138
yang terkait dengan atribut tersebut adalah peningkatan selektivitas alat tangkap yang digunakan dan ini harus mendapat perhatian dari pembuat kebijakan di
kedua wilayah administrasi yang dikaji, terutama di Kabupaten Tegal dimana alat tangkap yang dioperasikan seperti bundes merupakan alat tangkap yang tidak
selektif karena dapat menangkap ikan berbagai ukuran baik habitat dasar maupun permukaan. Di sisi lain beroperasinya jaring arad yang datang dari wilayah lain
semakin memperburuk keadaan sumberdaya, karena sifat pengoperasian jaring arad yang menggaruk dasar perairan, juga tidak mempertimbangkan selektivitas
ukuran dan jenis ikan yang hidup di habitat dasar perairan. Pertimbangan ekologi dalam perikanan tangkap merupakan keharusan mengingat sudah sangat banyak
contoh kerusakan sumberdaya akibat pengabaian terhadap aspek ekologi misalnya praktek penangkapan dengan cara-cara yang merusak. Menurut Fauzi dan
Buchary 2002 bahwa praktek perikanan yang unsustainable melalui destructive fishing practice di Indonesia, menimbulkan kerugian negara mencapai US
386.000tahun atau sama dengan 4 kali lebih besar dari manfaatnya. Demikian juga yang terjadi terhadap 40.000 nelayan Atlantik Canada yang kehilangan
pekerjaan karena penurunan drastis stok ikan cod di perairan barat daya Atlantik pada tahun 1990.
Kepentingan penggunaan alat tangkap yang selektif disamping bermanfaat bagi pengelolaan sumberdaya perikanan, juga bermanfaat secara ekonomi karena
dengan menggunakan alat tangkap yang selektif diharapkan akan diperoleh ukuran ikan sesuai dengan kebutuhan pasar dan mengurangi risiko ikan tidak laku
di pasar. Dengan demikian ikan yang berhasil ditangkap juga merupakan ikan yang bernilai lebih tinggi walaupun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan
tidak dilakukan upaya peningkatan selektivitas alat tangkap yang banyak menghasilkan ikan dengan kualitas rendah.
5.5 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh tentang kondisi atribut dimensi ekologi dalam penelitian keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di kedua lokasi
penelitian adalah :
139
1 Rata-rata produksi ikan aktual di perairan pantai Tegal adalah 556,25 tontahun dengan rata-rata upaya aktual 15.119 triptahun, sedangkan rata-
rata produksi aktual di perairan pantai Pasauran Serang adalah 375,16 tontahun dan rata-rata upaya aktual 3.163 triptahun.
2 Potensi lestari sumberdaya perikanan di perairan Tegal dengan analisis bioekonomi Gordon Schaefer dengan metode Clark, Yoshimoto Polley
1992 adalah sebesar 396 ton per tahun, sehingga telah terjadi kelebihan rata- rata tangkapan terhadap MSY sebesar 40,29 dan kelebihan upaya sebesar
46. Potensi lestari sumberdaya perikanan di perairan Pasauran, Kabupaten Serang sebesar 332,56 ton per tahun, sehingga telah mengalami kelebihan
tangkap sebesar 12,81 terhadap MSY namun upayanya masih dibawah upaya optimal 3.651 trip sebesar 13,36.
3 Untuk tujuan keberlanjutan kegiatan usaha perikanan tangkap skala kecil yang harus didukung oleh ketersediaan dan kelestarian sumberdaya ikan, maka
hasil analisis bioekonomi Gordon Schaefer dengan metode Clark, Yoshimoto Polley 1992 yang dijadikan basis analisis lanjutan untuk mendukung
atribut tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan dalam dimensi ekologi. Metode ini dipilih dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian
precautionary approach dalam pengelolaan sumberdaya untuk tujuan keberlanjutan, dan didukung oleh kondisi riil di lapangan dimana hasil analisis
ini lebih mendekati kenyataan. 4 Solusi bioekonomi Gordon Schaefer adalah pengelolaan MEY sole owner
sumberdaya perikanan di kedua wilayah penelitian. Analisis optimal dari tingkat produksi MEY di perairan Kabupaten Tegal sebesar 378,30 ton
dengan tingkat upaya yang terkecil yaitu 8.163 trip, namun menghasilkan nilai rente ekonomi pemanfaatan yang terbesar yaitu Rp.1.407.835.829,00.
Analisis optimal dari tingkat produksi MEY di perairan Pasauran, Kabupaten Serang sebesar 314,62 ton dengan tingkat upaya 2.803 trip dan memberikan
nilai rente ekonomi pemanfaatan sebesar Rp.509.651.749,00. 5 Alat tangkap jaring udang yang dioperasikan di perairan pantai Pasauran
mempunyai indeks keberlanjutan paling tinggi dibandingkan alat tangkap lainnya yang dioperasikan di kedua lokasi penelitian baik di Serang maupun
140
di Tegal yaitu 70,63. Demikian juga untuk alat tangkap payang bugis secara ekologi berstatus cukup berkelanjutan 63,16.
6 Walaupun nilai yang diperoleh alat tangkap payang bugis dan jaring udang 50, namun indeks keberlanjutan secara ekologis dalam status cukup
berkelanjutan karena masih 76 dan belum menunjukkan nilai yang baik. 7 Indeks keberlanjutannya perikanan tangkap skala kecil di perairan Kabupaten
Tegal dengan alat tangkap jaring rampus, bundes dan payang gemplo semuanya dalam kondisi kurang berkelanjutan 28,53 bahkan cenderung
sudah mendekati status keberlanjutan yang buruk selang 0-25. 8 Secara umum pada dimensi ekologi Kabupaten Serang mempunyai indeks
status cukup berkelanjutan, hal ini berbanding terbalik dengan kabupaten Tegal yang mempunyai indeks status kurang keberlanjutannya.
9 Atribut yang paling mempengaruhi indeks keberlanjutan dalam dimensi ekologi adalah discard and by catch dan perubahan ukuran ikan yang
tertangkap. Dengan demikian kebijakan yang terkait dengan atribut sensitif dan harus mendapat perhatian dari pembuat kebijakan di kedua wilayah
administrasi yang dikaji, terutama di Kabupaten Tegal adalah kebijakan yang diarahkan pada peningkatan selektivitas alat tangkap yang digunakan agar
diperoleh ukuran ikan sesuai dengan kebutuhan pasar dan mengurangi risiko ikan tidak laku di pasar.
6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP
PADA DIMENSI EKONOMI
6.1 Pendahuluan