Uji prasyarat analisis. Uji Hipotesis.

b. Jika α 0,60 maka variabel dikatakan tidak reliabel. Sebagai pedoman untuk menentukan keterhandalan variabel penelitian, digunakan interpretasi nilai r sebagai berikut Suharsimi Arikunto, 1989:167: Tabel 3.13 Tingkat keterhandalan variabel penelitian No Koefisien Alpha Tingkat Keterhandalan 1. 0,800-1,00 Sangat Tinggi 2. 0,600-0,799 Tinggi 3. 0,400-0,599 Cukup 4. 0,200-0,399 Rendah 5. 0,200 Sangat Rendah Hasil analisis dengan jumlah data n sebanyak 30 responden menunjukkan hasil koefisien alpha sebesar 0,838 lebih besar dari 0,60. Jadi, tingkat reliabilitas instrumen dikatakan sangat tinggi.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji prasyarat analisis.

a. Uji Normalitas Tujuan dilakukan pengujian analisis ini agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari seharusnya. Untuk mengetahui apakah dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji normalitas dengan menggunakan rumus kolmogorov-Smirnov. Menurut Sugiyono 1999:255 yang dinyatakan dengan rumus : D maksimum = Keterangan : D = Deviasi maksimum Sn X1 = Distribusi kumulatif yang ditentukan Sn X2 = Distribusi kumulatif yang diobservasi Apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari tingkat signifikan, artinya ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah tidak normal pada taraf signifikansi 5. Sedangkan apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikansi 5 maka tidak signifikan, artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal pada taraf signifikan 5. Sugiono, 2003:150. Pengujian ini akan dilakukan dengan program SPSS 13. b. Uji homogenitas. Uji homogenitas dalam penelitian digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut : F = Harga F hitung tersebut harus dibandingkan dengan F tabel dengan ditetapkan taraf kesalahan 5. Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel maka varian dikatakan homogen dan apabila F hitung lebih besar dari F tabel , maka varians homogen.

2. Uji Hipotesis.

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data nominal dan ordinal dan sampelnya terdiri dari dua sampel dan k sampel. Hipotesis akan diuji dengan menggunakan statistika non parametrik. Dalam uji non parametrik ini peneliti menggunakan analisis Chi-Kuadrat χ 2 dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengklasifikasikan identitas responden Responden dalam penelitian ini memiliki identitas yang berbeda-beda, dari jenis kelamin, usia, prodi, dan status sosial ekonomi orang tua. Setiap responden yang memiliki identitas yang sama akan dimasukkan ke dalam kelompok yang sama. Untuk mengklasifikasikan responden sesuai dengan kelompoknya, akan dilakukan secara manual. b. Merumuskan hipotesis nol Ho dan hipotesis alternatif Ha Ho: µ 1 = µ 2 = µ 3 = µ 4 Ho: Tidak ada perbedaan perilaku penundaan procrastination penyusunan skripsi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi ditinjau dari jenis kelamin, usia, program studi dan status sosial ekonomi orang tua. Ha: µ 1 ≠ µ 2 ≠ µ 3 ≠ µ 4 Ha: Ada perbedaan perilaku penundaan procrastiantion penyusunan skipsi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi ditinjau dari jenis kelamin, usia, program studi dan status sosial ekonomi orang tua. c. Memilih level kepercayaan Level kepercayaan yang digunakan adalah 95. d. Taraf signifikansi Taraf signifikansi adalah 5, dengan nilai kritis df df = k −1b−1 Dimana: k = kategori pengamatan kolom b = kategori pengamatan baris e. Kriteria pengujian Ho diterima apabila χ 2 hitung χ 2 tabel Ho ditolak apabila χ 2 hitung χ 2 tabel f. Perhitungan χ 2 Perhitungan χ 2 dengan rumus sebagai berikut Sugiyono, 2008:107. χ Keterangan: χ 2 = Chi Kuadrat fo = frekuensi yang diobservasi jenis kelaminusiaprogram studistatus sosial ekonomi orang tua fh = frekuensi yang diharapkan perilaku penudaan procrastination penyusunan skrispi Untuk memperoleh frekuensi yang diharapkan fh digunakan rumus sebagai berikut. h Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya, digunakan koefisien kontingensi dengan rumus Sugiyono, 2008:277-278: C = Keterangan: C = Koefisien kontingensi χ 2 = Harga chi-kuadrat yang diperoleh N = Jumlah sampel Nilai C di atas disebut koefisien kemungkinan. Semakin besar nilai C, semakin tinggi taraf hubungannya. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, maka perlu membandingkan hasil C dengan C maks . Adapun rumus perbandingan tersebut adalah: C = Keterangan: C maks = Harga C paling besar k = Jumlah kolom C maks merupakan batasan taraf signifikan yang paling besar, semakin dekat jumlah C mendekati C maks semakin besar tingkat pengaruh yang terjadi yang telah dihitung dengan chi-kuadrat. Tabel 3.14 Interpretasi C maks No Harga Nilai koefisien Tingkat keterhandalan 1 C maks ≥ 0,80 Sangat tinggi 2 C maks 0,60 0,80 Tinggi 3 C maks 0,40 0,60 Sedang 4 C maks 0,20 0,40 Rendah 5 C maks 0,20 Sangat rendah g. Membuat kesimpulan 1 Berdasarkan pada perbandingan chi-kuadrat χ 2 hitung dengan chi- kuadrat χ 2 table : a Apabila χ 2 hitung χ 2 tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak b Apabila χ 2 hitung χ 2 tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima 2 Berdasarkan pada probabilitas signifikansi: a Ho diterima apabila probabilitas 0,05 b Ho ditolak apabila probabilitas 0,05 51

