Persepsi Perempuan Yang Tidak Setuju Tentang Adanya Poligami

4.2 Analisis Data

4.2.1 Persepsi Perempuan Yang Tidak Setuju Tentang Adanya Poligami

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa pada dasarnya persepsi perempuan tentang poligami dapat di analisis melalui hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan keenam informan. Keenam Berikut adalah hasil wawancara peneliti dalam memberi tanggapan dengan keenam informan yang diajukan. Informan 1 dalam memberikan pendapat mengenai adanya poligami, berikut pendapatnya : “Kalau saya pribadi kurang setuju atau tidak setuju tentang poligami. Alasannya, sekarang kalau secara pribadi bagi wanita manapun tidak akan mau, sebuah rumah tangga istrinya diduakan. Kalau saya lebih baik berpisah daripada diduakan dan saya lebih baik bercerai daripada harus diduakan itu tadi. Lagian nggak enak setiap hari sakit hati”. Informan 1 juga menambahkan pendapatnya, pada saat peneliti merasa kurang puas dengan jawaban informan 1. Namun, wawancara ini tidak direkam dikarenakan informan 1 keberatan. Dan berikut tambahan pendapat yang diberikan informan 1 : “Ya diduakan cinta, kasih sayang, perhatian, bahkan materi gitu lhah. Saya kan bekerja, jadi kalau saya bercerai masih bisa menghidupi sendiri lagian kan saya memiliki penghasilan mbak. Jadi saya juga tidak bergantung pada suami kalau seandainya itu terjadi”. Wawancara : Rabu, 11 Mei 2011, pukul 19.00 WIB Analisis : Berdasarkan hasil wawancara, informan 1 tidak menyetujui adanya poligami, karena menurut informan 1 poligami dapat menyebabkan rasa sakit hati yang diterima oleh perempuan dan memilih lebih baik bercerai. Karena Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. informan 1 adalah perempuan yang bekerja dan sanggup untuk menghidupi anak – anaknya. Dan tidak bersedia untuk diduakan cinta, kasih sayang, perhatian bahkan materi sekalipun. Bagi informan 2 juga memiliki jawaban yang sama, namun alasan yang diberikan berbeda dengan informan 1 berikut paparannya : “Saya tidak setuju adanya poligami, karena mana ada seorang wanita yang mau di madu atau dibagi cintanya. Alasannya, menurut saya kalau jaman sekarang yang namanya poligami itu hanya sebagai alat dan mungkin pada jaman nabi poligami itu ibadah. Jadi, kalau sekarang itu hanya sebagai alat saja buat kaum laki – laki. Daripada ibadah saat ini lebih banyak ke nafsunya”. Informan 2 menambahkan paparannya, ketika peneliti melakukan wawancara dengan menggali informasi. Disaat peneliti melakukan wawancara kembali informan 2 sedang menjemur pakaian laundry. Sehingga informan 2 tidak bersedia untuk direkam suaranya, dan peneliti hanya berbincang – bincang dengan sembari informan 2 sedang melakukan kegiatannya, berikut hasil tanggapannya : “Ya sekarang itu mbak laki – laki kalau mau punya istri lebih dari satu cuma sebagai pemuas nafsunya saja mungkin tidak pernah memikirkan dampak baik atau buruknya untuk kebelakangnya seperti apa. Jadi ya saya tidak setuju kalau ada poligami seperti itu. Lagian juga mana ada perempuan yang mau diduakan cintanya. Maksudnya diduakan cintanya itu ya kayak tidak mau dibagi cintanya mbak, contohnya saja kalau dalam hal materi kan yang pasti soalnya anak kan juga butuh keperluan buat sekolah atau susu, makanannya dll. Lhah kalau laki – lakinya menikah lagi dan punya istri kedua atau istri – istri lain, itu sudah pasti ribet. Nanti ujung – ujungnya istrinya ditinggal pergi, dan itu sudah banyak terjadi mbak tidak hanya satu atau dua orang laki – laki yang bisa berbuat adil.” Wawancara : Kamis, 12 Mei 2011, pukul 18.30 WIB Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Analisis : Informan 2 memaparkan tidak setuju dengan adanya poligami. Karena jaman sekarang sangat berbeda dengan jaman nabi. Poligami jaman nabi mungkin merupakan ibadah, namun kalau saat ini poligami hanya sebagai alat pemuas nafsu