika memang suami ingin melakukan poligami maka kita harus mengingatkan ayat – ayat Allah mengenai poligami tersebut. Tapi kalau memang karena sifatnya sama – sama niatnya karena Allah ta’alla daripada dia zina, jadi akan dibicarakan lagi. Pertanyaan 5 : Apakah harapan atau saran – saran informan 5 mengenai poligami? Jawaban : “Ya harapannya, bahwa jika seorang laki – laki harus memiliki sikap adil dan mampu untuk melakukan poligami. Dan sebagai perempuan kalau memang ini takdir dan sudah menjadi rahasia Allah untuk kita, maka kita menerima dengan ikhlas daripada berzina tapi tetap diingatkan ayat Allah SWT Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. itu tadi. Namun, itu semua memang tidak ada yang mau dan perempuan mana yang mau untuk di poligami, nauzubillah jangan sampai”. Analisis : Pada pertanyaan 5, dengan informan 5 menyatakan bahwa semua takdir dan rahasia adalah milik Allah SWT. Jadi daripada berzina, kalau memang itu yang terbaik berpoligami. Namun, kita harus mengingatkan adanya ayat – ayat Allah SWT. Wawancara : Minggu, 22 Mei 2011, pukul 19.00 WIB Berpoligami ini bukan wajib dan bukan sunat, tetapi oleh Islam dibolehkan. Menurut Mahmud Syaltut, mantan Syekh Al-Azhar, hukum poligami adalah mubah. Menurut Yusuf Ali, maka perlakuan itu diatur dengan prinsip – prinsip kemanusian dan keadilan besar. Sehingga kawinlah anak yatim bila engkau yakin bahwa dengan cara itu engkau dapat melindungi kepentingan dan hartanya secara adil terhadap mereka dan terhadap anak-anak yatim melaikan juga merupakan penerapan yang umum atas hukum perkawinan dalam Islam. Dengan demikian, maka lelaki sebagai ayah dan perempuan sebagai ibu dari anak-anak mereka hidup bersama membentuk suatu keluarga yang utuh. Setiap orang memiliki perangai yang berbeda, namun bila keramahan, kasih sayang dan kedamaian dapat diciptakan dalam keluarga, maka seseorang harus membatasi dirinya sendiri dengan apa yang dapat dikelolanya secara mudah yaitu seorang istri. Tokoh agama Islam dalam lingkungan masyarakat lebih dikenal dengan ustadz, ustadz merupakan seseorang yang dijadikan panutan masyarakat, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memberikan ceramah agama, membimbing untuk belajar mengaji dari usia dini hingga dewasa. Sebagai panutan masyarakat, ustadz menjadi idola bagi kaum perempuan. Ustadz bisa dinilai pantas sebagai contoh dimasyarakat dengan akhlak yang baik, sholeh, dan bahkan identik dengan setia atau memiliki istri hanya satu. Dengan adanya penjelasan diatas mengenai ustadz, maka wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan pertanyaan selanjutnya yaitu para informan mempersepsikan tentang poligami yang dilakukan para tokoh agama Islam “ustadz”. Dari hasil wawancara dengan pertanyaan tersebut, maka masing – masing informan memberikan jawaban yang berbeda – beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang informan miliki. Persepsi informan tentang poligami yang dilakukan para tokoh agama Islam “ustadz” yaitu jawaban informan 1 menyatakan poligami boleh saja dilakukan oleh seorang laki - laki, karena dalam agama Islam poligami memang diperbolehkan. Namun, semua bergantung pada seorang laki – laki yang melakukan poligami tersebut, jika seorang laki – laki mampu bersikap adil dalam membagi lahir dan batin kepada istri – istrinya mungkin tidak jadi masalah. Informan 2 juga menanggapi ustadz merupakan manusia biasa, sehingga membuktikan bahwa teori lebih mudah untuk diucapkan namun pada kenyataannya dalam mempraktikkan itu tidak sesuai. Apalagi mengenai poligami, walaupun ustadz dapat mengucapkan mampu bersikap adil, tapi ternyata berpisah juga dengan istri terlebih dahulu. Informan 3 memaparkan ustadz merupakan panutan masyarakat, jadi secara tidak langsung apapun yang terjadi dengan ustadz akan tersebar dikalangan masyarakat pula. Poligami sah – sah saja jika memang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dilakukan oleh seorang laki – laki, karena dalam agama pun memang diperbolehkan. Jadi, jika ustadz ingin melakukan poligami tersebut berpikir terlebih dahulu baik dan buruknya di dalam setiap kalangan baik keluarga maupun masyarakat. Informan 4 juga menyatakan poligami yang dilakukan jaman sekarang bukan karena ingin menolong akan tetapi hanya melampiaskan nafsunya, berbeda dengan jaman Rasul bahwa poligami itu menikahi perempuan – perempuan yang dianggap Rasul memang perlu diperhatikan, disayang, seperti janda