Ayat – ayat dan Hadist Poligami

Kebudayaan sarjana sosiologi dan kebudayaan berpendapat bahwa sistem poligami ini pasti akan meluas dan akan banyak bangsa – bangsa di dunia ini menjalankannya, bilamana kemajuan kebudayaan mereka bertambah besar. Jadi, tidak benar anggapan yang dilontarkan orang bahwa poligami berkaitan dengan keterbelakangan kebudayaan. Bahkan, sebaliknya bahwa poligami seiring dengan kemajuan kebudayaan. Dengan demikian, kedudukan sebenarnya sistem poligami menurut sejarah. Begitu pula sebenarnya pendirian agama Kristen. Dan begitu pula bahwa meluasnya sistem poligami seiring dengan kemajuan kebudayaan manusia. Sayyid Sabiq, 1980 : 190 – 192 .

2.1.4.2 Ayat – ayat dan Hadist Poligami

Dengan tibanya Islam, poligami yang tak terbatas ditetapkan menjadi istri saja dengan persyaratan khusus dan sejumlah ketentuan yang dikenakan padanya. Hanya ada satu ayat al-Quran menyebutkan masalah poligami sebagai berikut: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka kawinilah wanita- wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka kawinilah seorang saja, atau budak- budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.QS. An-Nisa: 3 Ketentuan tentang poligami di atas diperbolehkan dengan bersyarat. Ayat ini secara lebih khusus merujuk pada keadilan yang harus dilakukan terhadap anak-anak yatim. Ayat ini diturunkan segera setelah Perang Uhud ketika masyarakat Muslim dibebankan dengan banyak anak yatim, janda serta tawanan perang. Menurut Yusuf Ali, maka perlakuan itu diatur dengan prinsip – prinsip kemanusian dan keadilan besar. Sehingga kawinlah anak yatim bila engkau yakin Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bahwa dengan cara itu engkau dapat melindungi kepentingan dan hartanya secara adil terhadap mereka dan terhadap anak-anak yatim melaikan juga merupakan penerapan yang umum atas hukum perkawinan dalam Islam. Oleh karena itu, para ulama dan fuqaha muslim telah menetapkan persyaratan berikut bila seseorang ingin menikahi lebih dari seorang istri : 1. Dia harus memiliki kemampuan dan kekayaan cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan denga bertambahnya istri yang dinikahinya itu. 2. Dia harus memperlakukan semua istrinya itu dengan adil. Setiap istri diperlakukan secara sama dalam memenuhi hak perkawinan mereka serta gak-hak lainnya. Bila seorang lelaki merasa tak akan mampu memperlakukannya mereka dengan adil, atau dia tidak memiliki harta untuk membiayai mereka, maka dia harus menahan dirinya sendiri dengan menikahi hanya seorang istri. Imam malik berkata dalam kitabnya Al-Muwattha bahwa Ghaylan bin Salmah memeluk Islam sedangkan dia memiliki sepuluh orang istri. Maka Rasulullah saw bersabda: “Peliharalah empat orang di antara mereka dan bebaskalah ceraikanlah yang lainnya”. Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia Allah SWT telah menciptakan untukmu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan- Nya di antaramu rasa kasih sayang dan kedamaian. QS. 30:21. Dengan demikian, maka lelaki sebagai ayah dan perempuan sebagai ibu dari anak-anak mereka hidup bersama membentuk suatu keluarga yang utuh. Setiap orang memiliki perangai yang berbeda, namun bila keramahan, kasih sayang dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kedamaian dapat diciptakan dalam keluarga, maka seseorang harus membatasi dirinya sendiri dengan apa yang dapat dikelolanya secara mudah yaitu seorang istri. Keadaan berikut merupakan pemecahan terbaik bagi diperbolehkannya poligami: 1. Bila istri menderita suatu penyakit yang berbahaya seperti lumpuh, ayan, atau penyakit menular. Dalam keadan ini maka akan lebih baik bila ada istri yang lain untuk memenuhi dan melayani berbagai keperluan si suami dan anak – anaknya. Kehadirannya pun akan turut membantu istri yang sakit itu. 2. Bila istri terbukti mandul dan setelah melalui pemeriksaan medis, para ahli berpendapat bahwa dia tak dapat hamil. Maka sebaiknya suami menikah istri kedua sehingga dia mungkin akan memperoleh keturunan, karena anak merupakan permata kehidupan. 3. Bila istri sakit ingatan. Dalam hal ini tentu suami dan anak-anak sangat menderita. 4. Bila istri telah lanjut usia dan sedemikian lemahnya sehingga tak mampu memenuhi kewajibannya sebagai seorang isri, memelihara rumah tangga dan kekayaan suaminya. 5. Bila suami mendapatkan bahwa istrinya memiliki sifat yang buruk dan tak dapat diperbaiki. Maka secepatnya dia menikahi istri yang lain. 6. Bila dia minggat dari rumah suaminya dan membangkang, sedangkan si suami merasa sakit untuk memperbaikinya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7. Pada masa perang di mana kaum lelaki terbunuh meninggalkan wanita yang sangat banyak jumlahnya, maka poligami dapat berfungsi sebagai jalan pemecahan yang terbaik. 8. Selain hal-hal tersebut di atas, bila lalai itu merasa bahwa dia tak dapat bekerja tanpa adanya istri kedua untuk memenuhi hajat syahwatnya yang sangat kuat serta dia memiliki harta yang cukup untuk membiayanya, maka sebaiknya dia mengambil istri yang lain. Ada beberapa daerah tertentu di dunia ini di mana kaum lelakinya secara fisik sangat kuat dan tak dapat dipuaskan hanya denga seorang istri. Dalam hal demikian, maka poligami inilah jawabannya. Islam melarang poligami tak terbatas yang dipraktekkan oleh orang – orang Jahilliyah Arab maupun bukan Arab. Sudah merupakan kebiasaan para pemimpin dan kepala suku untuk memelihara haremgundik yang banyak. Bahkan beberapa pengusaha Muslim telah menjadi korban dan melakukan poligami yang tak terbatas pada masa-masa kemudian dari sejarah Islam. Apapun yang mereka lakukan, yang jelas poligami semacam itu tidak diperkenankan dalam Islam. Kalau memang perlu, seorang Muslim dapat menikahi sampai empat haram hukumnya bagi setiap orang, selain Nabi SAW, menikahi lebih dari istri empat pada waktu tertentu.

2.1.4.3 Hikmah Poligami