bagi kaum laki – laki. Menurut informan 2 menambahkan seorang laki – laki juga harus memikirkan dampak yang akan terjadi baik ataupun buruk jika seorang laki – laki ingin melakukan poligami. Hasil wawancara dengan informan 3 sebagai penyiar radio, mahasiswa, dan belum menikah juga memaparkan mengenai poligami, yaitu : ”Ya tidak setuju mbak, masalahnya sekarang kalau poligami itu semua harus dibagi. Tidak hanya materi saja yang dibagi, ranjang juga dibagi dengan orang lain”. Informan 3 juga menambahkan jawaban mengenai adanya poligami ini dengan sedikit terbuka, berikut wawancaranya : ”Ya adanya poligami ini sebenarnya sich setuju – setuju saja, tapi kalau secara pribadi ya tidak setuju mbak. Saya ya nggak mau mbak secara duit suami dibagi seperti yang saya katakan sebelumnya kalau materi dibagi apalagi ranjang juga harus dibagi. Walah mbak ya saya jelas nggak mau, saya kena pahit – pahitnya donk. Lhah terus waktu ”njatah” saya sendiri kan nggak papa, tapi kalau saya ”dijatah” setelah orang lain terus orang lainnya itu kena penyakit berarti saya juga kena penyakit donk mbak, ya nggak mau mbak. Ya maksudnya itu ya sapa sich mbak yang mau dibagi, lhah diperusahaan saja kalau gaji saja minta yang utuh kok ini minta dibagi – bagi ya nggak mau, apalagi suami kok dibagi – bagi ya jangan mbak”. Wawancara : Senin, 16 Mei 2011, pukul 12.30 WIB Analisis : Informan 3 menyatakan tidak menyetujui adanya poligami karena lahir dan bathin akan terbagi dengan yang lain. Sehingga tidak ada perempuan yang menginginkan hal tersebut terbagi, tidak hanya dalam menikah saja namun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bagi orang yang menjalin kasih atau pacaran saja untuk dibagi kasih sayang bisa menimbulkan rasa sakit hati. Berikut hasil wawancara informan 4 mengenai adanya poligami, dan informan 4 berpendapat bahwa : ”Sangat tidak setuju, alasannya apa ya terlalu menyakitkan bagi seorang perempuan untuk berbagi rasa sayang, namanya juga orang rumah tangga pastinya tidak mungkin rela melihat suaminya dengan perempuan lain dan tidak relanya karena lebih ke perasaan”. Wawancara : Kamis, 19 Mei 2011, pukul 11.00 WIB Analisis : Informan 4 dengan tegas menyatakan sangat tidak setuju dengan adanya poligami. Seorang perempuan pasti tidak akan rela jika melihat seorang suaminya dengan perempuan lain, dan itu sangat menyakitkan perasaan setiap perempuan. Informan 5 mempersepsikan tentang adanya poligami, sebagai ustadzah informan 5 mempersepsikan sebagai berikut : “Wanita mana yang mau untuk dipoligami, kalau saya berpikir begini kita semua itu kembali karena Allah SWT. Bagaimanapun juga Allah kadang – kadang sudah mengatakan kalau itu kau anggap baik belum tentu orang mengatakan baik. Jika itu kau anggap jelek belum tentu orang mengatakan jelek”. Informan 5 ini juga menambahkan bahwa : “Setuju atau tidak setuju dengan adanya poligami ini, sekarang ini wanita memang mana ada yang mau untuk dipoligami. Namun jika Allah SWT sudah bilang jika itu akan terjadi maka terjadilah, untuk seorang istri dipoligami apa kita juga akan menolak takdir dan rahasia Allah SWT. Ya saya juga sebagai manusia biasa, jadi kalau memang dipoligami ya saya harus mengingatkan terhadap suami resiko atau dampak jika melakukan poligami. Kan didalam Al- Qur’an tersebut ada ayat yang harus diingatkan kepada suami”. Wawancara : Minggu, 22 Mei 2011, pukul 19.00 WIB Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Analisis : Informan 5 menyatakan wanita mana yang ingin untuk dipoligami oleh suaminya. Tapi semua kembali kepada kita karena Allah SWT. Kita sebagai makhluk Allah SWT tidak akan pernah tahu tentang takdir dan rahasia Allah SWT kepada kita. Dan sebagai perempuan kita berhak untuk mengingatkan ayat Allah SWT, termasuk dampak baik dan buruknya jika melakukan poligami.

4.2.2 Persepsi Perempuan Yang Setuju Tentang Adanya Poligami