d. Neglect
Ketidakpuasan ditunjukkan melalui tindakan secara pasif membiarkan kondisi semakin buruk, termasuk kemangkiran atau keterlambatan secara kronis,
mengurangi usaha, dan meningkatkan tingkat kesalahan.
2.4.2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Menurut Wibowo 2007 terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, yaitu sebagai berikut:
1. Pemenuhan Kebutuhan Model ini dimasukkan bahwa kepausan ditentukan oleh tingkatan karakteristik
pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Perbedaan
Model ini menyatakan kepuasan merupakan hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara uang yang diharapkan dan uang
diperoleh individu dari pekerjaan. 3. Pencapaian Nilai
Gagasan pencapaian nilai adalah bahwa kepuasan merupakan hasil persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
4. Keadilan Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari seberapa
adil individu diperlakukan di tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
5. Komponen Genetik Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan
fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Menurut Munandar 2004 menyatakan ada 5 lima dimensi dari kepuasan
kerja, yaitu: a.
Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, di mana hal itu terjadi bila pekerjaan tersebut memberikan kesempatan individu untuk belajar sesuai dengan minat serta
kesempatan untuk bertanggung jawab. b.
Kepuasan terhadap imbalan, di mana sejumlah uang gaji yang diterima sesuai dengan beban kerjanya dan seimbang dengan karyawan lain pada organisasi
tersebut. c.
Kesempatan promosi, yaitu kesempatan untuk menyehatkan posisi pada struktur organisasi.
d. Keputusan terhadap supervise, bergantung pada kemampuan atasannya untuk
memberikan bantuan teknis dalam memotivasi. e.
Kepuasan terhadap rekan kerja yaitu seberapa besar rekan sekerja memberikan bantuan teknis dan dorongan sosial.
Mangkunegara 2002 mengemukakan bahwa ada 2 dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor
pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor pegawai, yaitu kondisi kecerdasan IQ, kecakapan khusus, umur, jenis
kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja.
b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat golongan.
Kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.
Menurut Robbins 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah pekerjaan yang secara mental menantang mentally challenging
work, ganjaran yang pantas equitable rewards, kondisi kerja yang mendukung supportive working condition, dukungan rekan sekerja supportive colleagues,
kecocokan antara kepribadian dan pekerjaan the personality-job fit. Menurut Rivai 2008, faktor-faktor yang dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri karyawan dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja. Sedangkan faktor
ekstrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan lain, dukungan atasan dalam bekerja.
Menurut Davis dan Newstrom 2001, ada 2 dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor pegawai seperti kecerdasan, umur jenis kelamin, kondisi
fisik, pendidikan, pengalaman dan masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir dan sikap kerja dan faktor pekerjaan seperti jenis pekerjaan, struktur perusahaan, pangkat
atau golongan, kesempatan promosi, interaksi sosial.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Siagian 2000, kepuasan kerja dapat dikaitkan terhadap berbagai faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Kepuasan Kerja dan Kemangkiran Pegawai yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya akan rendah tingkat
kemangkirannya. Sebaliknya pegawai yang rendah tingkat kepuasan kerjanya akan cenderung tinggi tingkat kemangkirannya. Dalam praktik korelasi itu berarti
bahwa seorang pegawai yang puas akan hadir di tempat tugas kecuali ada alasan yang benar-benar kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya pegawai yang merasa
tidak atau kurang puas, akan menggunakan berbagai alasan untuk tidak masuk kerja. Dengan demikian, salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi
tingkat kemangkiran pegawai adalah meningkatkan kepuasan kerja. 2. Kepuasan Kerja Pegawai
Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pindah kerja adalah ketidakpuasan di tempat bekerja sekarang. Sebab-sebab
ketidakpuasan itu dapat beranekaragam seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak
serasi, baik dengan atasan maupun dengan para rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesuai dan berbagai faktor lainnya. Berarti terdapat korelasi antara tingkat
kepuasan dengan kuat atau lemahnya keinginan pindah pekerjaan. Keadaan seperti ini perlu diwaspadai karena jika terjadi dalam skala besar, organisasi pula
yang dirugikan.
Universitas Sumatera Utara
3. Kepuasan Kerja dan Usia Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara organisasi dan para
anggotanya, terdapat korelasi antara kepuasan kerja dengan usia seorang pegawai. Artinya, kecenderungan yang sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut usia
pegawai, tingkat kepuasan kerjanya pun biasanya semakin tinggi. Berbagai alasan yang sering dikemukakan menjelaskan fenomena ini antara lain ialah:
a. Bagi pegawai yang sudah agak lanjut usia makin sulit memulai karir baru
di tempat lain. b.
Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan cita-cita.
c. Gaya hidup yang sudah mapan.
d. Sumber penghasilan yang relatif terjamin.
e. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan
rekan-rekannya dalam organisasi. Sebaliknya mudah menduga bahwa bagi para pegawai yang lebih muda usia
keinginan pindah itu lebih besar. 4. Kepuasan kerja dan tingkat jabatan
Kepuasan kerja mempunyai hubungan dengan tingkat jabatan, hal ini bermakna bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi maka tingkat
kepuasannya pun cenderung lebih tinggi pula. Berbagai alasannya antara lain ialah:
Universitas Sumatera Utara
a. Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak.
b. Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan kemampuan kerjanya.
c. Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi.
Dengan demikian alasan-alasan tersebut bertalian erat dengan prospek seseorang untuk dipromosikan, perencanaan karir dan pengembangan sumber daya
manusia dalam organisasi. Merujuk pada berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam rangka peningkatan kinerjanya adalah: a faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan
kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan; b faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan
dengan interaksi sosial baik sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya; c faktor fisik, merupakan faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi. Jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan
kerja, keadaan ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya; d faktor finansial, merupakan faktor yang
berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,
promosi, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Mengukur Kepuasan Kerja