Agroindustri Nenas di Indonesia

11

b. Agroindustri Nenas di Indonesia

Agroindustri nenas merupakan rangkaian kegiatan yang mengolah nenas menjadi berbagai produk olahan nenas sampai ke pendistribusiannya. Di Indonesia, produk agroindustri nenas yang utama adalah nenas kalengan canned pineapple dan jus nenas pineapple juice. Kapasitas terpasang pabrik-pabrik pengolahan nenas di Indonesia mencapai 259.989 ton untuk nenas kalengan dan 109.048 ton untuk jus nenas CIC, 2000. Pada Tabel 2.3 disajikan data pabrik pengolahan nenas di Indonesia. Tabel 2.3. Produsen nenas olahan di Indonesia dan kapasitas terpasangnya CIC, 2000 Produk Ton 1 PT Great Giant Pineapple Lampung Tengah Nenas Kalengan 187,000 Jus Nenas 100,000 2 PT Tris Delta Agrindo Lampung Nenas Kalengan 32,659 Jus Nenas 4,032 3 PT Pulau Sambu Riau Nenas Kalengan 24,000 Jus Nenas 3,000 4 PT Para Sawita Sumatera Utara Jus Nenas 2,000 5 PT Kencana Acid Indo Perkasa Lampung Utara Nenas Kalengan 16,330 Jus Nenas 2,016 6 PT Sari Segar Alami Riau Jus Nenas 2,000 Kapasitas Total Terpasang Nenas Kalengan 259,989 Jus Nenas 109,048 Kapasitas ProduksiTahun Lokasi Nama Perusahaan No. Selain perusahaan-perusahaan yang tercantum dalam tabel, ada dua perusahaan nenas kalengan lain yang sekarang telah berhenti beroperasi, yaitu PT Pineapple Cannery of Sumatera PT PCS di Pematang Siantar dan PT Morelli di Subang. Kedua perusahaan di atas terpaksa berhenti beroperasi akibat tidak menentunya pasok bahan baku dari petani kecil se tempat CIC, 2000. Selain itu, Taifung Group dari Taiwan juga pernah mengembangkan usaha agroindustri nenas di Lampung. Kelompok usaha dari Taiwan tersebut menyewa lahan perkebunan nenas dari petani transmigran. Ketika masa sewa berakhir, petani transmigran mengambil kembali 12 lahan yang disewakan tersebut dan sebagai akibatnya Taifung Group kehilangan lahan perkebunan nenas dan terpaksa menghentikan operasi pengalengan nenasnya pada tahun 2000 Asopa, 2003. Bahan baku untuk agroindustri nenas dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu bahan baku utama buah nenas yang dihasilkan oleh perkebunan nenas dan bahan penolong yang diperlukan untuk proses produksi dan pengalengan berupa asam sitrat, gula, alkohol, dan sebagainya. Di Indonesia pasokan buah nenas merupakan faktor sangat penting bagi agroindustri nenas, dan seperti telah disebutkan di atas, kegagalan industri pengalengan nenas di Kabupaten Subang disebabkan oleh tidak menentunya pasok nenas dari pekebun. Berdasarkan pengalaman tersebut, beberapa perusahaan produsen nenas kalengan membangun perkebunan nenas sendiri untuk menjamin pasok nenasnya, di antaranya adalah usaha agroindustri nenas yang dapat dikatakan sukses di Indonesia, yaitu sebuah perusahaan swasta di Lampung. Kapasitas terpasang perusahaan tersebut masih yang terbesar di Indonesia, yaitu 187.000 ton nenas kalengan dan 100.000 ton jus nenas yang berasal dari 23 lini produksi. Sampai tahun 2005 perusahaan berencana menambah lini produksinya menjadi 36 lini. Perusahaan ini memiliki 32.300 ha kebun nenas untuk mendukung industrinya. Produksi buah nenas perusahaan mencap ai 69 ton per hektar, atau sekitar 450.000 tontahun. Hampir semua produk agroindustri nenas di Indonesia, termasuk produk perusahaan yang disebutkan di atas , dijual ke pasar ekspor. Pasar domestik untuk nenas kalengan relatif kecil Hadi, 2001. Permintaan akan nenas kalengan di luar negeri sangat tinggi sehingga produsen Indonesia mengalami kesulitan dalam memenuhinya. Ekspor nenas olahan Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.4. Dari Tabel 2.4 tersebut tampak bahwa secara rata-rata antara 13 tahun 2000 dan 2004 volume ekspor nenas olahan Indonesia menunjukan sedikit penurunan 0,95 per tahun. Harga rata-rata nenas olahan ekspor selama kurun waktu lima tahun terakhir ini adalah sebesar US 520ton. Sebagai komoditas ekspor, nenas olahan Indonesia telah diekspor ke negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. BPS, 2005, dengan pasar utama adalah Amerika Serikat, Singapura, Jerman, Belanda, dan Jepang Asopa, 2003. Tabel 2. 4 . Ekspor nenas olahan dari Indonesia, 2000-2004 BPS, 2003 dan 2005, diolah penulis Tahun Volume Ton Pertumbuhan Nilai FOB 000US Pertumbuhan 2000 2001 2002 2003 2004 154.758 158.762 181.095 145.768 144.350 - 2,59 14,07 - 19,50 - 0,97 72.599 76.728 101.569 84.971 73.203 - 5,68 32,37 -16,34 -13,85 Meskipun merupakan negara pengekspor, Indonesia juga mengimpor nenas olahan dari beberapa negara dalam jumlah yang berfluktuasi. Pada tahun 2004 Indonesia mengimpor nenas olahan sebanyak sekitar 216 ton dengan nilai sekitar US 149.659. Impor nenas olah an Indonesia berasal dari Amerika Serikat, Singapura, dan Australia. Dilihat dari nilai dolar, nenas olahan impor memperoleh harga di atas harga ekspor, sebagai contoh, harga rata-rata per ton nenas olahan impor pada tahun 2004 adalah US 694ton, sementara harga rata-rata nenas olahan impor selama kurun waktu 2000 – 2004 adalah sebesar US 703ton. Tabel 2.5 menyajikan data impor nenas olahan Indonesia 2000-2004. Tabel 2.5. Impor nenas olahan Indonesia, 2000-2004 BPS, 2003 dan 2005, diolah penulis Tahun Volume Ton Pertumbuhan Nilai CIF US Pertumbuhan 2000 2001 2002 2003 2004 158,21 587,88 98,47 239,50 215,68 - 271,58 - 83,25 143,22 - 9,96 123.465 194.680 81.833 210.130 149.659 - 57,68 -57,94 156,78 - 28,78 Formatted: Swedish Sweden Field Code Changed Formatted: Swedish Sweden Deleted: 4 14 Dalam mengekspor nenas olahan, produsen biasanya berhubungan langsung dengan pembeli trading company. Sistem distribusi nenas mulai dari petani sampai ke pasar ekspor disajikan pada Gambar 2.2. Dari Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa nenas segar dari petani tidak ada yang dibeli oleh industri pengolahan atau eksportir besar. Industri pengolahan dan eksportir besar mendapatkan nenas segar dari kebun sendiri, sementara petani hanya dapat menjual nenas segar ke pedagang perantara pengumpul dan ke industri pengolahan atau eksportir kecil. Gambar 2. 2 . Sistem distribusi nenas dari petani sampai ke pasar ekspor Hadi, 2001.

2. Model Berbasis Pasar dan Model Berbasis Sumber Daya dalam Pengembangan