6. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah X
1
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara kedua belak pihak di mana pemilik dana menyediakan seluruh dana, sedangkan
pengelola dana bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya
ditanggung oleh pemilik dana. Pelaksanaan pembiayaan mudharabah diukur dari jumlah
pembiayaan mudharabah dikurangi dengan penyisihan kerugian. Berikut ini data pembiayaan mudharabah tahun 2006 – 2010 :
Tabel 4.2 : Data Pembiayaan Mudharabah Tahun 2006 – 2010 No
Tahun Pembiayaan Mudharabah
dalam Rp Peningkatan
1 2006 1.107.124.003.000
2 2007 2.314.652.244.000
109,07 3 2008
2.926.071.071.000 26,42
4 2009 3.275.448.768.844
11,94 5 2010
4.173.681.797.450 27,42
Sumber : Bank Syariah Mandiri 2010
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.1 : Kurva Pembiayaan Mudharabah Tahun 2006 – 2010
Sumber : Tabel 4.2 Bank Syariah Mandiri, 2010 Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa
pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri cenderung mengalami kenaikan atau peningkatan, dimana peningkatan tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 109,07 yaitu pembiayaan mudharabah sebesar Rp.1.107.124.003.000 di tahun sebelumnya
meningkat menjadi Rp.2.314.652.244.000. Peningkatan pembiayaan mudharabah Bank Mandiri Syariah pada
tahun 2006 – 2010 menunjukkan bahwa : 1.
Bank Syariah sudah mampu memikirkan cara-cara yang tepat dalam melakukan pembiayaan khususnya pembiayaan yang berkaitan
dengan konsep Mudharabah Ayu Nurhasanah, 2005.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Secara nasional industri perbankan menunjukkan kinerja yang
positif, walaupun ditengah situasi persaingan yang meningkat intensitasnya seiring dengan trend penurunan suku bunga perbankan
yang diikuti menguatnya kinerja pasar modal maupun industri keuangan non bank. Sebagai bagian dari industri perbankan nasional,
perkembangan perbankan syariah juga masih memperlihatkan pertumbuhan volume usaha yang cukup tinggi dan secara umum
efektivitas fungsi intermediasi perbankan syariah tetap terjaga Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2009.
3. Penyediaan akses jaringan mengalami peningkatan dan menjangkau
kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki fundamental yang cukup kuat untuk memanfaatkan potensi
membaiknya perekonomian nasional Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2009.
4.2.2. Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah X
2
Musyarakah adalah akad kerja sama antara kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan nisbah sedangkan kerugian berdasarkan
kontribusi dana.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pelaksanaan pembiayaan musyarakah diukur dari jumlah pembiayaan musyarakah dikurangi dengan penyisihan kerugian. Berikut
ini data pembiayaan mudharabah tahun 2006 – 2010 : Tabel 4.3 : Data Pembiayaan Musyarakah Tahun 2006 – 2010
No Tahun
Pembiayaan Musyarakah dalam Rp
Peningkatan
1 2006 1.481.277.246.000
2 2007 1.872.935.957.000
26,44 3 2008
2.357.189.872.000 25,86
4 2009 3.000.846.000.855
27,31 5 2010
4.221.305.155.711 40,67
Sumber : Bank Syariah Mandiri 2010 Gambar 4.2 : Kurva Pembiayaan Musyarakah Tahun 2006 – 2010
Sumber : Tabel 4.3 Bank Syariah Mandiri, 2010 Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa
pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri cenderung
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mengalami kenaikan atau peningkatan sampai dengan tahun 2010, dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 40,67 yaitu
pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 3.000.846.000.855 di tahun sebelumnya meningkat menjadi Rp. 4.221.305.155.711.
4.2.3. Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah X
3
Risiko dalam pelaksanaan pembiayaan mudharabah berupa risiko kredit yakni kerugian yang diakibatkan dari penghentian mudharabah
sebelum masa akad berakhir karena nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kesepakatan, lalai dan adanya kesalahan yang
disengaja, serta penyembunyian keuntungan oleh nasabah. Risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah diukur dengan jumlah
pembiayaan mudharabah yang bermasalah Non Performing Financing. Berikut ini data risiko pembiayaan mudharabah tahun 2006 – 2010 :
Tabel 4.4 : Data Risiko Pembiayaan Mudharabah Tahun 2006 – 2010 No
Tahun Risiko Pembiayaan
Mudharabah Peningkatan
penurunan 1 2006
2.717.736.000 2 2007
2.092.847.000 -22,99
3 2008 736.258.000
-64,82 4 2009
5.268.605.972 615,59
5 2010 9.683.215.009
83,79 Sumber : Bank Syariah Mandiri 2010
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.3 : Kurva Risiko Pembiayaan Mudharabah Tahun 2006 – 2010
Sumber : Tabel 4.4 Bank Syariah Mandiri, 2010 Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa
Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan NPL Non Performing Financing pada tahun 2007 sebesar 22,99 dan tahun 2008 sebesar
64,82. Namun pada tahun 2009 – 2010, Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan NPL Non Performing Financing, dimana risiko
pembiayaan mudharabah tahun 2009 sebesar 615,59 dan tahun 2010 sebesar 83,79.
