Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

42 Gambar 2. 9 . Tahap-tahap dalam analisis sistem Eriyatno, 1999.

5. Penelitian Terdahulu

Hasbi 2001 melakukan penelitian mengenai kemitraan pola MAKS Mini Agroindustri Kelapa Sawit untuk usaha agroindustri kelapa sawit yang berlokasi di PTP Minanga Ogan, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Hasbi 2001 menemukan bahwa pola MAKS yang menghasilkan alih-kelola dari investor kepada petani pada suatu kurun waktu tertentu mampu meningkatkan kesejahteraan petani peserta program kemitraan pola MAKS tersebut. Hasbi 2001 menganalisis struktur kelembagaan kemitraan dengan menggunakan teknik ISM dan mengambl empat elemen program yang diperkenalkan Saxena, yaitu 1 elemen kebutuhan program, 2 elemen kendala utama program, 3 elemen tujuan program, dan 4 elemen lembaga yang terlibat dalam program. Formatted: Swedish Sweden Formatted: Swedish Sweden Field Code Changed Formatted: Swedish Sweden Deleted: 9 43 Sitorus et al. 2001 mengusulkan konsep agribisnis berbasis komunitas yang menyinergikan modal ekonomi dan sosial berdasarkan pengalaman PT Sang Hyang Seri di Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Sitorus et al. 2001 mengusulkan pola kerjasama produksi dalam agribisnis perbenihan padi, yaitu pola kerjasama pertanaman padi calon benih yang memungkinkan petani meningkatkan statusnya dari buruh tani menjadi petani peserta kerjasama dengan PT Sang Hyang Seri. Subagyo 2000 melakukan penelitian terhadap kelayakan agribisnis nenas di daerah transmigrasi dengan mengambil lokasi penelitian Desa Tangkit Baru, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi. Subagyo 2000 menyimpulkan bahwa produk nenas olahan berupa dodol nenas merupakan produk yang layak dikembangkan oleh pengusaha kecil di bidang agroindustri nenas. Hasboellah 2003 meneliti strategi kemitraan yang diterapkan untuk mendukung usaha kecil nelayan tangkap pada PT. XX. Hasboellah 2003 menggunakan teknik analisis BCG untuk menganalisis posisi PT. XX dalam industri hasil laut. Hasboellah 2003 menemukan bahwa pendapatan nelayan mitra ternyata lebih besar dari pada nelayan yang tidak menjadi mitra. Pendapatan nelayan mitra mencapai dua-setengah kali lebih besar daripada nelayan yang tidak menjadi anggota kemitraan. Mulyadi 2001 meneliti pengembangan agroindustri rotan dengan pendekatan kompetensi inti dan menggunakan teknik ISM sebagai alat analisisnya. Mulyadi 2001 menggunakan 6 enam elemen program dari Saxena, yaitu 1 Kebutuhan program, 2 Kendala program, 3 Perubahan yang dimungkinkan dari adanya program, 4 Tujuan program, 5 Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, dan 6 Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Formatted: Spanish Venezuela Formatted: Swedish Sweden

III. LANDASAN TEORETIS

1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM Interpretative Structural Modeling

Eriyatno 1999 mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak dalam sudut pandang yang terlalu sektoral bergantung pada siapa yang memiliki pengaruh kuat dalam proses perencanaan tersebut. Padahal, perencanaan strategik seharusnya bersifat heuristik menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai komponen sistemnya. Pada saat ini terdapat berbagai teknik yang dikembangkan untuk perencanaan strategik yang bersifat heuristik. Salah satu teknik tersebut adalah teknik pemodelan ISM. Teknik ISM merupakan proses pengkajian kelompok group learning process di mana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yan g kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan gambar dan kalimat. Teknik ISM, utamanya digunakan untuk pengkajian oleh suatu tim, tetapi dapat juga digunakan oleh seorang peneliti. Eriyatno, 1999. Marimin 2004 menyatakan bahwa teknik ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk mengatasi kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional danatau aplikasi statistik deskrip tif. Dalam teknik ISM model mental yang tidak jelas ditransformasikan menjadi model sistem yang tampak visible dan didefinisikan secara jelas Saxena, 1994 dalam Eriyatno, 1999. Teknik pemodelan ISM diterapkan dalam dua bagian, yaitu Penyusunan Hirarki dan Klasifikasi Subelemen. Prinsip dasarnya adalah identifikasi struktur dalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.