Analisis kelayakan finansial usahatani gambir di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

(1)

Oleh : MEDY AFFANDY

A14103127

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

Oleh : MEDY AFFANDY

A14103127

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(3)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI GAMBIR DI DESA TOMAN, KECAMATAN BABAT TOMAN, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2007

Medy Afffandy A14103127


(4)

Nama : Medy Affandy

NRP : A14103127

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Anita Ristianingr um, MSi NIP. 132 046 437

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(5)

Penulis dilahirkan di Tanjung Pandan, Belitung pada tanggal 25 April 1984. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Zahrul Saleh dan Ibu Suratinah Hamzah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 9 Tanjung Pandan dari tahun 1990 sampai tahun 1994 dan di SD Negeri 273 Palembang dari tahun 1994 sampai tahun 1996. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 17 Palembang. Kemudian, pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Palembang dan Lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis pernah menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya. Kemudian pada tahun 2003, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.


(6)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Gambir di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan” bertujuan untuk untuk mengkaji keragaan usahatani gambir di lokasi penelitian serta menganalisis kelayakan finansial usahatani gambir tersebut. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Penulis telah mencoba menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, dan banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007

Medy Affandy A14103127


(7)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Gambir di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan ini tidak terlepas dari bantuan seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas semua perhatian dan kasih sayang, serta

dukungan moril dan materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ir. Anita Ristianingrum, MS selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama

4. Etriya SP, MM selaku dosen penguji wakil departemen

5. Bapak Mulyadi, Bapak Dian, Bapak Marpa, Bapak Bakri, Bapak Ahmad,

Bapak Mujrimun serta semua petani gambir di Desa Toman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, informasi, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian.

6. Radi, Tante Nita, Icha, Endah, A’Ipul serta seluruh keluarga besar penulis,

terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayangnya.

7. Faisal, Pipin, Juris, Panji, Lembu, Arif, Anin, Pram, Om, Mbek, serta seluruh


(8)

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 11

1.4 Manfaat ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Gambaran Umum Usahatani Gambir... 12

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN... 18

3.1 Usahatani... 18

3.2 Aspek Finansial ... 22

3.3 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 27

IV METODE PENELITIAN... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Metode Pengumpulan Data ... 30

4.3 Pengolahan dan Analisa Data ... 31

4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi ... 31

4.3.2 Analisis Sensitivitas ... 34

V GAMBARAN UMUM LOKASI ... 35

5.1 Keadaan Umum Daerah ... 35

5.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ... 35

5.3 Keadaan Umum Pertanian ... 37

5.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 38

5.5 Karakteristik Petani Responden ... 39

VI KERAGAAN USAHATANI GAMBIR ... 43

6.1 Budidaya Gambir ... 43

6.2 Pengolahan Gambir ... 47

6.3 Pemasaran Gambir ... 52

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 54

7.1 Analisis Manfaat ... 55

7.2 Analisis Biaya ... 57

7.2.1. Biaya Investasi ... 57

7.2.2. Biaya Operasional ... 58

7.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 59

7.4 Analisis Sensitivitas ... 63


(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(10)

1 Ekspor Tanaman Gambir Indonesia Pada Tahun 2004 ... 3

2 Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Gambir Rakyat di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2001 – 2005 ... 4

3 Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Gambir Rakyat di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 1996 – 2006 ... 5

4 Pemberian Pupuk Buatan pada Tanaman Gambir Sesuai dengan Umur Tanaman ... 14

5 Produksi Daun dan Ranting Muda Pada Beberapa Tingkat Umur... 16

6 Komposisi Penduduk Desa Toman Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2005 ... 36

7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2005... 36

8 Luas Lahan yang Diusahakan Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Desa Toman Tahun 2005 ... 37

9 Jenis Tanaman dan Luas Lahan Pertanian yang Diusahakan di Desa Toman ... 38

10 Jenis dan Jumlah Sarana Pendukung di Desa Toman ... 39

11 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Golongan Umur ... 40

12 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan .... 41

13 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

14 Fasilitas Produksi yang Diperlukan Oleh Satu Unit Pengolahan Gambir... 51

15 Perkiraan Produksi dan Penerimaan Usahatani Gambir Per Hektar Dalam Setahun ... 56

16 Biaya Investasi Tanaman Usahatani Gambir Per Hektar (Rp)... 57

17 Biaya Investasi Nontanaman (Pengolahan) Usahatani Gambir Per Hektar... 58

18 Biaya Operasional Usahatani Gambir Per Ha ... 59

19 Penerimaan Bersih Usahatani Gambir Per Ha Per Tahun (Rp) ... 60

20 Kelayakan Finansial Usahatani Gambir Dengan DF 14 % ... 61

21 Kelayakan Finansial Usahatani Gambir (Luas Lahan Rata-Rata Petani Responden di Desa Toman) Dengan DF 14% ... 62


(11)

Oleh : MEDY AFFANDY

A14103127

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(12)

Oleh : MEDY AFFANDY

A14103127

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(13)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI GAMBIR DI DESA TOMAN, KECAMATAN BABAT TOMAN, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2007

Medy Afffandy A14103127


(14)

Nama : Medy Affandy

NRP : A14103127

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Anita Ristianingr um, MSi NIP. 132 046 437

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(15)

Penulis dilahirkan di Tanjung Pandan, Belitung pada tanggal 25 April 1984. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Zahrul Saleh dan Ibu Suratinah Hamzah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 9 Tanjung Pandan dari tahun 1990 sampai tahun 1994 dan di SD Negeri 273 Palembang dari tahun 1994 sampai tahun 1996. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 17 Palembang. Kemudian, pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Palembang dan Lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis pernah menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya. Kemudian pada tahun 2003, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.


(16)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Gambir di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan” bertujuan untuk untuk mengkaji keragaan usahatani gambir di lokasi penelitian serta menganalisis kelayakan finansial usahatani gambir tersebut. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Penulis telah mencoba menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, dan banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007

Medy Affandy A14103127


(17)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Gambir di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan ini tidak terlepas dari bantuan seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas semua perhatian dan kasih sayang, serta

dukungan moril dan materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ir. Anita Ristianingrum, MS selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama

4. Etriya SP, MM selaku dosen penguji wakil departemen

5. Bapak Mulyadi, Bapak Dian, Bapak Marpa, Bapak Bakri, Bapak Ahmad,

Bapak Mujrimun serta semua petani gambir di Desa Toman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, informasi, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian.

6. Radi, Tante Nita, Icha, Endah, A’Ipul serta seluruh keluarga besar penulis,

terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayangnya.

7. Faisal, Pipin, Juris, Panji, Lembu, Arif, Anin, Pram, Om, Mbek, serta seluruh


(18)

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 11

1.4 Manfaat ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Gambaran Umum Usahatani Gambir... 12

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN... 18

3.1 Usahatani... 18

3.2 Aspek Finansial ... 22

3.3 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 27

IV METODE PENELITIAN... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Metode Pengumpulan Data ... 30

4.3 Pengolahan dan Analisa Data ... 31

4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi ... 31

4.3.2 Analisis Sensitivitas ... 34

V GAMBARAN UMUM LOKASI ... 35

5.1 Keadaan Umum Daerah ... 35

5.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ... 35

5.3 Keadaan Umum Pertanian ... 37

5.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 38

5.5 Karakteristik Petani Responden ... 39

VI KERAGAAN USAHATANI GAMBIR ... 43

6.1 Budidaya Gambir ... 43

6.2 Pengolahan Gambir ... 47

6.3 Pemasaran Gambir ... 52

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 54

7.1 Analisis Manfaat ... 55

7.2 Analisis Biaya ... 57

7.2.1. Biaya Investasi ... 57

7.2.2. Biaya Operasional ... 58

7.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 59

7.4 Analisis Sensitivitas ... 63


(19)

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(20)

1 Ekspor Tanaman Gambir Indonesia Pada Tahun 2004 ... 3

2 Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Gambir Rakyat di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2001 – 2005 ... 4

3 Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Gambir Rakyat di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 1996 – 2006 ... 5

4 Pemberian Pupuk Buatan pada Tanaman Gambir Sesuai dengan Umur Tanaman ... 14

5 Produksi Daun dan Ranting Muda Pada Beberapa Tingkat Umur... 16

6 Komposisi Penduduk Desa Toman Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2005 ... 36

7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2005... 36

8 Luas Lahan yang Diusahakan Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Desa Toman Tahun 2005 ... 37

9 Jenis Tanaman dan Luas Lahan Pertanian yang Diusahakan di Desa Toman ... 38

10 Jenis dan Jumlah Sarana Pendukung di Desa Toman ... 39

11 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Golongan Umur ... 40

12 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan .... 41

13 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

14 Fasilitas Produksi yang Diperlukan Oleh Satu Unit Pengolahan Gambir... 51

15 Perkiraan Produksi dan Penerimaan Usahatani Gambir Per Hektar Dalam Setahun ... 56

16 Biaya Investasi Tanaman Usahatani Gambir Per Hektar (Rp)... 57

17 Biaya Investasi Nontanaman (Pengolahan) Usahatani Gambir Per Hektar... 58

18 Biaya Operasional Usahatani Gambir Per Ha ... 59

19 Penerimaan Bersih Usahatani Gambir Per Ha Per Tahun (Rp) ... 60

20 Kelayakan Finansial Usahatani Gambir Dengan DF 14 % ... 61

21 Kelayakan Finansial Usahatani Gambir (Luas Lahan Rata-Rata Petani Responden di Desa Toman) Dengan DF 14% ... 62


(21)

