Teknologi perikanan tangkap .1 Perairan pantai Pasauran, Kabupaten Serang

215 Tabel 8.1 Selang indeks dan status keberlanjutan teknologi perikanan tangkap skala kecil No Selang Indeks Keberlanjutan Status Keberlanjutan 1 0-25 Buruk 2 26-50 Kurang 3 51-75 Cukup 4 76-100 Baik Seperti dilakukan dalam menganalisis keberlanjutan pada dimensi ekonomi Bab 6, dalam analisis terhadap dimensi teknologi penulis melakukan modifikasi model pendekatan Rapfish berupa penambahan atribut lama trip penangkapan berkaitan dengan ditemukannya trip penangkapan yang kurang dari 1 hari one day fishing bahkan kurang dari 5 jam. Untuk mengakomodir kondisi riil dilapangan kedalam pendekatan Rapfish, penulis membuat kisaran lama trip penangkapan 0-5 jam, 5-10 jam dan 10 jam. Disamping itu penulis juga menambahkan atribut ukuran kapal penangkapan dengan kisaran 2-5 m, 5 – 10 m dan 10 m. Kedua hal tersebut tidak terakomodir dalam pendekatan Rafish mengingat karakteristik perikanan skala kecil di Indonesia berbeda dengan karakteristik perikanan tangkap di negara asal Rapfish seperti Canada.

8.3 Hasil Penelitian

8.3.1 Teknologi perikanan tangkap 8.3.1.1 Perairan pantai Pasauran, Kabupaten Serang 1 Alat tangkap payang bugis Payang bugis adalah sebutan popular untuk pukat kantong seine net atau payang yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan pelagis di perairan Pantai Pasauran Selat Sunda. Payang adalah alat tangkap yang termasuk ke dalam kelompok pukat kantong seine net. Jenis ikan yang biasa tertangkap dengan payang bugis di perairan Pasauran adalah selar hijau Atule mate, layang bulat Decapterus macrosoma, selar bentong Selar crumenopthalmus, tongkol Auxis thazard, kembung lelaki Rastrelliger kanagurta dan lemuru Sardinella lemuru. Secara umum konstruksi payang bugis terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian sayap kiri dan kanan dan kantong Lampiran 21. Kedua sayapnya 216 berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan supaya masuk ke dalam kantong. Bahan benang PE, panjang sekitar 50-60 m setiap sisi, lebar bagian ujung sekitar 3 m semakin lebar sampai sekitar 7,5 m di bagian pangkal, dan ukuran mata 50 persen bagian ujung disebut bagian sirang menggunakan ukuran mata sekitar 1-1,5 inci dan 50 persen bagian pangkal disebut waring menggunakan ukuran mata sekitar 0,5 inci. Kedua, kantong berfungsi sebagai penampung ikan; bahan dari jaring PE berukuran 0,5 inci, dengan panjang sekitar 5 m sd 15 m. Untuk membuka mulut kantong secara vertikal menggunakan pelampung dan pemberat. Pelampung terdiri dari pelampung utama ditengah antara 2 kaki sayap bagian atas dan pelampung kecil HP3Y3 sekitar 2.500 buah per-sisi, dipasang sepanjang ris atas bagian sayap. Pemberat berupa tampar terbuat dari ijuk diletakkan di sepanjang ris bawah bagian sayap. Sementara untuk perahu umumnya berukuran panjang 7,0 m, lebar 1,8 m, dan tinggi 0,6 m dengan motor penggerak yang banyak digunakan adalah Yamaha 25 PK, Tohatsu 18 PK atau Yanmar berkekuatan 16 sd 20 PK. Proses penangkapan ikan dengan payang bugis adalah dengan melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal. Seperti halnya alat tangkap lainnya, intensitas penangkapan payang bugis sangat dipengaruhi oleh kondisi arus. Kestabilan arus sangat dibutuhkan untuk operasi payang bugis agar bentangan jaring bisa normal. Secara umum konsentrasi operasi payang bugis dilakukan pada musim kemarau sampai awal musim hujan. Puncak hasil penangkapan terjadi pada mangsa kawolu sekitar bulan Maret – Mei, Payang bugis dioperasikan pada siang hari di perairan pantai dan merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan lama trip satu hari setiap tripnya yaitu berangkat pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dan kembali ke TPI sekitar pukul 12.00-13.00 WIB pada hari yang sama. Alat ini menjadi pilihan nelayan Pasauran karena berbagai alasan diantaranya mudah dioperasikan dan relatif dapat dioperasikan sepanjang tahun karena menggunakan FAD. Selain harga kapal dan alat tangkap yang relatif murah serta trip penangkapan yang pendek yaitu satu hari one day fishing. Payang bugis dioperasikan dengan menggunakan alat bantu rumpon FAD. Rumpon ini digunakan untuk mengkonsentrasikan ikan pada satu kawasan sempit 217 sebelum dilakukan penangkapan. Dengan alat bantu rumpon ini berbagai jenis dan ukuran ikan akan terkumpul dan proses penangkapan menjadi lebih mudah sehingga secara ekonomi alat bantu FAD ini akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan tidak menggunakan FAD. Secara ekologi, penggunaan rumpon ini dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan apabila ukuran mata jaring mesh size relatif kecil. Seperti yang diisukan secara internasional bahwa alat bantu FAD sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan di perairan. Isu ini berkembang sejak Konferensi Internasional tentang FAD di Martinique, Perancis pada tahun 1999. Isu ini berdasarkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries yang dikeluarkan oleh FAO pada tahun 1995. Isu ini muncul dikarenakan alat tangkap purse seine yang berkembang pesat di Samudera Pasifik bagian Timur yang dioperasikan pada drifting fish aggregating device, menangkap ikan-ikan tuna berukuran kecil yang belum matang gonad. Terdapat pro dan kontra tentang hal itu karena FAD merupakan alat bantu yang diyakini sangat efektif dalam menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine, payang dan pancing. Dengan demikian penggunaan alat bantu FAD tanpa dibatasi, dapat juga dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar etika perikanan yang bertanggungjawab walaupun secara sosial alat tangkap payang bugis dapat memberikan kontribusi penting terhadap penyerapan tenaga kerja mengingat dalam pengoperasiannya payang bugis menggunakan ABK 6 orang atau lebih. 2 Alat tangkap jaring udang Jaring udang lobster adalah salah satu alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap udang lobster di pantai Pasauran. Alat ini menjadi objek kajian khusus karena komunitas nelayan ini tidak tercatat atau tidak dilaporkan secara resmi oleh instansi terkait seperti Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang maupun Kantor Dinas Propinsi Banten. Oleh karena itu data yang digunakan dalam kajian ini digunakan data primer hasil pengamatan dan wawancara langsung di lokasi penelitian. Alat tangkapjaring lobster yang digunakan adalah jaring klitik yang terbuat dari jaring monofilament nomor 70-90 dengan nama populer di Pasauran 218 sebagai jaring senar Lampiran 22. Dalam nomenklatur alat panangkapan ikan dan udang laut di Indonesia Subani dan Barus, 19881989, alat ini dapat diklasifikasikan kedalam jaring insang karang Coral reef gillnet, spiny lobster nets. Secara umum alat tangkap ini memiliki dimensi panjang sekitar 5-15 tinting atau 250-750 m, dalam 1,5–2,5 m dan ukuran mata 3,5-4,5 inci. Sementara untuk perahu kayu dengan bobot 1 GT umumnya berukuran panjang 4,0 m, lebar 0,4-0,6 m, dan tinggi 0,6 m dengan tenaga penggerak yang banyak digunakan adalah dayung dan hanya beberapa 2-3 orang yang menggunakan motor tempel bekas dengan kekuatan mesin 8-12 PK. Proses penangkapan udang lobster atau ikan dengan jaring lobster adalah dengan menghadang uadang lobster atau ikan yang beruaya di sekitar karang. Intensitas penangkapan udang dengan jaring lobster dapat dilakukan sepanjang masa kecuali pada musim ombak yang sangat besar. Secara umum konsentrasi operasi penangkapan jaring lobster yang paling diharapkan oleh para nelayan lokal terutama pada saat musim ombak sedang sampai ombak besar karena pada musim itu diperkirakan udang lobster keluar dari karang tempat persembunyiannya. Jaring lobster dioperasikan dengan cara memasang membentangkan jaring di sekitar karang untuk kemudian diangkat setiap pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB. Setelah udang lobster atau ikan yang tertangkap dipanen, jaring lobster tidak dibawa pulang tetapi di pasang lagi di tempat yang sama atau pindah ke tempat lain untuk diambil hasilnya pagi hari pada keesokan harinya. Trip penangkapan sangat pendek yaitu hanya 3 jam melaut karena nelayan sudah kembali ke darat pada pukul 09.00 WIB. Ditinjau dari sisi penyerapan tenaga kerja, pengoperasian alat tangkap ini hanya menyerap 1-2 orang tenaga kerja karena kapasitas perahu sangat terbatas dan pengoperasian alat yang sangat sederhana. Berbagai alasan penggunaan alat tangkap ini adalah teknis pengoperasian yang mudah, daerah penangkapan yang sangat dekat dengan pantai 1 mil sehingga cukup dengan menggunakan dayung sebagai tenaga penggerak, harga perahu dan alat tangkap yang terjangkau, hasil tangkapan bernilai ekonomis tinggi dan mudah dipasarkan. Sehingga ditinjau dari investasi tetap yang diperlukan oleh seorang nelayan jaring lobster 219 antara lain berupa perahu kecil dan dayung atau mesin penggerak sederhana, alat tangkap berupa jaring dan alat bantu lainnya misalnya lampu senter.

8.3.1.2 Perairan pantai Kabupaten Tegal

Sub bab ini akan menjelaskan alat tangkap dominan yang dioperasikan oleh nelayan kecil di perairan pantai Tegal seperti jaring rampus, bundes dan payang gemplo. 1 Alat tangkap jaring rampus Jaring rampus merupakan alat tangkap yang dimodifikasi dari gillnet dengan bahan utamanya jaring nylon monofilament Lampiran 23. Alat ini digunakan untuk menangkap ikan kembung, kuro, tiga waja, selar hijau dan rajungan. Ukuran alat yang digunakan nelayan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan nelayan itu sendiri. Pada umumnya nelayan di Surodadi atau Munjung Agung menggunakan jaring dengan ukuran mata 1,75-2,0 inchi, panjang 10 – 20 pcs atau setara dengan 400 – 800 m, dan kedalaman 1,5 m- 7 m. Perahu yang digunakan sedikit bervariasi, pada umumnya berukuran panjang 7 m, lebar 1 m, dalam 0.8 m dengan tenaga penggerak mesin tempel merek Honda G-400 dengan kekuatan 10-12 PK. Alat tangkap ini tersusun dari bagian-bagian seperti jaring monofilament, tali ris atas, tali ris bawah, pelampung, pemberat dan tali ujung. Pengoperasian alat ini relatif mudah karena hanya dengan membentangkan jaring di dalam air untuk menghadang arah berenang gerombolan ikan sasaran. Alat ini menjadi salah satu alat tangkap yang diminati oleh nelayan kecil karena di samping harga per unitnya relatif murah dengan perawatan yang mudah, alat ini juga relatif mudah dioperasikan dan tidak memerlukan tenaga mesin untuk pengoperasiannya. 2 Alat tangkap bundes Bundes adalah alat tangkap yang dapat diklasifikasikan ke dalam pukat pantai Lampiran 24. Secara teknis pukat pantai merupakan alat tangkap yang khusus dipergunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pantai terutama yang hidup di dasar perairan jenis ikan demersal dan udang, sehingga daerah penangkapan pukat pantai sangat terbatas, yaitu pada perairan-perairan pantai 220 Unar dan Subani, 1979. Menurut Subani dan Barus 1989, daerah penangkapan yang cocok untuk pengoperasian alat tangkap pukat pantai merupakan perairan pantai dengan dasar perairan pasir, pasir berlumpur dan keadaannya rata, tidak berbatu maupun berkarang sehingga dapat merusak alat tangkap pada saat operasi penangkapan dilakukan. Pada prinsipnya alat tangkap bundes terdiri dari bagian-bagian, seperti kantong, sayapkaki, dan tali panjang selambar, hauling line. Bagian kantong berbentuk kerucut. Pada mulut kantong di kanan dan kirinya dihubungkan dengan sayapkaki, sedangkan pada bagian ujung belakang yang disebut dengan ekor diberi tali yang dapat dengan mudah diikat dan dibuka untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Pada bagian ujung depan sayapkaki dihubungkan dengan kayu cengkal brail or preader. Pada tiap ujung sayap, yaitu tali ris atas dan bawah diikatkan tali sepanjang 3 meter yang setelah dilewatkan pada kayu cengkal, kemudian disambungkan dengan tali hela selambar hauling line yang panjangnya 200 – 400 depa atau disesuaikan menurut kebutuhan. Pada tali ris atas dipasang pelampung dengan cara diikatkan dengan jarak tertentu, sedangkan pada tali ris bawah diikatkan dua macam pemberat, yaitu yang terbuat dari timah panjang 3 cm dan berat ± 1 ons dan pemberat dari rantai besi yang jarak antara satu dengan lainya dipasang agak berjauhan. Seperti dinyatakan oleh Monintja 1987 bahwa alat tangkap sejenis pukat pantai terdiri dari beberapa bagian utama, seperti : sayap wing, badan body, kantong bag, pelampung float, pemberat sinker, tali pelampung float line dan tali pemberat sinker line. Bahan dan alat tangkap yang dipergunakan dalam penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bundes menurut Klust 1987 adalah sebagai berikut : 1 Sayap Wing Sayap terdiri dari dua bagian yang berbeda ukuran matanya mesh size. Bagian-bagian tersebut meliputi sayap depan dan belakang yang masing- masing memiliki ukuran mata jaring sebesar 18 cm pada bagian ujung depan dan mengecil pada bagian pangkalnya yang berukuran 6,5 cm. Jumlah mata pada masing-masing sayap sebanyak 728 mata sampai 1.200 mata. Bahan 221 yang dipergunakan terbuat dari bahan sintetis, seperti kuralon dari bahan dasar PVA Polyvinyl alcohol. 2 Badan Body Badan pukat pantai terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan belakang. Kedua bagian ini juga berbeda dalam jumlah mata, ukuran mata mesh size maupun panjangya. Bagian depan mempunyai ukuran mata 4,5 cm, jumlah 4.320 mata dengan panjang 15 meter, sedangkan bagian belakang memiliki ukuran mata 2 cm, jumlah 6.500 mata dengan panjang 15 meter. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan badan jaring pukat pantai terbuat dari bahan sintetis, yaitu nylon multifilament dari bahan dasar Polymide PA. 3 Kantong Bag Kantong adalah bagian paling belakang dari konstruksi alat tangkap pukat pantai. Bagian ini terbuat dari bahan polypropylene PP atau dikenal dengan sebutan waring plastik. Bagian kantong disambung langsung dengan bagian badan body yang merupakan tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Panjang kantong pada alat tangkap pukat pantai ± 5 meter. 4 Pelampung float dan pemberat sinker Pelampung yang digunakan dalam konstruksi pukat pantai terbuat dari bahan PVC Polyvinyl chloride berbentuk silinder dengan panjang 5,5 cm dan berdiameter 4 cm. Pemberat tersebut dari bakaran tanah liat ataupun tembaga berbentuk silinder dengan panjang 55 mm dan berdiameter 45 mm serta mempunyai berat per buah ± 150 gram. 5 Tali ris dan tali penarik selambar Tali ris yang dipergunakan dalam konstruksi alat tangkap pukat pantai terdiri dari 2 dua, yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas yang terbuat dari bahan sintetis jenis polythylene PE dengan diameter 6 mm. Tali ris atas berfungsi sebagai tempat menggantungnya jaring penguat selvedge dan pelampung. Tali ris bawah terbuat dari bahan polythylene PE ataupun polyster PES berdiameter 6 – 10 mm. Tali ris bawah berfungsi sebagai tempat meletakkan selvedge bawah dan pemberat. Tali penarik warp yang dipergunakan dalam operasi penangkapan pukat pantai terbuat dari bahan 222 Polythylene PE berdiameter 20 mm dengan panjang berkisar antara 200- 1000 meter. Perahu yang digunakan pada umumnya berukuran panjang 7,0 – 8 m, lebar 3.5 m, dan tinggi 1.5 m. Sedangkan motor penggerak yang banyak digunakan adalah merk Dompheng, Yanmar dan Kubota umumnya kubota dengan ukuran kekuatan mesin 16 sd 20 PK. Penangkapan ikan dengan alat tangkap bundes umumnya dilakukan dekat pantai dengan kedalaman antara 4 – 15 meter. Pada saat operasi penangkapan pada salah satu ujung sayap jaring berada pada kedalaman 1,25 – 1,5 meter. Penangkapan dilakukan dengan menduga-duga ditempat yang diperkirakan banyak terdapat ikan maupun udang. Secara umum konsentrasi operasi bundes dilakukan pada musim kemarau sampai awal musim hujan yaitu bulan April sampai Oktober dengan puncak musim biasanya pada bulan April – Mei, berumur sekitar 45 hari. Pada bulan Desember sampai Maret merupakan bulan yang sulit bagi nelayan bundes karena datang musim barat dan gelombang besar, namun demikian nelayan tetap melakukan penangkapan tetapi mengurangi hari penangkapan dan biasanya hanya sekitar pantai. Hasil tangkapan alat tangkap bundes di perairan Tegal terdiri dari rebon Meretrix spp, teri Stolephorus spp, tiga waja Otolithes sp., petek Leognathus spp, kembung Rastrelliger sp., tanjan Sardinella sp.. Jenis ikan lain yang beberapa tahun silam masih ditangkap dan pada 2-3 tahun terakhir sudah hilang atau sulit didapat dan diantaranya adalah bulu ayam Setipinna spp, beloso Saurida spp., manyung Arius spp., sembilang Plotosus spp., kerapu Epinephelus spp., kerong-kerong Therapon spp, gerot-gerot Pristipoma spp., biji nangka Parupeneus spp., kapas-kapas Gerres spp., ikan lidah dan ikan sebelah Psettodidae, udang krosok Metapenaeus monoceros, udang windu Penaeus monodon, dan udang pacet Penaeus semisulcatus. Dengan konstruksi dan cara pengoperasiannya seperti tersebut di atas maka hampir dapat dipastikan bahwa semua biota laut yang hidup di perairan pantai akan tertangkap oleh operasi bundes, mulai dari ikan, krustasea dan moluska. Dengan demikian secara ekologi, alat tangkap ini dapat dikategorikan 223 dapat mengganggu kelestarian sumberdaya ikan karena dengan kerapatan mata jaring khususnya bagian kantong waring, ikan berbagai ukuran termasuk ikan berukuran kecil dapat tertangkap sehingga tidak sempat tumbuh besar dan bereproduksi. Ditinjau dari aspek sosial, seperti halnya pukat pantai dan payang gemplo, pengoperasian bundes menyerap relatif banyak tenaga kerja, sekitar 10 orang atau lebih, terdiri dari juru mudi, pembantu juru mudi, motoris, rambenpengurus tebar dan angkat jaring, oyorpengatur posisi jaring di laut, icirpembantu ramben, juru masak, juru arus dan pendega biasa tergantung total jumlah tenaga kerja yang ikut penangkapan. Dalam jangka pendek ketika sumberdaya ikan masih subur, alat tangkap ini akan sangat menguntungkan, tetapi tidak untuk jangka panjang apalagi unit usaha dalam jumlah banyak karena akan menguras sumberdaya ikan dengan cepat. Hasil pengamatan alat ini tidak pernah dibahas di instansi lokal sebagai alat yang dapat merusak sumberdaya seperti halnya jaring arad, namun secara faktual di lapangan alat ini dapat merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya ikan khususnya habitat pantai. 3 Alat tangkap payang gemplo Payang gemplo merupakan salah satu alat tangkap ikan pelagis kecil khususnya teri yang digunakan oleh sebagian besar nelayan kecil di perairan pantai Tegal. Payang gemplo memiliki prototype sama dengan pukat pantai dengan ukuran relatif lebih besar Lampiran 25. Secara umum konstruksi Payang gemplo terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian sayap dan kondom kantong. Pertama, sayap berfungsi sebagai penggiring ikan agar masuk ke dalam kondom. Bahan benang PE, panjang sekitar 60 m sampai dengan sekitar 100 m setiap sisi, lebar bagian ujung sekitar 3 m terus semakin lebar sampai sekitar 7,5 m di bagian pangkal, dan ukuran mata 50 persen bagian ujung disebut bagian sirang menggunakan ukuran mata sekitar 1-1,5 inci dan 50 persen bagian pangkal disebut waring menggunakan ukuran mata sekitar 0,5 inci. Kedua, Kondom berfungsi sebagai kantong untuk menampung ikan; bahan dari waring bermata halus dilapis dengan jaring PE berukuran 0,5 inci, dengan panjang sekitar 5 m sd 15 m. Untuk membuka mulut kondom secara vertikal menggunakan pelampung 224 dan pemberat. Pelampung terdiri dari pelampung utama ditengah antara 2 kakisayap bagian atas dan pelampung kecil HP3Y3 sekitar 2500 buah per-sisi, dipasang sepanjang ris atas bagian sayap. Pemberat berupa tampar terbuat dari ijuk diletakkan di sepanjang ris bawah bagian sayap. Sementara untuk perahu umumnya berukuran panjang 7 m, lebar 2,5 m, dan tinggi 1.5 m. Motor penggerak yang banyak digunakan adalah merk Dompheng, Yanmar dan Kubota umumnya Kubota dengan ukuran kekuatan mesin 16 sampai dengan 20 PK. Intensitas penangkapan payang gemplo sangat dipengaruhi oleh keberadaan ikan sasaran teri dan secara teknis pengoperasiannya dipengaruhi kondisi arus. Kestabilan arus sangat dibutuhkan untuk operasi payang gemplo agar bentangan jaring bisa normal. Secara umum konsentrasi operasi payang gemplo dilakukan pada musim kemarau sampai awal musim hujan. Puncak hasil penangkapan terjadi pada mangsa kawolu sekitar bulan Maret – Mei, berumur sekitar 45 hari. Hampir bisa dipastikan hampir semua biota laut yang hidup di perairan pantai akan tertangkap oleh operasi payang gemplo, mulai dari ikan, krustasea dan moluska. Pada musim puncak hasil tangkapan utama adalah teri nasi 50, teri jawa 30 dan selebihnya ikan campuran. Seperti halnya pukat pantai, operasional payang gemplo menyerap relatif banyak tenaga kerja, sekitar 10 orang atau lebih, terdiri dari juru mudi, motoris, rambenpengurus tebar dan angkat jaring, pengatur posisi jaring di laut, icirpembantu ramben, juru masak, juru arus dan pendega biasa jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan penangkapan. Dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja yang terlibat, secara sosial pengoperasian alat ini memberikan kontribusi positif. Demikian juga secara ekologi alat ini tidak terlalu mengganggu kelestarian sumberdaya ikan karena tujuan penangkapannya adalah teri nasi. Namun apabila digunakan untuk menangkap ikan apa saja selain gerombolan teri nasi, alat ini juga dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan. Berbeda dengan bundes, alat tangkap payang gemplo di operasikan di perairan agak ketengah biasanya di perairan sebelah utara Karang Jeruk, karena gerombolan teri biasanya berada disekitar itu dengan jarak dari pantai sekitar 2-3 mil dengan kisaran kedalaman laut 10-18 m. 225

8.3.2 Kondisi teknologi dalam atribut Rapfish