Peningkatan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut kemungkinan terjadi pada pembiayaan konsumsi khususnya pembiayaan
perumahan, disamping peningkatan NPF pada sektor perdagangan, perhotelan dan restoran serta sektor jasa dunia usaha yang tergolong sektor
utama pembiayaan sehingga konsentrasi risiko yang dihadapi juga relatif tinggi dibandingkan sektor lainnya. Dalam kondisi kemampuan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengelolaan risiko perbankan syariah yang masih pada taraf penyempurnaan, maka selain faktor kelemahan kinerja sektor riil, secara
internal faktor yang ditengarai turut berperan dalam terjadinya penurunan kualitas pembiayaan diantaranya keputusan pembiayaan yang kurang
berhati-hati serta penilaian risiko dan harga yang kurang sensitif mengantisipasi penurunan suku bunga bank konvensional yang memicu
adanya nasabah yang meninggalkan ataupun mengalihkan pembiayaan dari perbankan syariah Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia,
2009.
4.2.4. Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah X
4
Risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah berupa risiko kredit yakni kerugian yang harus dibagi antara mitra secara proporsional menurut
kontribusi dana masing – masing dalam modal. Risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah diukur dengan jumlah pembiayaan musyarakah
yang bermasalah Non Performing Financing. Berikut ini data risiko pembiayaan musyarakah tahun 2006 – 2010 :
Tabel 4.5 : Data Risiko Pembiayaan Musyarakah Tahun 2006 – 2010 No
Tahun Risiko Pembiayaan
Musyarakah Peningkatan
penurunan 1 2006
2.872.007.000 2 2007
42.179.100.000 1.368,63
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3 2008 29.512.205.000
-30,03 4 2009
14.874.039.543 -49,60
5 2010 88.012.816.590
491,72 Sumber : Bank Syariah Mandiri 2010
Gambar 4.4 : Kurva Risiko Pembiayaan Musyarakah Tahun 2006 – 2010
Sumber : Tabel 4.5 Bank Syariah Mandiri, 2010 Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa
tahun 2008 dan 2009 Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan NPL Non Performing Financing sebesar 30,03 dan 49,60. Namun pada
tahun 2010, Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan NPL Non Performing Financing yaitu menjadi 491,72.
Peningkatan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut kemungkinan terjadi pada pembiayaan konsumsi khususnya pembiayaan
perumahan, disamping peningkatan NPF pada sektor perdagangan,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perhotelan dan restoran serta sektor jasa dunia usaha yang tergolong sektor utama pembiayaan sehingga konsentrasi risiko yang dihadapi juga relatif
tinggi dibandingkan sektor lainnya. Dalam kondisi kemampuan pengelolaan risiko perbankan syariah yang masih pada taraf
penyempurnaan, maka selain faktor pelemahan kinerja sektor riil, secara internal faktor yang ditengarai turut berperan dalam terjadinya penurunan
kualitas pembiayaan diantaranya keputusan pembiayaan yang kurang berhati-hati serta penilaian risiko dan harga yang kurang sensitif
mengantisipasi penurunan suku bunga bank konvensional yang memicu adanya nasabah yang meninggalkan ataupun mengalihkan pembiayaan
dari perbankan syariah Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2009.
4.2.5. Eksistensi Bank Syariah
Eksistensi bank syariah merupakan keberadaan perbankan syariah dalam melayani nasabah untuk melakukan kegiatan – kegiatan ekonomi
yang sesuai dengan prinsip syariah islam yang diukur dari jumlah pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari akad – akad yang diterapkan
oleh perbankan syariah. Eksistensi bank syariah diukur dari jumlah pendapatan bagi hasil profit sharing. Berikut ini data jumlah pendapatan
bagi hasil profit sharing tahun 2006 – 2010 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.6 : Data Jumlah Pendapatan Bagi Hasil Tahun 2006 – 2010 No
Tahun Jumlah pendapatan bagi
hasil dalam Rp Peningkatan
penurunan 1 2006
310.064.787.000 2 2007
464.903.596.000 49,94
3 2008 703.877.398.000
51,40 4 2009
798.583.384.541 13,45
5 2010 993.313.031.740
24,38 Sumber : Bank Syariah Mandiri 2010
Gambar 4.5 : Kurva Jumlah Pendapatan Bagi Hasil Tahun 2006 – 2010
Sumber : Tabel 4.6 Bank Syariah Mandiri, 2010 Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa
jumlah pendapatan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cenderung mengalami kenaikan atau peningkatan, dimana peningkatan tertinggi
terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 51,40 yaitu jumlah pendapatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bagi hasil sebesar Rp. 464.904.597.000 di tahun sebelumnya meningkat menjadi Rp.703.877.398.000.
Peningkatan jumlah pendapatan bagi hasil Bank Mandiri Syariah pada tahun 2006 – 2010, kemungkinan disebabkan Bank Syariah Mandiri
menunjukkan kinerja yang positif, pertumbuhan volume usaha Bank Syariah Mandiri cukup tinggi, penyediaan akses jaringan mengalami
peningkatan dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki pondasi yang cukup kuat untuk memanfaatkan
potensi membaiknya perekonomian nasional Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2009.
4.3. Analisis Hubungan Pelaksanaan Pembiayaan Bagi Hasil