23 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kayu Bakar Sebesar 50 Persen... 65

24 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya

Tenaga Kerja Sebesar 25 persen ... 66

25 Hasil Perhitungan Switching Value terhadap Usahatani Gambir pada


(22)

1 Alur Kerangka Pemikiran Konseptual ... 29 2 Proses Pengolahan Gambir di Desa Toman ... 49 3 Jalur Pemasaran Gambir di Desa Toman ... 53


(23)

1 Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan Dengan Luas

Lahan Satu Hektar) ... 75 2 Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan Dengan Luas

Lahan Satu Hektar) Apabila Terjadi Penurunan Harga Getah Gambir KeringSebesar 60 Persen... 76 3 Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan dengan Luas

Lahan Satu Hektar) Apabila Terjadi Kenaikan Harga Kayu Bakar

Sebesar 50 Persen ... 77 4 Cash Flow Usahatani Gambir Apabila Terjadi Penurunan Harga

Jual Getah Gambir Kering Sebesar 60 Persen dan Kenaikan

Harga Kayu Bakar Sebesar 50 Persen ... 78 5 Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan Dengan Luas

Lahan Rata-Rata Petani Responden di Desa Toman Yaitu Sebesar


(24)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sudah lama dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan keanekaragaman hayati. Sebagai negara agraris, pertanian merupakan merupakan sektor unggulan yang mampu menopang dan menggerakkan roda perekonomian. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pesatnya kemajuan teknologi, peranan sektor pertanian menjadi semakin dominan baik untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia maupun bahan baku industri. Akan tetapi, pengembangan sektor pertanian yang mempunyai keunggulan komparatif sekaligus kompetitif tersebut selalu dihadapkan pada masalah ketidakpastian hasil dan resiko yang cukup besar. Contohnya adalah produksi dan harga dari setiap usahatani yang selalu berfluktuasi, artinya bahwa usahatani merupakan usaha ekonomi yang sangat peka terhadap insentif ekonomi. Insentif ekonomi tersebut tersalur secara langsung melalui harga produksi dan harga faktor produksi.

Salah satu komoditas yang mempunyai resiko dan ketidakpastian hasil

adalah Gambir (Uncaria gambir roxb). Padahal Gambir adalah salah satu

komoditas perkebunan rakyat yang ditujukan untuk ekspor. Tanaman Gambir

termasuk famili Rubiaceae, nama-nama lain dari tanaman ini adalah Gambe

(Aceh), Gambie (Minangkabau), Getah Gambir (Palembang), serta Gembiisu

(Jepang). Bagian yang diambil dari tanaman ini adalah getahnya yang berasal


(25)

dijadikan komoditi yang diperdagangkan secara nasional dan internasional. Dalam perdagangan internasional, Gambir dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu Gambir mentah (HS 1404.10.300/SITC 299.29.130) dan Gambir yang telah diproses (HS 3201.90.100/SITC 532.21.910). Manfaat dari tanaman ini bukan hanya sebagai ramuan pelengkap untuk makan sirih tetapi juga sebagai bahan baku dalam berbagai industri, seperti industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit, bio pestisida, hormon pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan campuran pelengkap makanan (Nazir, 2001). Sejalan dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku Gambir dalam teknologi yang semakin canggih, maka kebutuhan gambir dalam beberapa industri semakin meningkat.

Apabila proses eksplorasi manfaat Gambir tersebut bisa optimal, maka komoditas Gambir tersebut akan menjadi salah satu penggerak perekonomian bagi masyarakat dan pada gilirannya dapat menjadi sumber penghasil devisa bagi negara. Sebagai contoh, tanaman Ginseng yang me njadi komoditas unggulan Korea Selatan, tanaman ini telah diolah menjadi berbagai produk unggulan lainnya seperti makanan, kosmetik dan obat-obatan dan sebagainya. Begitu majunya teknologi yang telah diterapkan oleh Korea Selatan dalam mengemas dan mengembangkan komoditas tersebut, sehingga menjadikan Ginseng sebagai komoditas spesifik Korea Selatan. Karena itu, Korea Selatan kemudian dikenal sebagai Negeri Ginseng. Kondisi yang sama bisa dilakukan oleh Indonesia, sebab Indonesia memiliki tanaman Gambir yang tidak dimiliki oleh negara lainnya, walaupun India lebih dahulu mematenkan komoditas tersebut, tetapi sebagian besar produk Gambir India berasal dari Indonesia (Ramal Saleh, 2005).


(26)

Selain itu, tanaman Gambir juga dapat dijadikan sebagai bahan baku utama perekat kayu lapis dan papan partikel. Bila gambir yang diekspor tersebut digunakan sebagai bahan baku perekat kayu lapis di dalam negeri maka baru akan memenuhi kebutuhan tiga pabrik kayu lapis yang berkapasitas 5.000-6.000

m3/bulan. Hal ini akan masih tetap terlalu sedikit dibandingkan kebutuhan pabrik

kayu lapis dan papan partikel yang ada di pulau Sumatera (Wikipedia, 2003). Di

negara lain juga ada produk sejenis Gambir yang ditawarkan seperti tannin dari

kulit kayu Acacia mearnsii dan kayu Schinopsis balansa. Misalnya; pada tahun

1983 diproduksi 10.000 ton perekat berbasis tannin Acacia mearnsii di Afrika

selatan, di New Zealand telah dimulai produksi tiap tahunnya 8.000 ton perekat berbasis tannin dari kulit kayu pinus radiata, lalu di Peru diproduksi tannin dari

kulit buah Caesalpinia spinosa yang juga akan dijadikan bahan baku perekat.

Walaupun begitu, prospek Gambir sebagai bahan baku perekat untuk bahan

berbasis kayu atau bahan berlignosellulosa lainnya masih ada. Sebagai langkah

awal, hal tersebut telah dipatenkan pada Departemen Kehakiman dan Hak azazi Manusia Republik Indonesia dengan nomor P 00200200856 (Wikipedia, 2003).

Gambir merupakan salah satu komoditas potensial yang dimiliki Indonesia dan memiliki peluang pasar luar negeri dan domestik yang menjanjikan. Untuk pasar ekspor, permintaan Gambir dunia cukup besar dan diperkirakan akan terus meningkat karena konsumen utamanya adalah India yang memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di dunia. Penduduk India memiliki kebiasaan mengkonsumsi Gambir dengan cara dimakan langsung dalam bentuk biskuit bersamaan dengan minum teh serta digunakan untuk upacara-upacara adat yang frekwensinya cukup tinggi. Selain itu, permintaan Gambir dari universitas


(27)

terkemuka di Amerika juga cukup tinggi, terutama untuk bahan penelitian di bidang farmasi (Bank Indonesia Palembang, 2005). Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa prospek Gambir untuk pasar luar negeri masih terbuka lebar. Adapun data ekspor Gambir Indonesia tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ekspor Tanaman Gambir Indonesia Pada Tahun 2004

No Bulan Ekspor

Volume (ton) Nilai (USD)

1. Januari 556,24 532.248

2. Februari 642,29 640.052

3. Maret 398,08 373.881

4. April 560,89 530.897

5. Mei 738,24 915.056

6. Juni 1.024,12 849.708

7. Juli 1.071,64 922.026

8. Agustus 1.011,39 1.290.827

9. September 4.049,23 1.241.491

10. Oktober 934,79 969.555

11. November 554,33 555.703

12. Desember 897,01 872.323

13. Total 12.438,25 9.693.767

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005

Berdasarkan Tabel 1. dapat kita lihat bahwa pada tahun 2004 volume ekspor Gambir Indonesia mencapai 12.438,25 ton atau setara dengan US$9.693.767. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2004, 90 persen Gambir dunia dipasok dari Indonesia, Sumatera Barat sendiri menyumbang 95 persen dari total produksi nasional, sehingga Sumatera Barat dijadikan barometer produksi Gambir Indonesia. Sebagian besar Gambir Indonesia diekspor ke India, Pakistan, Bangladesh, Singapura, Malaysia, Jepang dan beberapa negara Eropa lainnya. Negara India saja mengimpor sebanyak 68 persen


(28)

dari jumlah produksi Gambir Indonesia atau sekitar 8.000 ton per tahunnya (Wikipedia, 2003). Sedangkan untuk pasar dalam negeri, produksi Gambir ditujukan untuk memenuhi permintaan dari industri konveksi dan batik di Jawa Tengah dan Yogyakarta serta industri farmasi dan kosmetik, seperti PT. Mustika Ratu.

Komoditas ini sudah sejak lama dikembangkan oleh para petani di Sumatera Barat. Sampai saat ini, Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah penghasil komoditas Gambir terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Tanaman Gambir di provinsi Sumatera Barat seluruhnya adalah perkebunan rakyat, adapun data luas areal dan produksi perkebunan rakyat selama lima tahun terakhir (2001 sampai dengan 2005) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Gambir Rakyat di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2001- 2005.

No. Tahun Luas Areal

(ha)

Jumlah Produksi (ton/tahun)

Persentase Perkembangan Luas Areal (%)

1. 2001 16.811 10.584 -

2. 2002 18.072 11.325 7,50

3. 2003 19.427 12.340 7,50

4. 2004 19.457 13.561 0,15

5. 2005 19.943 13.832 2,50

Sumber : Kantor Dinas Perkebunan, Provinsi Sumatera Barat, 2006.

Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa pada tahun 2001 luas perkebunan

Gambir Sumatera Barat baru sebesar 16.811 ha dengan tingkat produksi sebesar 10.584 ton. Sejak saat itu, terus terjadi peningkatan luas areal perkebunan Gambir. Kemudian, pada tahun 2005 seiring dengan semakin membaiknya harga Gambir


(29)

di pasar dunia, luas areal tanaman Gambir meningkat menjadi sebesar 19.943 ha dengan tingkat produksi sebesar 13.832 ton.

Selain Sumatera Barat, daerah di Indonesia yang juga menghasilkan tanaman Gambir adalah Provinsi Sumatera Selatan. Di Sumatera Selatan, tanaman Gambir hanya terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, tepatnya di Desa Toman Kecamatan Babat Toman. Luas areal perkebunan Gambir yang ada di wilayah tersebut pada tahun 2006 yaitu sekitar 536 ha dan seluruhnya merupakan perkebunan rakyat. Adapun data luas areal dan produksi Gambir tahun 1996 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Gambir Rakyat di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 1996-2006.

Sumber : Kantor Dinas Perkebunan, Kabupaten Musi Banyuasin, 2007.

Berdasarkan Tabel 3. terlihat bahwa pada tahun 1996 luas areal perkebunan Gambir Suma tera Selatan sebesar 534 ha dengan tingkat produksi sebesar 146 ton. Pada tahun 1997, luas areal perkebunan Gambir di daerah ini

No. Tahun Luas Areal

(ha)

Jumlah Produksi (ton/tahun)

Persentase Perkembangan Luas Areal (%)

1. 1996 534 146 -

2. 1997 449 114 - 15,92

3. 1998 463 117 3,12

4. 1999 485 119 4,75

5. 2000 504 112 3,92

6. 2001 455 136.5 - 9,72

7. 2002 455 141 0

8. 2003 456 146 0,22

9. 2004 502 155 9,16

10. 2005 516 173 2,78


(30)

mengalami penurunan menjadi 449 ha dengan tingkat produksi sebesar 114 ton, hal tersebut disebabkan karena adanya konversi dari tanaman Gambir menjadi Kelapa Sawit. Namun, sejak tahun 2003 luas areal perkebunan Gambir di Sumatera Selatan terus mengalami peningkatan. Kemudian, pada tahun 2006 seiring dengan semakin membaiknya harga Gambir di pasar dunia, luas areal tanaman Gambir meningkat menjadi sebesar 536 ha dengan tingkat produksi sebesar 179 ton.

Perhatian pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin terhadap usaha Gambir cukup baik, meskipun belum ditetapkan sebagai komoditi unggulan daerah yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Musi Banyuasin telah memberikan pelatihan-pelatihan dalam aspek budidaya dan pengolahan Gambir serta bantuan peralatan pengolahan Gambir yang lebih modern. Disamping itu, pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin juga telah bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya Palembang melakukan penelitian untuk meningkatkan produksi Gambir. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada pihak perbankan yang mau membiayai usahatani Gambir di Desa Toman. Namun, pihak BUMN seperti PT. Pupuk Sriwijaya sudah mulai memberikan dana bergulir untuk membantu pengembangan usaha Gambir di daerah ini, meskipun nilainya masih terbatas (Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin, 2005).

Tanaman Gambir memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Desa Toman, sebab selain permintaannya cenderung meningkat setiap tahunnya, ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman Gambir di Desa Toman masih memungkinkan mengingat luas hutan sekunder yang belum diusahakan oleh


(31)

masyarakat masih lebih dari 1.000 ha. Selain itu, lahan-lahan lainnya yang berada disekitar Desa Toman masih luas dan cocok untuk pengembangan tanaman Gambir. Namun untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan kajian-kajian mengenai tingkat kelayakan finansial usahatani Gambir serta keragaan usahatani Gambir di Desa Toman agar komoditi ini bisa menarik perhatian pemerintah daerah dan lembaga-lembaga terkait lainnya terutama lembaga perbankan sehingga pengembangannya dapat berjalan dengan baik.

1.2. Perumusan Masalah

Kecamatan Babat Toman yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin merupakan satu-satunya daerah yang menghasilkan komoditas Gambir di Provinsi Sumatera Selatan. Tanaman Gambir merupakan tanaman tradisional dan mempunyai arti penting bagi sumber ekonomi rakyat, terutama bagi petani Gambir di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan, yang telah sejak lama membudidayakan tanaman tersebut. Namun, sampai saat ini pengembangannya masih sangat terbatas mengingat belum meluasnya minat para petani untuk mengembangkan tanaman ini.

Masalah utama dalam pengembangan komoditas Gambir di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah masih rendahnya harga yang diterima oleh petani serta masih terbatasnya tenaga kerja yang terampil dalam pengolahan Gambir. Tingkat harga Gambir sangat menentukan minat petani untuk menanam Gambir. Apabila harga Gambir sedang tinggi, pada umumnya banyak petani yang membuka lahan baru untuk menanam Gambir. Harga Gambir di tingkat pedagang pengumpul desa di Desa Toman cenderung berfluktuasi.


(32)

Pada awal tahun 2002, harga rata-rata Gambir sebesar Rp. 30.000/kg, kemudian pada tahun 2003 mengalami penurunan yang cukup berarti menjadi rata-rata sebesar Rp.20.000/kg. namun, sejak tahun 2004 harga Gambir cenderung naik dan stabil. Pada awal tahun 2005, harga rata-rata Gambir berkisar antara Rp. 22.000/kg- Rp. 25.000/kg (Bank Indonesia Palembang, 2005). Disamping faktor ketersediaan Gambir yang ada di tangan pedagang pengumpul desa, perkembangan harga Gambir juga dipengaruhi oleh musim karena terkait dengan mutu Gambir. Pada saat musim hujan, mutu Gambir cenderung menurun karena

kadar kandungan catechine yang ada pada tanaman Gambir menurun. Sedangkan

harga Gambir di tingkat petani biasanya mengikuti perkembangan harga di tingkat pedagang pengumpul desa. Pada tahun 2005 harga rata-rata Gambir di tingkat petani berkisar antara Rp. 18.000/kg - Rp.21.000/kg.

Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, pemanfaatan tenaga kerja keluarga petani, serta pemanfaatan potensi lahan yang ada di Desa Toman, maka tanaman Gambir perlu diperkenalkan kepada petani-petani lain khususnya petani yang berada di sekitar Desa Toman serta pengusaha-pengusaha yang berminat untuk mengembangkan usahatani Gambir di Desa Toman karena peluang pasar komoditi Gambir masih terbuka luas, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor karena permintaannya setiap tahun cenderung meningkat. Selain itu, perluasan areal tanaman Gambir di Desa Toman masih memungkinkan karena luas hutan sekunder yang belum diusahakan oleh masyarakat masih lebih dari 1.000 ha. Komoditas ini juga sangat cocok untuk dikembangkan di Desa Toman karena daerah ini memiliki kondisi iklim dan tanah yang mendukung, karena tanaman ini merupakan tanaman spesifik lokasi yang dapat tumbuh dan


(33)

berkembang dengan baik pada kondisi lahan dengan jenis tanah podsolik merah kuning sampai merah kecoklatan. Selain itu, pertumbuhan tanaman Gambir akan lebih baik apabila lahan tersebut tidak mudah tergenang oleh air, karena tanaman Gambir tidak tahan dengan air yang akan menggenangi perakarannya.

Dalam melakukan investasi di bidang ini, modal yang diperlukan tidaklah sedikit, investasi tersebut antara lain biaya investasi dan modal kerja yang terdiri dari biaya investasi tanaman dan investasi non tanaman, serta biaya operasional yang terdiri dari biaya pemeliharaan tanaman dan biaya operasional pengolahan. Gambir termasuk tanaman perkebunan berumur panjang sebab umur ekonomis tanaman ini mencapai 10 tahun, sehingga perlu dilakukannya analisis kelayakan finansial karena usahatani Gambir ini meliputi jangka waktu yang panjang. Selain itu, perlu juga dilakuka n analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu perubahan dalam dasar-dasar

perhitungan biaya dan benefit. Dalam penelitian ini, perubahan-perubahan yang

diujikan dalam analisis sensitivitas yaitu penurunan harga output dan kenaikan biaya operasional pengolahan, khususnya kayu bakar yang diperlukan sebagai bahan bakar dalam proses pengolahan Gambir, meningkatnya harga kayu bakar tersebut dikarenakan kemarau panjang pada tahun 2006 yang menyebabkan kebakaran hutan sehingga ketersediaan kayu bakar di daerah tersebut semakin langka.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keragaan usahatani Gambir di lokasi penelitian?


(34)

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dari usahatani Gambir apabila terjadi penurunan harga output dan kenaikan biaya operasional pengolahan?

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji keragaan usahatani Gambir di lokasi penelitian

2. Menganalisis kelayakan finansial usahatani Gambir di lokasi penelitian

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) dari usahatani Gambir apabila

terjadi penurunan harga output dan kenaikan biaya operasional pengolahan

1.4. Manfaat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi :

1. Petani, pengusaha, serta pihak lain yang ingin menjalankan usaha budidaya

Gambir.

2. Penulis, sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam disiplin ilmu.


(35)

2.1 Gambaran Umum Usahatani Gambir

Gambir (Uncaria gambir) merupakan tanaman daerah tropis. Tanaman ini

termasuk dalam famili Rubiaceae, kegunaannya antara lain adalah untuk zat

pewarna dalam industri batik, industri penyamak kulit, ramuan makan sirih, sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, sebagai penjernih pada industri air, serta sebagai bahan baku pembuatan permen dalam acara adat di India (Zamarel

dan Risfaeri,1991; Susilobroto, 2000). Menurut Haviland, famili Rubiaceae ini

terdiri atas 34 genus, diantaranya satu genus terdapat di Afrika, 2 genus di Amerika, dan selebihnya di daerah tropis Asia yang sebagian besar terdapat di kepulauan Indonesia. Tanaman ini telah dibudidayakan semenjak beberapa abad ini di daerah paling basah di Sumatera, Kalimantan, Malaysia, dan ujung barat pulau Jawa. Saat ini, sebagian besar produksi gambir berasal dari Sumatera Barat, dan sebagian kecil dari Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Gambir termasuk tanaman perdu, berdaun lebat dan tumbuhnya tanpa penunjang, pohonnya tumbuh agak melengkung dengan tinggi sekitar 1,5 sampai 2 meter. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai pada daerah yang mempunyai ketinggian tempat 800 meter dari permukaan laut (dpl), tipe iklim B2 menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, curah hujan optimum 2.500 sampai 3.000 mm setiap tahunnya, dengan maksimum 400-450 mm di bulan basah dan minimum 100-120 mm di bulan-bulan kering. Tanaman ini merupakan tanaman spesifik lokasi, dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi lahan dengan jenis tanah podsolik merah kuning sampai merah kecoklatan. Selain itu,


(36)

pertumbuhan tanaman gambir akan lebih baik apabila lahan tersebut tidak mudah tergenang oleh air, karena tanaman gambir tidak tahan dengan air yang akan menggenangi perakarannya. Suhu udara yang dikehendaki atau cocok untuk

tanaman ini antara 18 – 29oC, selain itu tanaman ini juga menghendaki suatu

daerah yang memiliki intensitas sinar matahari yang besar dan curah hujan yang merata sepanjang tahunnya (Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin, 1994).

Dalam Brosur Budidaya dan Pengolahan Tanaman Gambir (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2002) dijelaskan mengenai tata cara dan proses penanaman gambir yaitu : perbanyakan tanaman, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil (panen), serta pengolahan hasil. Perbanyakan tanaman gambir biasanya dilakukan dengan stek dan menggunakan biji, dan biasanya petani lebih suka menggunakan bibit jenis biji daripada stek. Perbanyakan tanaman gambir yang berasal dari stek masih jarang dilakukan oleh para petani karena mereka belum memiliki keterampilan yang cukup dalam melakukannya, sehingga persentase bibit yang tumbuh masih sangat kecil, padahal perbanyakan bibit dengan menggunakan stek dapat membantu mempercepat pengadaan bibit yang siap untuk ditanam di lapangan karena dengan menggunakan stek pertumbuhan bibit akan lebih cepat. Selain itu, bibit hasil stek memiliki kualitas yang lebih baik daripada bibit jenis biji (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 1997).

Kegiatan penanaman dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : penentuan jarak tanam, pengajiran, pembuatan lubang tanam, serta penanaman. Sebelum penanaman bibit dilaksanakan, lahan dibersihkan dari kayu-kayu dan rerumputan.


(37)

Kemudian, dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Menurut penelitian di kebun percobaan Laing (Solok), Siguntur (Pesisir Selatan), dan Halaban (Lima Puluh Kota) menunjukkan bahwa jarak tanam 2 m x 2 m dengan populasi 2.500 tanaman per ha dapat memberikan produksi yang paling tinggi (Idris, Hasan, dan Nurmansyah, 1996).

Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan dalam beberapa tahap yaitu ; penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Hasil penelitian

Daswir et al, 1993 menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk NPK 15 : 15 :

15 didapat hasil daun dan ranting gambir sebanyak 5-6 kg/rumpun. Total hasil panen tanaman gambir yang dipupuk adalah 14.365 kg daun dan ranting muda tanaman gambir/ha, sedangkan untuk tanaman yang tidak diberikan pupuk hanya menghasilkan sebanyak 7.425 kg/ha. Untuk tanaman tua (umur 10 tahun ke atas) pemberian pupuk buatan harus diiringi dengan pemberian pupuk organik. Pada Tabel 4 dapat dilihat dosis beberapa jenis pupuk pada tanaman gambir.

Tabel 4 Pemberian Pupuk Buatan (ha/tahun) Pada Tanaman Gambir Sesuai Dengan Umur Tanaman

No Umur Urea (kg) TSP (kg) KCl (kg)

1. 1 – 2 32,50 25 32,50

2. 3 – 4 65,00 50 65,00

3. 5 – 6 97,00 75 97,00

4. 7 – 8 130,00 100 130,00

5. 9 – 10 162,00 125 162,00

6. > 10 195,00 150 195,00

Sumber : Daswir et al, 1993

Kegiatan pemungutan hasil (panen) biasanya dilakukan pada saat tanaman tersebut berumur 1,5 tahun setelah tanam dengan cara memotong ranting bersama daunnya sepanjang lebih kurang 50 cm atau pada jarak 5 – 15 cm dari pangkal


(38)

cabang tanaman, dimaksudkan agar pertumbuhan tunas baru yang akan dipanen berikutnya dapat tumbuh lebih baik.

Tanda-tanda tanaman sudah dapat dipanen yaitu; 1) Daun sudah bewarna hijau muda/tua atau berwarna kuning kecoklatan dan apabila dirasakan dengan tangan sudah agak keras. 2) Ranting bewarna hijau kecoklatan dan coklat muda. 3) Daun bila diremas sedikit saja dengan tangan sudah mengeluarkan getah. Pemetikan ranting dan daun yang terlalu muda atau terlalu tua akan menghasilkan kadar catechine yang rendah, sehingga akan menghasilkan gambir dengan mutu yang rendah pula. Mutu gambir juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan ranting dan daun yang dipetik (Depperindag Provinsi Sumatera Barat, 1998).

Tanaman gambir dapat dipanen sebanyak 2 kali dalam setahun dengan selang waktu 6 bulan. Panen pertama pada saat tanaman berumur 1,5 tahun, namun hasilnya masih relatif rendah yaitu sekitar 2.000 kg basah atau 100 kg/ha gambir kering. Panen kedua pada saat tanaman berumur 2 tahun produksinya meningkat dua kali lipat, panen ketiga pada saat tanaman berumur 2,5 tahun produksi meningkat tiga kali lipat daripada panen pertama , dan pada panen keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya produksi sama yaitu sebesar 7.500 kg basah atau 375 kg/ha gambir kering dalam setiap kali panen, seperti yang terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Produksi Daun dan Ranting Muda Pada Beberapa Tingkat Umur Per Hektar Per Panen.

Umur Tanaman (tahun)

Produksi Basah (kg)

Gambir Kering (kg)

1,5 2.000 100

2 4.000 200

2,5 6.000 300


(39)

Dalam usahatani gambir tersebut kegiatan pengolahan hasil merupakan salah satu tahap yang sangat penting, karena tahap inilah yang akan sangat menentukan besar kecilnya perolehan hasil baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada prinsipnya kegiatan pengolahan hasil terdiri dari beberapa tahapan kerja yang meliputi perebusan bahan mentah, pengempaan, pengendapan, penirisan, percetakan, dan pengeringan (Yuhono, 2003).

Proses pengolahan hasil tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pengolahan yang sederhana, berupa kempa atau kampo yang terbuat dari dua bilah kayu besar berbentuk huruf V dengan panjang kayu sekitar 3 meter. Selain memberikan hasil yang relatif bermutu rendah serta membutuhkan waktu yang relatif lama, operasionalisasi alat ini cukup sulit karena membutuhkan tenaga yang besar terutama dalam pengangkatan palu seberat 15 kg (Yuhono, 2003).

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Ermiati (2004) meneliti tentang budidaya, pengolahan hasil, dan kelayakan usahatani gambir di Desa Solok Bio-Bio, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota- Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik budidaya, tingkat pengolahan hasil, tingkat kelayakan usahatani, besar pendapatan petani dari usahatani serta faktor-faktor penghambat pengembangan di wilayah penelitian tersebut. Hasil analisis usahatani pada tingkat diskonto 15 persen, menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Solok Bio-Bio Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota- Sumatera Barat menguntungkan

dan layak untuk dikembangkan karena indikator kelayakan Net Present Value


(40)

yaitu sebesar 1,22. Kemudian, untuk tingkat pengembalian investasi (IRR) pada tingkat diskonto 15 persen adalah sebesar 43 persen.

Yuhono (2003) meneliti tentang pendapatan usahatani dan pemasaran gambir di Desa Manggilang, Kecamatan Pangkalan Kotobaru, Kabupaten Lima Puluh Kota-Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani dan pendapatan serta pemasaran dari usahatani gambir di wilayah penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani gambir, teknik budidaya dan pengolahan masih bersifat tradisional, yang merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu, rendemen dan pendapatan petani. Dari hasil analisis

usahatani tersebut, pendapatan atas biaya total yang diperoleh sebesar Rp 4.840.625,- per hektar per tahun, sedangkan pendapatan atas biaya tunai

sebesar Rp 6.238.125,- per hektar per tahun, B/C rasio atas biaya total sebesar 1,69 dan atas biaya tunai sebesar 2,11. Pemasaran yang terjadi masih cukup efisien, ditunjukkan oleh marjin harga yang diterima petani cukup tinggi yaitu sebesar 67 persen, besarnya marjin pemasaran antara lembaga-lembaga pemasaran seimbang yaitu antara 12,49 persen hingga 20,88 persen, dan keuntungan dari lembaga pemasaran berkisar antara 10 persen hingga 20 persen.


(41)

3.1 Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006). Ada banyak definisi yang berbeda mengenai ilmu usahatani, definisi tersebut timbul dari pemahaman para ahli terhadap situasi dan kondisi usahatani itu sendiri.

Menurut Vink (1984) ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Sedangkan menurut Prawirokusumo (1990), ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut. Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui produksi pertanian yang berlebih maka diharapkan memperoleh pendapatan tinggi. Dengan demikian, harus dimulai


(42)

dengan merencanakan untuk menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi.

Pada dasarnya usahatani berkembang terus dari awal hanya bertujuan menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya merupakan usahatani-swasembada atau subsisten. Karena sistem pengusahaan yang lebih baik, maka dihasilkan produk berlebih dan dapat dipasarkan sehingga bercorak usahatani swasembada keuangan, dan pada akhirnya karena berorientasi pada pasar maka akan menjadi usahatani-niaga.

Menurut Tohir (1983) berdasarkan tujuan dan prinsip sosial ekonomi, perkembangan usahatani digolongkan dalam 3 golongan sebagai berikut:

a) Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis misalnya perusahaan

pertanian/perkebunan di Indonesia yang berbadan hukum. Dalam hal ini pengelolaan perusahaan terpisah dengan pengelolaan rumah tangga. Orientasi usaha pada komoditas yang dipasarkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

b) Usahatani yang memiliki dasar ekonomis-sosialistis-komunitas, misalnya

Sovchos dan Kolchos yang ada di Rusia. Usahatani golongan ini menganggap tenaga kerja manusia sebagai faktor yang terpenting, mampu memberikan nilai lebih sehingga tenaga kerja dihargai dengan sangat istimewa. Tujuan utamanya adalah memproduksi hasil bumi untuk keperluan masyarakat banyak dan diatur secara sentral menurut rencana pemerintah.

c) Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis seperti yang diuraikan oleh A.

Tschajanov yaitu family farming yang berkembang dari subsistence farming


(43)

Usahatani pada mulanya hanya mengelola tanaman pangan, kemudian berkembang meliputi berbagai komoditi sehingga bukan lagi usahatani murni

tetapi menjadi usahatani campuran (mixed farming). Usahatani campuran meliputi

berbagai macam komoditas, antara lain tanaman pangan, hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias), tanaman perkebunan, perikanan, dan peternakan (Suratiyah, 2006).

Secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu

usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian/perkebunan

(plantation). Pada umumnya yang dimaksud dengan usahatani adalah usaha keluarga, sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. Menurut pendapat Suratiyah (2006), ada beberapa hal yang menjadi perbedaan pokok antara usahatani keluarga dan perusahaan pertanian antara lain:

1. Tujuan akhir ; tujuan akhir usahatani keluarga adalah pendapatan keluarga

petani (family farm income) yang terdiri atas laba, upah tenaga keluarga dan

bunga modal sendiri. Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul dikeluarkan oleh petani. Sementara perusahaan pertanian tujuan akhirnya adalah keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, yaitu selisih antara nilai hasil produksi dikurangi dengan biaya.

2. Bentuk hukum ; usahatani keluarga tidak berbadan hukum. Sedangkan

perusahaan pertanian pada umumnya mempunyai badan hukum misalnya; PT, Firma, dan CV.


(44)

3. Luas usaha ; usahatani keluarga biasanya meliputi lahan yang kecil rata-rata di bawah dua ha, sedangkan perusahaan pertanian pada umumnya berlahan luas karena orientasinya pada efisiensi dan keuntungan.

4. Jumlah modal ; usahatani keluarga mempunyai modal per satuan luas lebih

kecil dibandingkan dengan perusahaan pertanian.

5. Jumlah tenaga yang dicurahkan ; jumlah tenaga yang dicurahkan per satuan

luas usahatani keluarga lebih besar daripada perusahaan pertanian.

6. Sifat usaha ; usahatani keluarga pada umumnya bersifat subsistence,

komersial, maupun semi komersial (transisi dari subsistence ke komersial).

Sementara perusahaan pertanian selalu bersifat komersial, artinya selalu mengejar keuntungan dengan memperhatikan kualitas maupun kuantitas produknya.

7. Pemanfaatan terhadap hasil-hasil pertanian ; perusahaan pertanian selalu

berusaha untuk memanfaatkan hasil-hasil pertanian yang mutakhir, bahkan tidak segan-segan membiayai penelitian demi kemajuan usahanya. Perusahaan

pertanian biasanya memiliki bagian penelitian dan pengembangan (Research

and Development) yang berfungsi untuk mencari dan menemukan terobosan-terobosan baru, baik dari segi teknik bercocok tana m, pengolahan hasil, maupun pemasarannya. Sementara usahatani keluarga karena keterbatasan

modal, peralatan, dan human capital maka terobosan baru tergantung pada

hasil penelitian dan pengembangan pemerintah melalui Departemen Pertanian dengan Balai-Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi serta tenaga-tenaga penyuluh. Petani menerapkan hasil-hasil penelitian tersebut setelah


(45)

mengamati dan mengikuti demonstrasi plot (demplot) serta upaya-upaya sosialisasi yang dilakukan pemerintah lainnya.

Dengan demikian, berdasarkan pengertian dan pemahaman tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani Gambir termasuk dalam salah satu jenis usahatani keluarga (family farming)

3.2. Aspek Finansial

Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit), atau suatu aktivitas yang

mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu

yang akan datang, dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 1999). Sebuah proyek pertanian merupakan suatu kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan dan manfaat setelah beberapa waktu tertentu (Gittinger, 1986).

Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan/ penolakan atau pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan

berbagai macam cara yang dinamakan investment criteria atau kriteria investasi.

Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang (present value) atas

arus benefit dan biaya selama umur proyek. Menurut Kadariah (1999) ada tiga macam kriteria investasi yang umum dan sering digunakan antara lain:


(46)

1. Net Present Value (NPV)

NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas penerimaan dikurangi dengan arus kas pengeluaran dengan tingkat diskonto tertentu. NPV suatu proyek adalah selisih PV (Present Value) arus benefit dengan PV arus biaya. Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut: n Bt - Ct

NPV = ? ___________

t=0 (1 + i)t

Keterangan :

Bt = penerimaan (benefit) bruto usahatani gambir pada tahun ke-t

Ct = biaya (Cost) total bruto usahatani gambir pada tahun ke-t

N = umur ekonomis usahatani gambir (tahun)

i = Discount rate (%)

Semakin tinggi nilai discount rate yang dipergunakan, maka nilai NPV

proyek akan semakin kecil karena semakin tinggi nilai discount rate yang

dipergunakan, makin kecil angka perbandingan discount factor untuk suatu tahun

tertentu terhadap discount factor tiap tahun sebelumnya (Gray et al, 1997). Pada

tahun awal proyek biasanya benefit lebih kecil dari biaya, sedangkan pada akhir

tahun terjadi sebaliknya.

Tiga kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu :

1) NPV = 0, berarti secara finansial proyek layak dilaksanakan karena manfaat

yang diperoleh lebih besar daripada biaya.

2) NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat


(47)

3) NPV < 0, berarti secara finansial proyek tidak layak dilaksanakan karenamanfaat yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama

dengan nol. IRR juga merupakan tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut: NPV 1

IRR = i1 ___________________ + ( i2 – i1 )

NPV1 + NPV2

Keterangan :

i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = nilai NPV yang bernilai positif

NPV2 = nilai NPV yang bernilai negatif

Jika diperoleh nilai IRR (internal rate of return) lebih besar daripada tingkat

bunga yang berlaku (discount rate), maka proyek tersebut layak untuk

dilaksanakan. Sebaliknya apabila nilai IRR lebih kecil daripada tingkat bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus

manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya, untuk menghitung indeks ini terlebih dulu dihitung (Bt – Ct) / (1 + i)t untuk setiap tahun t. Rumus dari Net B/C ratio adalah sebagai berikut :


(48)

n Bt - Ct

? ___________ (untuk Bt – Ct > 0) t=0 (1 + i)t

Net B/C ratio = _______________________ n Ct - Bt

? ___________ (untuk Bt – Ct < 0) t=0 (1 + i)t

Jika diperoleh nilai net B/C lebih besar sama dengan satu maka dapat disimpulkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan, tetapi jika net B/C kurang dari satu maka dapat disimpulkan bahwa proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Suatu proyek dikatakan layak untuk dikembangkan jika dalam perhitungannya diperoleh nilai NPV = 0, IRR = discount rate, Net B/C > 1.

Menurut Hernanto (1996), biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk, termasuk di dalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayarkan di dalam maupun di luar usahatani. Soeharto (2002), bahwa pada analisis kelayakan di dalam menyusun laporan arus kas, langkah pertama adalah membuat perkiraan biaya investasi, yaitu biaya pertama atau biaya pembangunan, modal kerja dan biaya operasi atau produksi.

Biaya Pertama yaitu biaya pembangunan fisik serta pengeluaran lainnya

yang berkaitan sering disebut sebagai biaya pertama (first cost), yang meliputi

modal tetap untuk membangun proyek dan modal kerja.

1. Modal tetap untuk membangun proyek ; pengeluaran untuk studi kelayakan,

perencanaan dan pengembangan. Pengeluaran untuk membiayai design

engineering dan pembelian, serta pengeluaran untuk membangun instalasi atau fasilitas produksi.


(49)

2. Modal kerja ; pengeluaran untuk membiayai keperluan operasi dan produksi pada waktu pertama kali dijalankan.

Sedangkan biaya operasi, produksi atau manufaktur dan pemeliharaan adalah pengeluaran yang dikeluarkan agar kegiatan operasi dan produksi berjalan lancar, sehingga dapat menghasilkan produk sesuai dengan perencanaan.

Keuntungan (benefit) dalam pengertian umum adalah selisih antara nilai

output dan input. Perhitungan benefit dan biaya proyek dapat dilakukan melalui

dua pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis suatu kelayakan usaha adalah analisis finansial, yaitu suatu analisis yang melihat suatu kelayakan usaha dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Pada analisis finansial, harga yang digunakan adalah harga pasar (harga

yang berlaku sebenarnya), transfer payment seperti pajak dianggap sebagai biaya,

sedangkan subsidi dianggap mengurangi biaya. Selain itu, pada analisis finansial bunga modal merupakan bagian dari biaya.

Analisis finansial memiliki peranan yang penting dalam perhitungan insentif bagi orang-orang yang terlibat dalam mensukseskan pelaksanaan proyek (Kadariah, 1999). Setelah suatu proyek dikatakan layak berdasarkan penilaian tersebut, proyek perlu dianalisis kembali untuk mengetahui sampai sejauh mana dapat diadakan penyesuaian-penyesuaian, yaitu dengan analisis sensitivitas. Analisis ini bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan itu harus


(50)

dicoba, yang berarti bahwa sewaktu-waktu harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan, karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Menurut Kadariah (1999), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis sensitivitas yaitu :

1). Terdapatnya “cost overrun”, misalnya kenaikan dalam biaya konstruksi.

2). Adanya perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga hasil produksi.

3). Mundurnya waktu implementasi.

4). Serta khusus untuk proyek-proyek pertanian ada satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian yaitu kesalahan dalam perkiraan hasil per hektar.

3.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

Gambir merupakan salah satu komoditas potensial yang dimiliki Indonesia dan memiliki peluang pasar luar negeri dan domesti k yang menjanjikan. Permintaan gambir dari pasar luar negeri dan domestik cukup besar, sejalan dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku gambir dalam teknologi yang semakin canggih, maka kebutuhan gambir dalam beberapa industri semakin meningkat.

Kecamatan Babat Toman yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin merupakan satu-satunya daerah yang menghasilkan komoditas gambir di Provinsi Sumatera Selatan. Tanaman gambir memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Desa Toman, sebab selain permintaannya cenderung meningkat setiap tahunnya, ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman Gambir di


(51)

Desa Toman masih memungkinkan mengingat luas hutan sekunder yang belum diusahakan oleh masyarakat masih lebih dari 1.000 ha. Selain itu, lahan-lahan lainnya yang berada di sekitar Desa Toman masih luas dan cocok untuk pengembangan tanaman gambir.

Tanaman gambir merupakan tanaman tradisional dan mempunyai arti penting bagi sumber ekonomi rakyat, terutama bagi petani gambir di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan, yang telah sejak lama membudidayakan tanaman tersebut. Namun, sampai saat ini pengembangannya masih sangat terbatas mengingat belum meluasnya minat para petani untuk mengembangkan tanaman ini. Rendahnya minat petani untuk mengembangkan usahatani ini karena usahatani ini memiliki resiko yang cukup besar, hal itu terlihat dari besarnya fluktuasi harga komoditi ini. Selain itu, tenaga kerja terampil dalam budidaya dan pengolahan gambir masih terbatas. Penilaian kelayakan usahatani secara finansial sangat diperlukan untuk mengetahui apakah gambir adalah usahatani yang secara finansial menguntungkan atau tidak. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis finansial untuk melihat nilai NPV, IRR, dan Net B/C. Berdasarkan nilai-nilai tersebut kelayakan usaha dapat ditentukan, apabila

NPV lebih dari nol, IRR lebih dari tingkat discount rate, dan Net B/C lebih dari

satu maka secara finansial usahatani tersebut layak dikembangkan. Hasil dari analisis kelayakan tersebut dapat digunakan untuk menentukan upaya pengembangan dari usahatani gambir di Desa Toman.


(52)

Kerangka pemikiran konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual

Harga Biaya Produksi

- Biaya Investasi

- Biaya Operasional Penerimaan

Produksi Getah Gambir

Layak atau Tidak Layak Diusahakan

- Permintaan dari Pasar

Luar Negeri dan Domestik Tinggi

- Harga Jual Tinggi

- Rendahnya Minat

Petani

Mengembangkan Usahatani Gambir

Usahatani Gambir

Kelayakan Usaha :

- NPV

- B/C


(53)

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut

merupakan salah satu daerah penghasil gambir terbesar selain Provinsi Sumatera Barat. Selain itu, minat petani di Desa Toman untuk mengembangkan usahatani gambir masih rendah. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2007 sampai dengan bulan Mei 2007.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara langsung dengan petani Gambir dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Pengambilan contoh petani dilakukan dengan

teknik penarikan contoh acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah

responden sebanyak 30 orang petani Gambir. Teknik penarikan contoh acak sederhana digunakan, karena petani-petani Gambir di daerah tersebut menggunakan teknologi, pola budidaya, panen dan pengolahan hasil yang cenderung sama/homogen. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait antara lain; Direktorat Jendral Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Musi Banyuasin, Kantor Kepala Desa Toman, Badan Pusat Statistik, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat-Obatan, Perpustakaan IPB


(54)

dan Fakultas Pertanian, media elektronik, serta literatur atau penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah seluruh data-data biaya produksi mulai dari pembukaan lahan sampai siap jual, serta seluruh data-data harga output. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data mengenai keadaan umum di Desa Toman, data luas areal dan produksi ta naman Gambir di Desa Toman, serta data-data lainnya yang menunjang penelitian ini.

4.3 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran sistem usahatani gambir di lokasi penelitian. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial usahatani gambir. Metode analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan investasi secara finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, dan Net B/C dengan menggunakan Microsoft Excel 2003. Selain itu, dilakukan pula analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usahatani Gambir terhadap perubahan komponen biaya dan harga output.

4.4 Analisis Kelayakan Investasi

Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani Gambir dilakukan


(55)

of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Persamaan tiga indikator tersebut adalah sebagai berikut:

4.4.1 Net Present Value (NPV)

NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas penerimaan dikurangi dengan arus kas pengeluaran dengan tingkat diskonto tertentu. NPV suatu proyek adalah selisih PV (Present Value) arus benefit dengan PV arus biaya. Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut: n Bt - Ct

NPV = ? ___________

t=0 (1 + i)t

Keterangan :

Bt = penerimaan (benefit) bruto usahatani gambir pada tahun ke-t

Ct = biaya (Cost) total bruto usahatani gambir pada tahun ke-t

N = umur ekonomis usahatani gambir (tahun)

i = Discount rate (%)

Tiga kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu :

1) NPV = 0, berarti secara finansial usahatani gambir layak dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya.

2) NPV = 0, berarti secara finansial usahatani gambir sulit dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan

3) NPV < 0, berarti secara finansial usahatani gambir tidak layak dilaksanakan

karena manfaat yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

4.4.2 Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama


(56)

bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut: NPV 1

IRR = i1 ___________________ + ( i2 – i1 )

NPV1 + NPV2

Keterangan :

i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = nilai NPV yang bernilai positif

NPV2 = nilai NPV yang bernilai negatif

Jika diperoleh nilai IRR (internal rate of return) lebih besar daripada tingkat

bunga yang berlaku (discount rate), maka usahatani gambir tersebut layak untuk

dilaksanakan. Sebaliknya apabila nilai IRR lebih kecil daripada tingkat bunga yang berlaku maka usahatani gambir tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

4.4.3 Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus

manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya, untuk menghitung indeks ini terlebih dulu dihitung (Bt – Ct) / (1 + i)t untuk setiap tahun t. Rumus dari Net B/C ratio adalah sebagai berikut :

n Bt - Ct

? ___________ (untuk Bt – Ct > 0) t=0 (1 + i)t

Net B/C ratio = _______________________ n Ct - Bt

? ___________ (untuk Bt – Ct < 0) t=0 (1 + i)t


(57)

Jika diperoleh nilai net B/C lebih besar sama dengan satu maka dapat disimpulkan bahwa usahatani gambir layak untuk dilaksanakan, tetapi jika net B/C kurang dari satu maka dapat disimpulkan bahwa usahatani gambir tidak layak untuk dilaksanakan.

4.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung nilai proyek sekali lagi dengan menggunakan perkiraan baru pada salah satu unsur biaya dan manfaat. Dalam penelitian ini analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan-perubahan sebagai berikut :

1. Penurunan harga jual getah gambir kering sebesar 60 persen, besar perubahan

harga jual getah gambir tersebut berdasarkan harga jual terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

2. Kenaikan harga kayu bakar sebesar 50 persen, besar perubahan tersebut

berdasarkan rata-rata kenaikan harga kayu bakar dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Kayu bakar tersebut diperlukan sebagai bahan bakar dalam proses pengolahan Gambir, meningkatnya harga kayu bakar tersebut dikarenakan kemarau panjang pada tahun 2006 yang menyebabkan kebakaran hutan sehingga ketersediaan kayu bakar di daerah tersebut semakin langka.

3. Kenaikan biaya tenaga kerja sebesar 25 persen, besar perubahan tersebut

berdasarkan rata-rata kenaikan biaya tenaga kerja dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Menurut petani responden dalam usahatani gambir biaya yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja.


(58)

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Desa Toman terletak pada ketinggian 15 – 96 m di atas permukaan laut. Jenis tanah di daerah ini sebagian besar adalah podsolik merah kuning, latosol dan grumusol, struktur tanahnya liat dengan ka ndungan bahan organik dan humus yang cukup tinggi serta pH berkisar antara 6 – 7,5 sehingga sangat cocok untuk tanaman hortikultura dan perkebunan. Desa Toman merupakan daerah beriklim tropis, dengan curah hujan 2.618 mm/ tahun sampai 3.400 mm/tahun. Kelembaban udara bervariasi antara 25 persen sampai 74 persen dan temperatur berkisar antara 24oC sampai 27oC.

Desa Toman terletak dalam wilayah Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Luas wilayah Desa Toman adalah 12.300 ha, dengan batas wilayah administrasi adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lubuk Buah dan Desa Bangun Sari

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Babat dan Desa Karang Ringin

3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Babat

4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kasmaran

5.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk yang ada di wilayah Desa Toman pada tahun 2005 sebesar 5.146 jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di Desa Toman dapat dilihat pada Tabel 6.


(59)

Tabel 6 Komposisi Penduduk Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2005

No Umur

(tahun)

Jenis Kelamin Persentase

(%)

Laki- laki Perempuan Jumlah

1 0 – 9 594 435 1029 20

2 10 – 19 621 614 1235 24

3 20 – 29 485 604 1089 21

4 30 – 39 520 390 910 18

5 40 – 49 267 245 512 10

6 50 keatas 203 168 371 7

Jumlah 2.641 2.505 5.146 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Toman, 2005

Penduduk Desa Toman sebagian besar bermata pencaharian di sektor pertanian, yaitu sebesar 87,5 persen selebihnya bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil, ABRI, Pedagang, Sopir, Buruh Pabrik, dan Pengusaha. Komposisi penduduk di Desa Toman berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2005

No Mata Pencaharian Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. PNS + ABRI 102 2,00

2. Buruh Tani 375 7,50

3. Pedagang 179 3,00

4. Sopir 56 1,50

5. Buruh Pabrik 26 0,60

6. Pengusaha 16 0,40

7. Petani Pemilik 2.597 50,00

8. Petani Penggarap 1.568 30,00

9. Lainnya 227 5,00

Jumlah 5.146 100,00


(60)

5.3 Keadaan Umum Pertanian

Luas daerah Desa Toman sebesar 12.300 hektar, sebagian besar dari luas lahan tersebut digunakan untuk pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas Lahan yang Diusahakan Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Desa Toman Tahun 2005.

No Jenis Penggunaan Luas (ha) Persentase

1. Perumahan dan perdagangan 518 5,25

2. Perkebunan karet rakyat 8.340 64,81

3. Perusahaan kelapa sawit 745 7,07

4. Gambir 516 3,70

5. Sawah lebak 497 4,74

6. Perkebunan kelapa sawit rakyat 5 0,04

7. Empang dan kolam 5 0,04

8. Sungai 251 2,04

9. Danau dan rawa 265 2,15

10. Hutan rakyat 671 5,04

11. Pertanian tanah kering dan ladang 425 3,70

12. Tanaman sayuran 52 0,42

13. Tanaman duku rakyat 37 0,30

14. Kelapa 5 0,48

15. Lain-lainnya 28 0,22

12.300 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Toman, 2005

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar lahan di Desa Toman digunakan untuk pertanian dan jenis tanaman yang diusahakan di daerah tersebut sangat beragam. Hasil pertanian yang dominan di daerah ini yaitu karet, kelapa sawit, gambir, padi, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.


(61)

Tabel 9 Jenis Tanaman dan Luas Lahan Pertanian yang Diusahakan di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Provinsi Sumatera Selatan

No Jenis Tanaman Yang Diusahakan Unit

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Tanaman Perkebunan (ha)

a) Karet

b) Kelapa Sawit

c) Gambir

d) Kelapa

Tanaman Padi (ha) Tanaman Palawija (ha)

a) Jagung

b) Ubi Kayu

c) Ubi Jalar

d) Kacang Tanah

e) Kacang Hijau

f) Kedelai

Tanaman Sayur dan Buah (ha)

a) Kacang Panjang

b) Cabai c) Cung d) Terong e) Timun f) Gambas g) Semangka Peternakan (ekor) a) Sapi b) Kambing

c) Ayam Buras

d) Itik Perikanan (ekor)

a) Penangkapan di perairan umum

b) Budidaya kolam/ tambak

8.340 750 516 6 605 39 7 6 4 12 12 52 15 7 3 12 16 11 353 79 5.963 285 516 15

Sumber : Kantor Cabang Dinas Pertanian dan Peternakan Kecamatan Babat Toman, 2005

5.4 Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana yang ada di Desa Toman meliputi jalan sepanjang 283 km, kondisi jalan di Desa Toman cukup bagus karena sudah diaspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Selain itu, di Desa Toman juga terdapat mesin penggiling


(1)

73

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kadariah L, Karlina, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Nazir. 2001. Gambir. Yayasan Hasil Hutan Non Kayu (HUTANKU)- Griya

Andalas Ulu Gadut. Padang.

Pinsesra O. 2005. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Gambir Pada Skala

Usaha Berbeda Di Desa Toman Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi

Banyuasin [skripsi]. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Palembang

Suramto. 2003. Analisis Usahatani Gambir (

Uncaria gambir roxb

) Di Desa

Toman Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin [skripsi].

Fakultas Pertanian, Universitas Sjakhyakirti. Palembang.

Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuhono JT. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani Dan Pemasaran Gambir.

Buletin TRO XV No. 2, 2004 : 10 – 21 [terhubung berkala].

http://www.balittro.go.id/index.php [10 Feb 2007].

Koppel van den, Hall van. 1986. Tanaman Pinang dan Gambir. Lahiya AA,

penerjemah; Zeijistra, editor. Seri Himpunan Peninggalan Penulisan Yang

Berserakan. Terjemahan dari : De Landbouw In De Indische. Bandung.


(2)

Lampiran 1. Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan Dengan Luas Lahan Satu Hektar)

Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. INFLOW

1. Kuantitas 0 300 1.200 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500

2. Harga 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800

A. Pendapatan Penjualan 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000

B. Nilai Sisa 10.000.000

TOTAL INFLOW 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 62.200.000

II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Investasi Tanaman

a. Lahan 10.000.000

b. Pembibitan 241.250

c. Pembukaan Lahan 886.500

d. Penanaman 780.000

2. Investasi Non Tanaman

a. Saung 1.500.000 1.500.000

b. Tungku 300.000

c. Kuali (60 Liter) 500.000 500.000

d. Pasu Panjang 300.000

e. Pasu Pendek 700.000

f. Saringan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

g. Kandil 20.000 20.000

h. Lampiung 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

i. Keranjang 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

j. Pressan 300.000

k. Bak Cetakan 150.000

l. Irap 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

m. Pisau Panen 30.000 30.000

n. Mistar 25.000 25.000

o. Pisau Iris 100.000 100.000

p. Pengaduk 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

B. Biaya Operasional 1. Pemeliharaan Kebun

a. Penyiangan 1.901.200 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800

2. Pengolahan

a. Tenaga Pengolah 6.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000

b. Kayu Bakar 728.270 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810

c. Sewa Mesin 1.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

TOTAL OUTFLOW 15.967.750 9.629.470 26.036.610 26.171.610 26.036.610 26.171.610 28.211.610 26.171.610 26.036.610 26.171.610 26.036.610 Net Benefit -15.967.750 810.530 15.723.390 26.028.390 26.163.390 26.028.390 23.988.390 26.028.390 26.163.390 26.028.390 36.163.390 Discount Factor 12,5% 1 0,888888889 0,790123457 0,702331962 0,624295077 0,554928957 0,493270184 0,438462386 0,389744343 0,346439416 0,307946148 Present Value (DF 12,5%) -15.967.750 720.471 12.423.419 18.280.570 16.333.676 14.443.907 11.832.758 11.412.470 10.197.033 9.017.260 11.136.377

NPV 99.830.191

IRR 77,54%


(3)

Lampiran 5. Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan Dengan Luas Lahan Rata-Rata Petani Responden di Desa Toman yaitu sebesar 1,66 Hektar)

Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. INFLOW

1. Kuantitas 0 300 1.200 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 2. Harga 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 A. Pendapatan Penjualan 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000

B. Nilai Sisa 10.000.000

TOTAL INFLOW 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 62.200.000 II. OUTFLOW

A. Biaya Investasi 1. Investasi Tanaman

a. Lahan 16.600.000 b. Pembibitan 400.475 c. Pembukaan Lahan 1.471.590 d. Penanaman 1.294.800 2. Investasi Non Tanaman

a. Saung 1.500.000 1.500.000

b. Tungku 300.000

c. Kuali (60 Liter) 500.000 500.000

d. Pasu Panjang 300.000 e. Pasu Pendek 700.000

f. Saringan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

g. Kandil 20.000 20.000

h. Lampiung 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

i. Keranjang 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

j. Pressan 300.000 k. Bak Cetakan 150.000

l. Irap 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

m. Pisau Panen 30.000 30.000

n. Mistar 25.000 25.000

o. Pisau Iris 100.000 100.000

p. Pengaduk 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

B. Biaya Operasional 1. Pemeliharaan Kebun

a. Penyiangan 3.155.992 4.733.988 4.733.988 4.733.988 4.733.988 4.733.988 4.733.988 4.733.988 4.733.988 4.733.988 2. Pengolahan

a. Tenaga Pengolah 6.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 b. Kayu Bakar 728.270 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 c. Sewa Mesin 1.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 TOTAL OUTFLOW 23.826.865 10.884.262 27.918.798 28.053.798 27.918.798 28.053.798 30.093.798 28.053.798 27.918.798 28.053.798 27.918.798 Net Benefit -23.826.865 -444.262 13.841.202 24.146.202 24.281.202 24.146.202 22.106.202 24.146.202 24.281.202 24.146.202 34.281.202 Discount Factor 12,5% 1 0,888888889 0,790123457 0,702331962 0,624295077 0,554928957 0,493270184 0,438462386 0,389744343 0,346439416 0,307946148 Present Value (DF 12,5%) -23.826.865 -394.900 10.936.258 16.958.649 15.158.635 13.399.427 10.904.330 10.587.201 9.463.461 8.365.196 10.556.764

NPV 82.108.158

IRR 53,98%

Net B/C 4,45


(4)

Lampiran 2. Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan Dengan Luas Lahan Satu Hektar) Apabila Terjadi Penurunan Harga Getah Gambir Kering Sebesar 60 Persen

Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. INFLOW

1. Kuantitas 0 300 1.200 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500

2. Harga 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000

A. Pendapatan Penjualan 0 5.400.000 21.600.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000

B. Nilai Sisa 10.000.000

TOTAL INFLOW 0 5.400.000 21.600.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 37.000.000

II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Investasi Tanaman

a. Lahan 10.000.000

b. Pembibitan 241.250

c. Pembukaan Lahan 886.500

d. Penanaman 780.000

2. Investasi Non Tanaman

a. Saung 1.500.000 1.500.000

b. Tungku 300.000

c. Kuali (60 Liter) 500.000 500.000

d. Pasu Panjang 300.000

e. Pasu Pendek 700.000

f. Saringan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

g. Kandil 20.000 20.000

h. Lampiung 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

i. Keranjang 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

j. Pressan 300.000

k. Bak Cetakan 150.000

l. Irap 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

m. Pisau Panen 30.000 30.000

n. Mistar 25.000 25.000

o. Pisau Iris 100.000 100.000

p. Pengaduk 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

B. Biaya Operasional 1. Pemeliharaan Kebun

a. Penyiangan 1.901.200 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800

2. Pengolahan

a. Tenaga Pengolah 6.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000

b. Kayu Bakar 728.270 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810

c. Sewa Mesin 1.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

TOTAL OUTFLOW 15.967.750 9.629.470 26.036.610 26.171.610 26.036.610 26.171.610 28.211.610 26.171.610 26.036.610 26.171.610 26.036.610

Net Benefit -15.967.750 -4.229.470 -4.436.610 828.390 963.390 828.390 -1.211.610 828.390 963.390 828.390 10.963.390

Discount Factor 12,5% 1 0,888888889 0,790123457 0,702331962 0,624295077 0,554928957 0,493270184 0,438462386 0,389744343 0,346439416 0,307946148

Present Value (DF 12,5%) -15.967.750 -3.759.529 -3.505.470 581.805 601.440 459.698 -597.651 363.218 375.476 286.987 3.376.134

NPV -17.785.643

IRR -5,67%


(5)

Lampiran 3. Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan dengan Luas Lahan Satu Hektar) Apabila Terjadi Kenaikan Harga Kayu Bakar Sebesar 50 Persen

Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. INFLOW

1. Kuantitas 0 300 1.200 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500

2. Harga 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800

A. Pendapatan Penjualan 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000

B. Nilai Sisa 10.000.000

TOTAL INFLOW 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 62.200.000

II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Investasi Tanaman

a. Lahan 10.000.000

b. Pembibitan 241.250

c. Pembukaan Lahan 886.500

d. Penanaman 780.000

2. Investasi Non Tanaman

a. Saung 1.500.000 1.500.000

b. Tungku 300.000

c. Kuali (60 Liter) 500.000 500.000

d. Pasu Panjang 300.000

e. Pasu Pendek 700.000

f. Saringan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

g. Kandil 20.000 20.000

h. Lampiung 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

i. Keranjang 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

j. Pressan 300.000

k. Bak Cetakan 150.000

l. Irap 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

m. Pisau Panen 30.000 30.000

n. Mistar 25.000 25.000

o. Pisau Iris 100.000 100.000

p. Pengaduk 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

B. Biaya Operasional 1. Pemeliharaan Kebun

a. Penyiangan 1.901.200 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800 2.851.800

2. Pengolahan

a. Tenaga Pengolah 6.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000

b. Kayu Bakar 1.092.405 3.277.215 3.277.215 3.277.215 3.277.215 3.277.215 3.277.215 3.277.215 3.277.215 3.277.215

c. Sewa Mesin 1.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

TOTAL OUTFLOW 15.967.750 9.993.605 27.129.015 27.264.015 27.129.015 27.264.015 29.304.015 27.264.015 27.129.015 27.264.015 27.129.015 Net Benefit -15.967.750 446.395 14.630.985 24.935.985 25.070.985 24.935.985 22.895.985 24.935.985 25.070.985 24.935.985 35.070.985 Discount Factor 12,5% 1 0,888888889 0,790123457 0,702331962 0,624295077 0,554928957 0,493270184 0,438462386 0,389744343 0,346439416 0,307946148 Present Value (DF 12,5%) -15.967.750 396.796 11.560.284 17.513.339 15.651.693 13.837.700 11.293.907 10.933.491 9.771.275 8.638.808 10.799.975

NPV 94.429.518

IRR 74,31%


(6)

Lampiran 4. Cash Flow Usahatani Gambir (Satu Unit Pengolahan Dengan Luas Lahan Satu Hektar) Apabila Terjadi Kenaikan Biaya Tenaga Kerja Sebesar 25 Persen

Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. INFLOW

1. Kuantitas 0 300 1.200 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500

2. Harga 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800 34.800

A. Pendapatan Penjualan 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000

B. Nilai Sisa 10.000.000

TOTAL INFLOW 0 10.440.000 41.760.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 62.200.000

II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Investasi Tanaman

a. Lahan 10.000.000

b. Pembibitan 301.563

c. Pembukaan Lahan 1.074.375

d. Penanaman 975.000

2. Investasi Non Tanaman

a. Saung 1.500.000 1.500.000

b. Tungku 300.000

c. Kuali (60 Liter) 500.000 500.000

d. Pasu Panjang 300.000

e. Pasu Pendek 700.000

f. Saringan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

g. Kandil 20.000 20.000

h. