6.3 Pemasaran Gambir
Rantai tataniaga gambir di Desa Toman secara umum, terdiri dari dua jalur, yaitu jalur pemasaran dalam negeri dan jalur ekspor. Untuk jalur pemasaran
dalam negeri, produksi gambir dihasilkan oleh unit pengolahan daun gambir milik petani pengolah yang daun gambirnya bersumber dari kebun milik sendiri,
membeli dari petani lain, atau bagi hasil antara pemilik kebun dengan pengolah. Unit pengolah gambir tersebut menghasilkan gambir dalam bentuk jaras yaitu
potongan irisan-irisan yang disatukan dalam satu lempeng berbentuk persegi panjang, yang seluruhnya dijual kepada pedagang pengumpul Desa dengan harga
yang telah ditentukan pedagang. Pada umumnya harga beli gambir diantara pedagang tersebut relatif sama. Pedagang pengumpul desa tersebut terlebih dahulu
melakukan penyimpanan pengumpulan gambir sampai jumlahnya memadai untuk dikirim kepada agen yang berada di Palembang, Lampung, Yogyakarta, dan
Solo. Agen-agen pengumpul gambir tersebut, kemudian menjual sebagian besar gambirnya kepada pabrik konveksi, pengrajin batik dan pabrik kosmetika yang
ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta serta hanya sebagian kecil dijual ke pasar- pasar tradisional untuk keperluan konsumsi masyarakat langsung.
Untuk jalur ekspor, sumber gambir sebagian kecil kurang dari 10 persen berasal dari unit pengolah gambir milik petani dan sisanya, lebih dari 90 persen
berasal dari produksi milik eksportir lokal. Unit pengolah gambir milik petani maupun eksportir lokal menghasilkan gambir dalam bentuk silinder, kubus, atau
bubuk sesuai dengan spesifikasi ekspor. Gambir tersebut langsung diekspor ke importir di India melalui kerjasama dengan perusahaan eksportir di Jakarta.
Adapun gambaran jalur pemasaran gambir di Desa Toman dapat dilihat pada Gambar 3.
Import
Gambar 3 Jalur Pemasaran Gambir di Desa Toman
Kendala pemasaran yang dihadapi adalah tataniaganya masih belum efisien, yaitu rantai tataniaga relatif panjang dan posisi tawar petani terhadap
pedagang masih sangat rendah, sehingga petani hanya menerima harga dan marjin keuntungan pedagang dengan petani masih belum seimbang dan wajar. Koperasi
atau kelompok petani gambir masih belum berperan secara memadai untuk meningkatkan posisi tawar petani terhadap pedagang, meskipun mutu gambir dari
petani cukup baik dan diterima pasar dalam negeri maupun ekspor. Selain itu, kemitraan antara petani pengolah dengan eksportir lokal juga belum berjalan
secara optimal karena mengubah kebiasaan petani untuk mengolah gambir menjadi bentuk yang sesuai standar ekspor masih sulit dilakukan karena tingkat
harganya relatif sama dengan bentuk gambir yang biasa dibuat petani jaras. Kebun
Petani Pengolah
Gambir Pedagang
Pengumpul Agen
Pabrik Pabrik
Dalam Negeri
Kebun Milik
Pabrik Pabrik
Lokal Eksportir
Jakarta
Importir Luar
Negeri
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Analisis kelayakan finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return
, dan Net Benefit Cost Ratio Net BC. Untuk melakukan analisis dengan ketiga kriteria tersebut, digunakan arus kas cash flow untuk
mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh usahatani gambir tersebut selama umur ekonomisnya. Sebelum membuat arus kas
cash flow, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap manfaat dan biaya. Adapun asumsi yang mendasari analisis finansial ini antara lain:
1. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis kelayakan finansial, maka
digunakan pendekatan satu unit usaha yaitu satu ha lahan gambir dan satu unit pengolahan dengan kapasitas produksi sebesar lima kg gambir hari,
sedangkan untuk luas lahan rata-rata dari 30 petani respoden yang ada di Desa Toman adalah sebesar 1,66 ha. Produksi maksimal kebun gambir seluas satu
hektar mampu diolah oleh satu unit pengolahan yang bekerja secara penuh sesuai dengan kemampuan tenaga kerja yang ada. Satu unit pengolahan dalam
setiap hari bekerja satu shift, yaitu dari jam 10 pagi sampai jam dua siang, sedangkan dalam satu tahun terdiri dari 300 hari kerja. Satu unit pengolahan
terdiri dari tiga orang pekerja yang bekerja mulai dari panen sampai pengolahan.
2. Penentuan harga jual gambir pada analisis kelayakan finansial menggunakan
asumsi harga konstan. Harga jual gambir yang digunakan dalam analisis ini adalah harga jual rata-rata selama lima tahun terakhir yaitu sebesar
Rp 11.600,00 jaras. 3.
Umur ekonomis tanaman gambir adalah 10 tahun 4.
Biaya investasi diasumsikan dikeluarkan pada tahun ke nol dan terjadi reinvestasi pada tahun ketiga, kelima, keenam, ketujuh, dan kesembilan.
5. Discount rate yang digunakan adalah 12,5 persen sesuai dengan rata-rata
tingkat suku bunga pinjaman selama satu tahun terakhir di lembaga perbankan yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin .
7.1 Analisis Manfaat