BAB IV GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS

A. Sejarah Perkembangan Universitas

1. Latar belakang.

Rencana mendirikan suatu Perguruan Tinggi Keguruan lahir ketika Prof. Moh. Yamin, S.H. menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sampai waktu itu, pendidikan khusus guru- guru SMTPSMU dlaksanakan oleh kursus BIBII yang didirikan di berbagai kota di Indonesia. Tetapi sewajarnyalah pendidikan yang amat penting itu diangkat ketaraf keguruan universitas dengan mempertahankan arah dan tujuannya sendiri, yaitu keguruan di sekolah menengah. Selanjutnya kursus-kursus BI tersebut dianggap crash program, sehingga superior Misionaris Societas Jesus, yaitu Pater kester berusaha mendirikan suatu perguruan tinggi. Kebetulan pada tahun 1954-1955, prof. De Quelje, pejabat kementerian PP dan K, berkunjung ke Yogyakarta. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh Pater Kester, Pater Ruding, dan Pater H. Loeff untuk menggali informasi tentang gagasan Prof. Moh. Yamin, S.H. untuk mendirikan PTPG. Kemudian tiga kursus BI milik Jesuit, yaitu BI mendidik Yayasan de Britto, BI Sejarah, dan BI Bahasa Inggris Yayasan Loyola digabung menjadi satu. Dengan demikian lahirlah PTPG Sanata Dharma yang dimulai tanggal 17 Desember 1955. Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai empat jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Pembesar misi Societas Jesus menunjuk Pater Prof. Dr. Nicolaus Drijarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma, sedangkan wakil Dekan dipercayakan kepada Pater H. Loeff, S.J. Nama Sanata Dharma sendiri diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J., pejabat Departemen PP dan K di Kawali Kantor Wali Gereja Indonesia. Aslinya, Sanata Dharma dibaca Sanyata Dharma. Nyata Dharma artinya “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”. Kebaktian ini ditujukan kepada tanah air, bangsa, dan gereja Pro Patria et Eclessia.

2. Perkembangan selanjutnya.

Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian P dan K tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini, Sanata Dharma berhasil memperoleh status DISAMAKAN dengan negeri berdasarkan SK Menteri, PTIG tetap berdiri sendiri dan FKIP Sanata Dharma di Universitas Katolik Indonesia Cabang Yogyakarta hanyalah nama di atas kerja saja. Untuk mengatasi kerancuan ini akhirnya pemerintah kembali menetapkan agar FKIP berdiri sendiri menjadi IKIP. Karena itu FKIP Sanata Dharma juga berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No. 237B-SetU1965. Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal 1