yang sudah terlalu tua atau orang yang benar – benar yang membutuhkan perhatian, kasih sayang, bantuan. Informan 5 menanggapi hal tersebut yaitu ustadz juga seorang laki – laki. Jadi, jika ustadz melakukan poligami maka suatu ujian berat juga bagi ustadz tersebut. Karena segala sesuatu harus dipersiapkan dan adil materi belum tentu adil secara lahiriah dan bathiniah. Menurut agama Islam, terdapat dua pendapat sehubungan masalah poligami. Pertama, asas perkawinan dalam Islam adalah monogami. Mereka beralasan bahwa Allah SWT memperbolehkan poligami dengan syarat harus adil. Sedangkan kecenderungan manusia pada dasarnya tidak akan mampu berbuat adil. QS. Al-Nisa`: 129. “Kamu sama sekali tidak sanggup berlaku adil antara istri – istrimu, walaupun kamu ingin berbuat demikian. Tapi janganlah cenderung secara menyolok kepada istri yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung – katung. Dan jika kamu memperbaiki suasana pergaulan dan memelihara diri untuk tidak bertindak aniaya terhadap mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. Kedua, asas perkawinan dalam Islam adalah poligami. Alasannya, QS.An-Nisa` ayat 3 dan 129 tidak terdapat pertentangan. Keadilan yang dimaksud adalah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. keadilan lahiriah yang dapat dikerjakan manusia, bukan adil dalam arti cinta kasih sayang. Persepsi para informan tentang poligami yang dilakukan para tokoh agama Islam “ustadz” akan berdampak juga pada sikap informan jika suami meminta ijin untuk melakukan poligami. Jawaban yang diinformasikan kepada peneliti yaitu dengan kesimpulan yang sama, namun alasan para informan juga masih berbeda – beda sesuai dengan tingkat pengalaman berumah tangga. Dari hasil wawancara yang diberikan para informan kepada peneliti mengenai sikap para informan jika suami meminta ijin untuk melakukan poligami, yaitu dua informan dari lima informan lainnya belum menikah. Informan 1 menyatakan bahwa lebih baik saya berpisah membawa anak – anak, kerja sendiri daripada setiap hari saya sakit hati melihat suami dengan orang lain. Dan penghasilan yang saya miliki, saya rasa cukup untuk menghidupi anak – anak. Apalagi saya juga punya rasa trauma tentang pengalaman orang tua saya, yang ayah saya juga melakukan poligami. Informan 2 memaparkan bahwa lebih baik saya berpisah atau cerai daripada harus di madu, karena saya tidak mau untuk berbagi thoh saya nanti bisa mencari nafkah. Mantan suami atau istri memang ada, tapi kalau mantan anak kan itu tidak ada. Informan 3 berbeda dengan informan lainnya karena belum menikah dan menanggapi bahwa suami harus mengalah, akan tetapi jika tetep untuk melakukan poligami maka jalan yang dipilih adalah bercerai. Pacaran saja kalau diduakan itu sakit, apalagi menikah terus suami poligami. Jangan sampai hal itu terjadi disaat saya nanti menikah. Informan 4 tidak jauh berbeda dengan informan 3 karena sama – sama belum Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menikah dan menyatakan bahwa apapun alasannya suami minta ijin poligami saya memilih jalan keluar untuk tetap bercerai. Diselingkuhin saja sakitnya bukan main apalagi nanti menikah, naudzubillamindzaliqh. Dan perbedaan jawaban pada pertanyaan ini terjadi juga pada informan 5 sebagai ustadzah yang memaparkan bahwa tidak ada wanita manapun yang mau untuk dipoligami, namun semua kembali lagi sama Allah SWT karena kita tidak akan mengetahui takdir dan rahasia Allah untuk kita. Sehingga dari jawaban diatas mengenai sikap para informan jika suami ingin melakukan poligami dapat disimpulkan bahwa keempat informan tidak mengijinkan suami untuk melakukan poligami, dan memilih berpisah atau bercerai daripada harus merasakan sakit hati dan tidak menginginkan untuk dijadikan yang kedua. Perempuan – perempuan tersebut tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada laki - laki. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Sedangkan informan 5 sebagai ustadzah memiliki jawaban sendiri yang dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia tidak mengetahui takdir dan rahasia Allah mengenai hal tersebut dan daripada berzina, dan tetap mengingatkannya dengan ayat – ayat Allah mengenai poligami. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti yang pada akhirnya mendapatkan jawaban bahwa persepsi perempuan tentang poligami yang dilakukan para tokoh agama Islam “ustadz” yaitu diambil dari hasil wawancara oleh kelima informan tersebut bahwa : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Poligami adalah seorang laki – laki mempunyai dua orang atau lebih istri, dimana istri – istri tersebut ada yang dinikahkan secara resmi menurut agama dan Negara maupun yang hanya dinikahkan secara siri dan dengan terjadinya perkawinan poligami tersebut akan menyebabkan rumah tangga itu terbentuk dari dua atau lebih keluarga inti dimana lelaki yang sama menjadi suami bagi beberapa perempuan. Dalil poligami berbunyi : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim bilamana kamu mengawininya, maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. QS. an- Nisaa`:3. Beragamnya persepsi pada setiap individu mengenai poligami yang dilakukan para tokoh agama Islam “ustadz” tersebut bisa saja terjadi seperti pendapat Ujang 2000 : 112 bahwa persepsi adalah bagaimana cara kita memandang dunia sekitar kita. Karena cara atau proses tersebut berbeda untuk tiap individu sesuai keinginan, nilai – nilai, serta harapan masing – masing individu, maka persepsi mengenai suatu hal tersebut tentunya berbeda untuk setiap individu. Selanjutnya, masing – masing individu akan cenderung bertindak dan beraksi berdasarkan persepsinya masing – masing. Menurut Yubahar Ilyas, kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut yang merupakan feminisme. Ada tiga ciri feminisme, yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Menyadari akan adanya ketidakadilan gender. 2. Memaknai bahwa gender bukan sebagai sifat kondrati. 3. Memperjuangkan adanya persamaan hak. Persepsi bagi masyarakat khususnya perempuan cenderung negatif terhadap fenomena yang berkembang dan semakin rumit tentang ustadz yang melakukan poligami. Dengan adanya poligami yang dilakukan para tokoh agama Islam “ustadz” bukan hal yang tidak patut untuk dibicarakan. Sebagai panutan masyarakat ustadz dapat dinilai pantas sebagai contoh dimasyarakat dengan akhlak yang baik, sholeh, dan bahkan identik dengan setia atau memiliki istri hanya satu. Menurut ustadzah yang sebagai informan 5 menyatakan bahwa suatu ujian berat bagi laki – laki, dan ustadz merupakan seorang laki – laki jika ustadz tersebut melakukan poligami. Berpoligami ini bukan wajib dan bukan sunat, tetapi oleh Islam dibolehkan. Menurut Mahmud Syaltut, mantan Syekh Al-Azhar, hukum poligami adalah mubah. Poligami dibolehkan selama tidak dikhawatirkan terjadinya penganiayaan terhadap para istri. Maka dari itu poligami dapat dilaksanakan berdasarkan syarat – syarat poligami yang menurut pasal 5 UU Perkawinan dan dalam menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suami yang akan melakukan poligami, yaitu: a. Adanya persetujuan dari istri; b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan – keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka material; Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak- anak mereka immaterial. Ketentuan tentang poligami di atas diperbolehkan dengan bersyarat. Menurut Yusuf Ali, maka perlakuan itu diatur dengan prinsip – prinsip kemanusian dan keadilan besar. Menurut agama Islam, terdapat dua pendapat sehubungan masalah poligami. Pertama, asas perkawinan dalam Islam adalah monogami. Mereka beralasan bahwa Allah SWT memperbolehkan poligami dengan syarat harus adil. Kedua, asas perkawinan dalam Islam adalah poligami. Dapat dikatakan bagi perempuan, poligami merupakan hal yang menyakitkan tidak hanya perasaan namun cintanya, kasih sayangnya, perhatiannya bahkan materi sekalipun juga harus dijadikan yang kedua. Poligami adalah pernikahan seorang laki – laki dengan lebih dari seorang perempuan. Namun, perkawinan itu sendiri adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Di zaman modern seperti sekarang, poligami tidak sulit untuk dilakukan. Namun, jika poligami dilakukan sesuai dengan kaidah – kaidah yang ada memang sulit, karena saat ini banyak orang – orang yang melakukan poligami tanpa harus ada persetujuan dari istri sebelumnya, poligami bisa dilaksanakan. Praktek poligami yang masih banyak terjadi saat ini yang kenyataannya telah menyudutkan perempuan pada posisi yang tidak berdaya. Poligami dengan berbagai alasan sosial, agama dan ekonomi, sejatinya telah membohongi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. masyarakat dan sangat memarjinalkan perempuan. Praktek Poligami yang dilakukan lebih merupakan bentuk eksploitasi seksual daripada penyelamatan perempuan dari kemiskinan dan ketidakadilan. Memang nampak sekali bahwa poligami dikalangan masyarakat sangatlah sulit untuk diterima, apalagi perempuan. Banyak yang menolak dan tidak menyetujui adanya poligami tersebut. Berdasarkan wawancara kelima informan, bahwa para informan tidak siap atau tidak bersedia dengan perasaan yang mereka miliki jika harus terjadi dengan mereka untuk dipoligami walaupun dengan adanya hukum yang berlaku baik dalam agama dan juga Undang – Undang perkawinan. Namun, seperti yang diungkapkan kembali oleh informan 5 sebagai ustadzah “wanita mana yang mau dipoligami, namun semua itu dikembalikan lagi pada Allah SWT. Takdir dan rahasia Allah SWT tidak ada satupun manusia yang tahu, dan daripada berzina”. Kebanyakan kaum perempuan menganut feminisme liberal yaitu terdapat pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia menurut mereka mempunyai kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Pada hakekatnya, tidak ada perempuan yang rela dan bersedia untuk dipoligami. Secara psikologis semua istri akan merasa sakit hati bila melihat suaminya berhubungan dengan perempuan lain. Ini disebabkan karena permasalahan ini biasanya yang memicu hancurnya sebuah keluarga, sehingga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. banyak ungkapan – ungkapan yang muncul di masyarakat mengenai poligami. Beberapa dampak negatif dari perkawinan poligami ini adalah perceraian, suami akan meninggalkan istri dan anak – anak dari perkawinan sebelumnya. Suami tidak berlaku adil antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya dimana suami yang berpoligami lebih mementingkan istri mudanya daripada istri tuanya sehingga suami yang berpoligami tersebut cenderung memperlihatkan sikap yang tidak bertanggungjawab sebagai suami yang berpoligami. Allah SWT memperbolehkan poligami dengan syarat harus adil. Sedangkan kecenderungan manusia pada dasarnya tidak akan mampu berbuat adil. QS. Al-Nisa`: 129. “Kamu sama sekali tidak sanggup berlaku adil antara istri – istrimu, walaupun kamu ingin berbuat demikian. Tapi janganlah cenderung secara menyolok kepada istri yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung – katung. Dan jika kamu memperbaiki suasana pergaulan dan memelihara diri untuk tidak bertindak aniaya terhadap mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan lahiriah yang dapat dikerjakan manusia, bukan adil dalam arti cinta kasih sayang. Karena itulah, saat ini para tokoh agama Islam “ustadz” melakukan poligami semakin berkembang mulai dari ustadz terkenal hingga bukan ustadz yang melakukan poligami dengan memilih secara agama dan negara dan juga secara siri dan ada pula ustadz yang melakukan poligami dengan menikahi gadis dibawah umur. Jika memang mampu berlaku adil dan bisa memenuhi kebutuhan secara lahir dan bathin, dan juga atas ijin istri terdahulunya poligami dapat dilakukan. Namun, seperti halnya ustadz yang hanya mengungkapkan bisa berlaku adil tapi kenyataannya memilih bercerai juga saat ini banyak terjadi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dengan kejadian – kejadian yang telah terjadi bahwa para tokoh agama Islam “ustadz” hanyalah sebagai umat manusia biasanya yang memiliki segala kekurangan dan kelebihan. Namun, jika harus melakukan poligami sebaiknya berpikir terlebih dahulu sehingga tidak ada yang merasa kecewa dan dikecewakan seperti kaum perempuan yang menjadi pelaku utama dalam poligami ini. Bahwa perlu kita ketahui dan sadari ustadz sebagai panutan masyarakat yang patut dicontoh, karena akhlaknya baik, sholeh dan identik dengan menganut monogami hanya memiliki seorang istri saja . Pada saat melakukan wawancara, peneliti berusaha mendapatkan jawaban – jawaban sebanyak mungkin. Dan selain jawaban – jawaban dari para informan, peneliti juga berusaha menangkap bahasa non verbal yang dilakukan para informan pada saat mereka menjawab pertanyaan – pertanyaan dari peneliti. Dari kelima informan, semua mempunyai persepsi yang sama tentang pertanyaan – pertanyaan yang diberikan peneliti, tetapi mereka semua mempunyai alasan yanag berbeda satu dengan yang lain. Pada saat wawancara, peneliti juga memperhatikan bagaimana para informan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diberikan peneliti, dan ternyata mereka memberi jawaban dengan sungguh – sungguh dan juga ramah pada peneliti, walaupun dalam kondisi santai dan terkadang mengeluarkan kata – kata dengan nada bercanda. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan