Kondisi ekonomi dalam atribut Rapfish

161 Berdasarkan hasil perhitungan dan interest rate sebesar 8 diperoleh hasil NPV sebesar Rp.17.020.970,37. Angka ini menunjukkan bahwa hasil bersih yang diperoleh selama kurun waktu 10 tahun ke depan jika dinilai sekarang adalah sebesar Rp.17.020.970,37 Tabel 6.27 dan Lampiran 18. Tingkat pengembalian investasi return of investment atau ROI untuk perikanan dengan alat tangkap payang gemplo sebesar 0,19. Hal ini berarti benefit yang diterima pemilik selama 1 tahun sebesar 19 dari investasi yang dilakukan. Payback period PP yang diperoleh sebesar 5,24 yang berarti waktu pengembalian investasi yang telah dilakukan lebih dari 5 tahun 3 bulan. Secara keseluruhan dengan financial performance analysis untuk kegiatan usaha perikanan dengan alat tangkap payang gemplo masih memberikan benefit, namun jika dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh tersebut memberikan manfaat yang sangat kecil baik bagi pemilik maupun bagi ABK.

6.3.2 Kondisi ekonomi dalam atribut Rapfish

Penyusunan skor status keberlanjutan pada dimensi ekonomi perikanan tangkap skala kecil berdasarkan keadaan lapang daerah penelitian dan berdasarkan acuan dari kriteria yang telah dibuat. Hasil wawancara dan pengamatan lapang yang dilakukan pada dua wilayah yaitu Kabupaten Serang Pasauran, Kecamatan Cinangka dan Perairan Kabupaten Tegal menghasilkan variabel atau atribut yang dapat dilihat pada Tabel 6.38 dan Lampiran 8. Untuk pendefinisian kriteria data dari variabel atau atribut pada Tabel 6.38 tersebut maka dilakukan analisis data sebagai fakta atau realita data dalam atribut Rapfish.

6.3.2.1 Keuntungan

Dalam atribut ekonomi keberlanjutan usaha perikanan tangkap faktor yang paling penting adalah profit. Faktor profit atau keuntungan inilah yang akan menentukan apakah seseorang akan bertahan atau berhenti dari usaha perikanan tangkap. Jika dilihat dari sisi pemilik maka yang akan dilihat seperti NPV, net benefit dan pendapatan net revenue, sedangkan jika dilihat dari sisi ABK yang dilihat adalah besarnya pendapatan dan keberlanjutan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau rumah tangganya. Dalam analisis finansial yang telah dilakukan 162 sebelumnya terlihat nilai-nilai yang dibutuhkan untuk terjaminnya keberlangsungan atau keberlanjutan perikanan tangkap secara ekonomi. Secara umum pada Tabel 6.28 menunjukkan semua kegiatan perikanan tangkap baik payang bugis, jaring udang, jaring rampus, bundes dan payang gemplo menunjukkan hasil yang positif dan masih menguntungkan. Faktor ekonomi yang masih positif dan menguntungkan inilah yang menyebabkan pemilik armada perikanan tangkap masih bertahan sampai saat ini. Tapi jika ditinjau lebih mendalam, positifnya nilai NPV dan net revenue pendapatan disebabkan oleh sistem bagi hasil yang cenderung positif menguntungkan, dimana biaya variabel operasional sebagai faktor pengurang terbesar dari penerimaan ditanggung bersama antara pemilik dan nelayan ABK. Pada Tabel 6.28 terlihat perbandingan nilai keuntungan dari masing- masing alat tangkap baik di Kabupaten Serang maupun Kabupaten Tegal. Secara keseluruhan, perbandingan nilai-nilai yang diperoleh melalui analisis finansial ditunjukkan bahwa usaha perikanan yang menggunakan jaring udang Serang sangat menguntungkan 0. Usaha perikanan yang menggunakan alat tangkap payang bugis Serang dan bundes Tegal masih menguntungkan 1. Usaha perikanan yang mengoperasikan jaring rampus Tegal dapat dikatakan sedikit menguntungkan 2, sedangkan untuk alat tangkap payang gemplo Tegal mendekati impas atau hanya kembali modal 3. Tabel 6.28 Perbandingan kinerja usaha perikanan payang bugis, jaring udang, jaring rampus, bundes dan payang gemplo Pendapatan pemilik Rp. Pendapatan ABK Rp. Jenis Usaha Perikanan NPV Rp. ROI PP tahun per tahun per bulan per tahun per bulan Payang bugis 132.589.731 0,83 1,21 25.388.333 2.115.694 4.500.000 375.000 Jaring udang 97.201.304 10,13 0,10 21.280.400 1.773.367 5.637.600 469.800 Rampus 30.725.042 0,44 2,27 5.412.000 451.000 4.993.000 416.083 Bundes 129.122.677 1,04 0,96 20.765.857 1.730.488 2.912.571 242.714 Payang gemplo 17.020.970 0,19 5,24 3.432.000 286.000 2.381.000 198.417 6.3.2.2 Kontribusi perikanan terhadap PDRB Prestasi ekonomi suatu negara atau daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Salah satu indikator yang ideal untuk mengukur tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah adalah pendapatan regional. Dalam kaitan prestasi 163 ekonomi suatu daerah alat ukurnya adalah PDRB yang merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah. Pendapatan regional pada dasarnya merupakan Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang dikurangi penyusutan, pajak tak langsung dan ditambah pendapatan netto yang mengalir dari daerah lain. Laju pertumbuhan PDRB merupakan suatu pendekatan indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan kegiatan perekonomian begitu juga sebaliknya. Aspek lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan PDRB terutama sekali adalah struktur sebaran sektor ekonominya. Struktur ekonomi dipandang sangat penting, karena kita bisa melihat seberapa besar tiap sektor berperan dalam menghasilkan total nilai tambah, selanjutnya bisa diamati sektor-sektor mana saja yang tumbuh dan sektor-sektor apa saja yang mempunyai peluang untuk dikembangkan. Ditinjau dari perhitungan atas dasar harga berlaku, PDRB Kabupaten Serang meningkat 8,15 yaitu dari 8.212 milyar rupiah pada tahun 2002 menjadi 8.941 milyar rupiah pada tahun 2003 Tabel 6.29. Menurut perhitungan atas dasar harga konstan 1993, PDRB Kabupaten Serang meningkat dengan laju pertumbuhan PDRB sebesar 4,02 yaitu dari 2.752 milyar rupiah pada tahun 2002 menjadi 2.867 milyar rupiah pada tahun 2003. Tabel 6.29 PDRB Kabupaten Serang atas dasar harga konstan tahun dasar 1993 dari tahun 2002 – 2003 No Lapangan Usaha 2002 2003 1 Pertanian juta Rupiah 370.205 381.474 2 Perikanan juta Rupiah 38.137 39.903 Total PDRB Kab. Serang juta Rupiah 2.751.767 2.867.055 PDRB Perikanan Terhadap PDRB Pertanian 10,302 10,460 PDRB Perikanan Terhadap Total PDRB 1,386 1,392 PDRB Pertanian Terhadap Total PDRB 13,453 13,305 Sumber : Kabupaten Serang dalam Angka, 2004 164 Sumbangan subsektor perikanan terhadap total PDRB Kabupaten Serang pada tahun 2002 hanya 1,386 dan terjadi peningkatan menjadi 1,392 pada tahun 2003 Tabel 6.29. Sumbangan subsektor perikanan terhadap total PDRB Kabupaten Serang memang dirasakan sangat kecil. Pada Tabel 6.30 juga ditunjukkan PDRB subsektor perikanan terhadap sektor pertanian mempunyai peran yang cukup besar dimana PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2002 mencapai 10,302 dan mengalami peningkatan menjadi 10,460 pada tahun 2003. Secara keseluruhan subsektor perikanan pada tahun 2003 mempunyai peran 1,392 terhadap total PDRB kabupaten Serang sehingga dapat dikatakan bahwa PDRB subsektor perikanan masih rendah 0. Total PDRB Kabupaten Tegal pada Tahun 2003 sebesar 1.045 milyar rupiah Tabel 6.30. Sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB di Kabupaten Tegal sangat besar pada tahun 2003 mencapai 24,628 atau 257 milyar rupiah. Sumbangan subsektor perikanan terhadap sektor pertanian Kabupaten Tegal memang dirasakan sangat kecil yaitu hanya mencapai 1,063 atau 2,73 milyar rupiah.. Secara keseluruhan subsektor perikanan mempunyai peran 0,262 pada tahun 2003 terhadap total PDRB kabupaten Tegal sehingga dapat dikatakan bahwa PDRB dari subsektor perikanan masih rendah 0. Tabel 6.30 PDRB Kabupaten Tegal atas dasar harga konstan tahun 1993 tahun 2003 No Lapangan Usaha 2003 1 Pertanian juta Rupiah 257.204,75 2 Perikanan juta Rupiah 2.734,06 Total PDRB Kab. Tegal juta Rupiah 1.044.782,35 PDRB Perikanan Terhadap PDRB Pertanian 1,063 PDRB Perikanan Terhadap Total PDRB 0,262 PDRB Pertanian Terhadap Total PDRB 24,628 Sumber : Kabupaten Tegal dalam Angka, 2004

6.3.2.3 Pendapatan per kapita

Data PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumberdaya alam dan manusia serta teknologi yang dimiliki untuk terjadinya suatu proses produksi menghasilkan barang dan jasa. Sehubungan dengan keterbatasan data yang tersedia maka untuk mengukur tingkat kemajuan 165 perekonomian suatu daerah baru dapat digambarkan hanya dengan indikator Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Melalui PDRB kita juga bisa mengamati ketimpangangap ekonomi melalui distribusi pendapatan yang diterima oleh kelompok-kelompok tertentu dari penduduk. Apakah pendapatan tersebut menyebar secara merata di seluruh kelompok penduduk atau hanya merata di beberapa kelompok saja. Pendapatan penduduk per kapita diperoleh dari total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk. PDRB Kabupaten Serang selalu meningkat baik ditinjau atas dasar harga berlaku sebesar 8,88 maupun atas dasar harga konstan sebesar 4,19 Tabel 6.31. Jumlah penduduk Kabupaten Serang pada pertengahan tahun 2002 mencapai 1.702.340 orang dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,17 pada tahun 2003 yang mencapai 1.756.278 orang. Pendapatan per kapita Kabupaten Serang berdasarkan harga berlaku pada tahun 2002 sebesar Rp.4.824.065,00 per tahun mengalami peningkatan 5,53 pada tahun 2003 menjadi Rp.5.090.990,00 per tahun. Tabel 6.31 Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Serang tahun 2002 dan Tahun 2003 No Uraian 2002 Rp. 2003 Rp. ∆ 1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 8.212.199.000.000 8.941.194.000.000 8,88 2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 2.751.767.000.000 2.867.055.000.000 4,19 3 Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 1.702.340 1.756.278 3,17 4 PDRB Per kapita atas harga berlaku 4.824.065 5.090.990 5,53 5 PDRB Per kapita atas dasar harga konstan 1993 1.616.461 1.632.461 0,99 6 Kebutuhan Hidup Minimum per Bulan - 579.355,69 - Sumber : Kabupaten Serang dalam Angka, 2004 Pendapatan per kapita Kabupaten Serang atas dasar harga konstan tahun 1993 pada tahun 2002 sebesar Rp.1.616.461,00 per tahun dan mengalami 166 peningkatan 0,99 pada tahun 2003 menjadi Rp.1.632.461,00 per tahun. Namun dalam menghitung pendapatan per kapita Kabupaten Serang tahun 2003 digunakan PDRB berdasarkan atas dasar harga berlaku sebesar Rp.5.090.990,00 per tahun atau Rp.424.429,00 per bulan dibandingkan dengan Kebutuhan Hidup Minimum KHM Kabupaten Serang tahun 2003 sebesar Rp.579.355,69 per bulan atau Rp.6.952.268,00 per tahun Kabupaten Serang dalam Angka, 2003. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita Kabupaten Serang hanya 73,23 dari KHM atau masih di bawah KHM 1. Pendapatan penduduk per Kapita diperoleh dari total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk. PDRB Kabupaten Tegal selalu meningkat baik ditinjau atas dasar harga berlaku sebesar 11,37 maupun atas dasar harga konstan sebesar 5,05 Tabel 6.32. Jumlah penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2002 mencapai 1.410.458 orang dan mengalami pertumbuhan sebesar 0,91 pada tahun 2003 yang mencapai 1.423.346 orang. Pendapatan per kapita Kabupaten Tegal berdasarkan harga berlaku pada tahun 2002 sebesar Rp.1.944.770,67 per tahun mengalami peningkatan 10,36 pada tahun 2003 menjadi Rp.2.146.315,46 per tahun. Tabel 6.32 Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Tegal tahun 2002 dan tahun 2003 dalam Rupiah No Uraian 2002 2003 ∆ 1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2.743.017.350.000 3.054.949.530.000 11,37 2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 994.577.120.000 1.044.782.350.000 5,05 3 Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 1.410.458 1.423.346 0,91 4 PDRB Per kapita atas harga berlaku 1.944.770,67 2.146.315,46 10,36 5 PDRB Per kapita atas dasar harga konstan 1993 705.144,80 734.032,59 4,10 6 Kebutuhan Hidup Minimum per Bulan - 365.000 - Sumber : Kabupaten Tegal dalam Angka, 2004 167 Pendapatan per kapita Kabupaten Tegal atas dasar harga konstan tahun 1993 pada tahun 2002 sebesar Rp.705.144,80 per tahun dan mengalami peningkatan 4,10 pada tahun 2003 menjadi Rp.734.032,59 per tahun. Dalam menghitung pendapatan per kapita Kabupaten Tegal tahun 2003 digunakan PDRB berdasarkan atas dasar harga berlaku sebesar Rp.2.146.315,46 per tahun atau Rp.178.849,62 per bulan dibandingkan dengan Kebutuhan Hidup Minimum KHM Kabupaten Tegal tahun 2003 sebesar Rp.365.000,00 per bulan atau Rp.4.380.000,00 per tahun Kabupaten Tegal dalam Angka, 2003. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita Kabupaten Tegal hanya 49 dari KHM atau sangat jauh dibawah KHM 0.

6.3.2.4 Sifat kepemilikan sarana penangkapan penerima keuntungan dari kepemilikan

Sifat kepemilikan sarana penangkapan pada akhirnya berhubungan dengan penerimaan keuntungan dari usaha perikanan. Kepemilikan sarana penangkapan ada yang dimiliki oleh pemilik lokal, campuran antara pemilik lokal dan nonlokal maupun pemilik nonlokal yang menanamkan modalnya di usaha perikanan pada suatu wilayah. Sifat kepemilikan sarana penangkapan ini selain menunjukkan penerimaan keuntungan juga menunjukkan tingkat kemandirian penduduk sekitar terhadap kepemilikan aset usaha perikanan yang tidak tergantung pada pihak luar. Pada penelitian di wilayah Serang dan Tegal, sifat kepemilikan sarana penangkapan semuanya dimiliki oleh pemilik lokal 0 baik untuk alat tangkap payang bugis, jaring udang, bundes, payang gemplo dan rampus.

6.3.2.5 Tingkat subsidi

Subsidi dalam kegiatan perikanan tangkap yang menggunakan mesin sangat diperlukan. Subsidi tersebut adalah bahan bakar minyak BBM seperti solar, minyak tanah, dan pelumas. Jika subisidi tidak diberikan maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga akan menurunkan penerimaan atau keuntungan para nelayan. Ada 2 hal yang dapat dilakukan agar nelayan masih tetap mendapatkan keuntungan yaitu efisiensi biaya produksi atau memperbaiki 168 struktur harga jual ikan, namun jika menaikkan harga jual ikan pasar sulit menyerap produksi ikan tangkapan nelayan. Subsidi BBM atau bahan bakar minyak merupakan keharusan mutlak 4 antara lain usaha perikanan yang mengoperasikan alat tangkap payang bugis sebesar 70,59 , jaring rampus 69,70 , dan payang gemplo 30,77 . Pada usaha perikanan yang beroperasi dengan bundes pengaruh faktor BBM sebesar 18,55 dari biaya produksi yang sangat tergantung terhadap bahan bakar minyak 3. Ketergantungan subsidi BBM pada alat tangkap jaring udang bisa dikatakan tidak ada 0 karena masih sangat tradisional yaitu menggunakan dayung. Pada saat terjadi kenaikan harga BBM solar dari harga rata-rata Rp.2.300 per liter di tingkat nelayan menjadi Rp.4.300,00 per liter Tabel 6.33. Biaya BBM untuk usaha perikanan dengan payang bugis meningkat 10,54 70,59 menjadi 81,13 , jaring rampus meningkat 11,43 69,70 menjadi 81,13 , bundes meningkat 11,30 18,55 menjadi 29,86 dan payang gemplo meningkat 13,56 30,77 menjadi 44,33 . Hal ini menunjukkan sebenarnya diperlukan subsidi perikanan terutama BBM yang pada umumnya merupakan faktor terbesar dari biaya produksi. Tabel 6.33 Pengaruh BBM terhadap biaya produksi Pengaruh BBM terhadap Biaya Produksi No Usaha Perikanan Biaya Produksi Variabel Rp. Biaya BBM Sebelum Setelah ∆ 1 Payang bugis 17.000.000 12.000.000 70,59 81,13 10,54 2 Jaring Udang - - - - - 3 Jaring Rampus 8.712.000 6.072.000 69,70 81,13 11,43 4 Bundes 4.830.000 26.040.000 18,55 29,86 11,30 5 Payang Gemplo 17.940.000 5.520.000 30,77 44,33 13,56

6.3.2.6 Alternatif pekerjaan dan pendapatan

Fauzi dan Anna 2002 yang diacu dalam Susilo 2003 di dalam kajiannya terhadap status keberlanjutan perikanan tangkap di DKI Jakarta menyebutkan bahwa lapangan pekerjaan dan pendapatan alternatif di luar perikanan tangkap sangat sensitif terhadap status keberlanjutan perikanan tangkap. Makna dari pernyataan ini adalah bahwa kebijakan yang mampu menciptakan 169 lapangan pekerjaan di luar perikanan serta alternatif pendapatan tersebut harus diambil agar tingkat keberlanjutan pembangunan perikanan tangkap dapat lebih meningkat. Alternatif pekerjaan dan pendapatan nelayan penangkap ikan yang berada di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang jika pada saat musim ikan paceklik antara lain pertanian, perdagangan, pertukangankuli bangunan, pariwisata, dan lain-lain. Dalam bidang pertanian yaitu berkebun, bersawah, memetik hasil hutan seperti melinjo, pisang, kelapa, kayu bakar dan lainnya. Dalam bidang pariwisata para nelayan biasanya menyewakan perahu sebagai sarana pariwisata bahari, menyewakan tikar-tikar dan tempat peneduh. Dalam bidang perdagangan biasanya mereka ada yang berjualan ikan bakar. Selain itu ada juga nelayan yang berangkat ke kota serang atau tempat lainnya berusaha di bidang pertukangan atau menjadi kuli bangunan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa alternatif pekerjaan dan pendapatan di Kabupaten Serang tersedia cukup banyak 2. Alternatif pekerjaan dan pendapatan nelayan penangkap ikan yang berada di Kabupaten Tegal jika pada saat musim ikan paceklik antara lain pertanian, beternak bebek dan pertukangankuli bangunan serta tukang becak. Dalam bidang pertanian yaitu menjadi petani penggarap sawah padi dan penggarap ladang bawang. Upah yang diterima oleh petani penggarap ini sangat kecil karena banyaknya tenaga kerja yang berminat, juga keahlian mereka yang sangat terbatas dalam bidang pertanian. Dalam bidang peternakan para nelayan biasanya beralih beternak bebek untuk diambil telurnya, namun hal ini menjadi kendala karena selain modal yang besar dan waktu yang lama juga menimbulkan penyakit akibat kotoran bebek yang tersebar kemana-mana sehingga hal ini menjadi keterbatasan alternatif pendapatan. Selain itu ada juga nelayan yang berangkat ke kota Jakarta atau kota-kota lainnya berusaha di bidang pertukangan atau menjadi kuli bangunan dan menjadi tukang becak karena alternatif pekerjaan dalam bidang ini sangat kecil sekali. Dari semua kenyataan ini menunjukkan bahwa alternatif pekerjaan dan pendapatan di Kabupaten Tegal tersedia namun sangat sedikit 1. 170

6.3.2.7 Besarnya saluran pemasaran perikanan

Produksi untuk ikan yang tertangkap oleh nelayan payang bugis adalah ikan konsumsi. Ikan konsumsi yang tertangkap antara lain layang, kembung, selar, dan lainnya. Pemasaran ikan konsumsi yang tertangkap nelayan payang bugis tersebut kebanyakan mempunyai pasar lokal 0 dan nasional 1. Sementara itu untuk produk perikanan yang tertangkap oleh jaring udang antara lain udang lobster dan ikan-ikan karang. Untuk udang biasanya dibeli oleh pengumpul-pengumpul khusus udang dengan harga yang cukup tinggi dan mempunyai pasar internasional 2, sedangkan untuk ikan-ikan karang yang tertangkap biasanya dijual ke pengumpul yang mempunyai pasar nasional 1. Hasil produksi perikanan yang beroperasi dengan alat tangkap jaring rampus antara lain ikan kembung, ikan tigawaja, ikan pepetek, dan ikan tembang. Hasil produksi perikanan yang beroperasi dengan alat tangkap bundes adalah rebon, sedangkan hasil produksi perikanan yang menggunakan alat tangkap payang gemplo adalah teri nasi dan teri jawa. Secara keseluruhan usaha perikanan dengan alat tangkap jaring rampus, bundes dan payang gemplo adalah ikan-ikan konsumsi lokal 0 dan nasional 1.

6.3.2.8 Pendapatan relatif antar setiap alat tangkap

Upah Minimum Regional atau pada saat ini dikenal Upah Minimum Propinsi UMP yang berlaku di Banten adalah Rp.585.000,00 per bulan sesuai dengan Kebutuhan Hidup Minimum Propinsi Tabel 6.34. Upah Minimum Propinsi Jawa Tengah sebesar Rp.390.000,00 per bulan sedangkan Kebutuhan Hidup Minimum yang disyaratkan di propinsi ini sebesar Rp.405.282,00 per bulan. Hal ini berarti Upah Minimum Propinsi di Jawa Tengah masih di bawah atau kurang 3,77 dari Kebutuhan Hidup Minimumnya. 171 Tabel 6.34 Daftar upah minimum propinsi upah minimum kabupaten tahun 2005 untuk Provinsi Banten dan Jawa Tengah No Propinsi UMP Rp. KHM Rp. UMPKHM Keterangan 1 Banten 585.000 585.000 100,00 SK.Gub.No.561Kep -246-Huk04 tgl 29- 10-04 2 Jawa Tengah 390.000 405.282 96,23 SK.Gub.No.561542 004 tgl 07-11-2004 Sumber : www.pajak.net Keterangan : UMP : Upah Minimum Propinsi KHM : Kebutuhan Hidup Minimum Tingkat pendapatan nelayan payang bugis dan nelayan jaring udang di Kabupaten Serang, Propinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 6.35. Nelayan payang bugis memperoleh hasil atau rata-rata pendapatan per bulan sebesar Rp.375.000,00 atau Rp.4.500.000,00 per tahun sedangkan nelayan Jaring Udang memperoleh pendapatan Rp.469.800,00 atau Rp.5.637.600,00 per tahun Tabel 6.35. Rata-rata pendapatan nelayan ABK payang bugis masih dibawah 1 sedangkan rata-rata pendapatan nelayan ABK jaring udang masih di bawah namun sebenarnya mendekati Upah Minimum Provinsi 1,5 jika dibandingkan dengan Upah Minimum Propinsi dan Kebutuhan Hidup Minimum Provinsi Banten. Tabel 6.35 Pendapatan rata-rata nelayan di perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang dan perairan Kabupaten Tegal No Keterangan Pendapatan Rata-rata per Bulan Kategori terhadap UMP dan KHM Skor Serang 1 Payang bugis Rp. 375.000,00 Dibawah 1 2 Jaring Udang Rp. 469.800,00 dibawah-mendekati 1,5 Tegal 3 Jaring Rampus Rp. 416.083,33 lebih tinggi 3 4 Bundes Rp. 242.714,29 Dibawah 1 5 Payang Gemplo Rp. 198.416,67 sangat jauh dibawah 172 Tingkat pendapatan yang diperoleh nelayan di Kabupaten Tegal disajikan pada Tabel 6.35 sekligus menunjukkan keragaman tingkat pendapatan yang diperoleh oleh nelayan. Nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring rampus rata-rata pendapatan per bulan Rp.416.083,33 atau Rp.4.993.000,00 per tahun dimana nelayan ABK dengan alat tangkap jaring rampus ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan UMP dan KHM 3. Nelayan yang mengoperasikan bundes mempunyai pendapatan rata-rata per bulan Rp.242.714,29 atau Rp.2.912.571,43 per tahun yang masih dibawah dari UMP dan KHM 1. Nelayan yang menggunakan alat tangkap payang gemplo memperoleh rata-rata pendapatan per bulan sebesar Rp.198.416,67 atau Rp.2.381.000,00 per tahun, sehingga nelayan ABK payang gemplo ini masih sangat jauh dibawah standar Upah Minimum Provinsi maupun Kebutuhan Hidup Minimum 0.

6.3.2.9 Tingkat pendapatan dan produktifitas terhadap waktu bekerja

Pendapatan dan produktifitas nelayan dari usaha perikanan ini juga dapat dilihat dari jumlah curahan waktu bekerja dan penerimaan nelayan usaha perikanan tangkap dalam satu jam. Nelayan yang beroperasi dengan alat tangkap payang bugis rata-rata bekerja 7-8 jam dalam 1 trip, nelayan ABK yang menggunakan jaring udang rata-rata bekerja 3-4 jam per trip, nelayan yang mengoperasikan jaring rampus, bundes dan payang gemplo rata-rata bekerja 8-10 jam per trip. Rata-rata trip dalam 1 bulan diperoleh dengan cara membagi jumlah trip dalam 1 tahun dengan 12 bulan pada masing-masing alat tangkap. Rata-rata jam bekerja dalam 1 bulan diperoleh dengan mengalikan antara rata-rata jam bekerja dalam 1 trip dengan rata-rata jumlah trip dalam 1 bulan. Penerimaan rata- rata nelayan dalam 1 jam diperoleh yaitu dengan cara membagi penerimaan rata- rata nelayan dalam 1 bulan Tabel 6.36 dengan rata-rata jam bekerja dalam 1 bulan. 173 Tabel 6.36 Curahan waktu bekerja dan penerimaan nelayan pada usaha perikanan tangkap per jam No Keterangan Trip per tahun Bekerja per trip Jam Trip per bulan Trip Bekerja per Bulan Jam Penerimaan Nelayan per jam Rp. 1 Payang bugis 200 7-8 17 125,0 3.000,00 2 Jaring Udang 300 3-4 25 87,5 5.369,14 3 Jaring Rampus 220 8-10 18 165,0 2.521,72 4 Bundes 210 8-10 18 157,5 1.541,04 5 Payang Gemplo 230 8-10 19 172,5 1.150,24 Penerimaan para nelayan ini dapat dibandingkan dengan penerimaan di sektor formal, dimana penerimaan di sektor formal dicantumkan dengan UMP Upah Minimum Provinsi yuntuk Provinsi Banten sebesar Rp.585.000,00 per bulan dan untuk Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp.390.000,00 per bulan. Jumlah jam kerja di sektor formal dalam 1 minggu sebanyak 35 jam yang berarti dalam 1 bulan sebanyak 140 jam. Hal ini berarti UMP di Kabupaten Serang atau Provinsi Banten sebesar Rp.4.178,57 per jamnya, sedangkan UMP di Kabupaten Tegal atau Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp.2.785,71 per jamnya. Secara umum pendapatan dan produktifitas setiap nelayan ABK dapat dilihat dari penerimaan perjamnya. Tabel 6.36 menunjukkan bahwa nelayan ABK yang mengoperasikan jaring udang mempunyai penerimaan per jamnya paling besar yaitu sebesar Rp.5.369,14 2 di atas UMP Provinsi Banten. Penerimaan nelayan ABK yang beroperasi dengan payang bugis sebesar Rp.3.000,00 per jam mendekati UMP 2, nelayan ABK yang beroperasi menggunakan jaring rampus sebesar Rp.2.521,72 per jam mendekati UMP Provinsi Jawa Tengah 1,5, nelayan ABK yang beroperasi menggunakan bundes sebesar Rp.1.541,04 per jam di bawah UMP 0,5 dan terakhir nelayan ABK yang beroperasi menggunakan payang gemplo mempunyai penerimaan per jamnya sangat kecil yaitu sebesar Rp.1.150,24 di bawah UMP 0.

6.3.2.10 Transfer keuntungan

Transfer keuntungan di Kabupaten Serang pada usaha perikanan yang menggunakan payang bugis masih seimbang antar orang lokal dan orang luar 1 174 karena selisih harga tidak terlalu berbeda jauh. Selisih nilai dari transfer keuntungan yang diperoleh dari pengumpul dan nelayan atau orang lokal masih seimbang yaitu sekitar 30 . Transfer keuntungan untuk produk usaha perikanan yang menggunakan jaring udang di Kabupaten Serang keuntungannya lebih banyak dinikmati oleh orang luar 2 karena produk perikanan yang diperoleh nelayan jaring udang ini merupakan produk ekspor. Oleh karena itu, transfer keuntungan yang diperoleh oleh orang luar sangat tinggi lebih dari 50 dibandingkan yang diterima oleh nelayan atau orang lokal tidak lebih dari 30 . Transfer keuntungan di Kabupaten Tegal pada usaha perikanan yang menggunakan jaring rampus, bundes dan payang gemplo terjadi terutama hanya pada orang-orang lokal 0 karena produksi perikanannya lebih banyak dijual di Kabupaten ini.

6.3.2.11 Penyerapan tenaga kerja

Penyerapan tenaga kerja dalam kegiatan perikanan tangkap tergantung dari ukuran perahu atau perahu, jenis alat tangkap dan jumlah waktu penangkapan dalam 1 trip penangkapan. Kegiatan usaha penangkapan ikan di Kabupaten Serang yang menggunakan payang bugis dalam 1 trip penangkapan membutuhkan 5-6 orang yang termasuk dalam kategori sedang 1. Usaha penangkapan ikan yang menggunakan jaring udang dilakukan 1-2 orang yang termasuk ke dalam kategori rendah 0. Kegiatan usaha penangkapan ikan di Kabupaten Tegal yang menggunakan rampus dalam 1 trip penangkapan dalam 1 perahu membutuhkan 2 orang yang termasuk dalam kategori rendah 0. Pada kegiatan usaha perikanan tangkap yang menggunakan alat tangkap bundes dalam 1 trip penangkapan membutuhkan 14 orang yang termasuk dalam kategori tinggi 2. Kegiatan usaha perikanan tangkap yang menggunakan alat tangkap payang gemplo membutuhkan 6 orang dalam 1 trip penangkapan di Kabupaten Tegal yang termasuk kategori sedang 1. Penyerapan jumlah tenaga kerja usaha perikanan di Kabupaten Serang dan Kabupaten Tegal berdasarkan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 6.37. 175 Tabel 6.37 Kategori penyerapan tenaga kerja usaha perikanan berdasarkan alat tangkap No Usaha Perikanan Jumlah Tenaga Kerja Kategori Skor 1 Payang bugis 6 Sedang 1 2 Jaring Udang 2 Rendah 3 Jaring Rampus 2 Rendah 4 Bundes 14 Tinggi 2 5 Payang Gemplo 6 Sedang 1

6.3.3 Skor atribut dan indeks keberlanjutan dimensi ekonomi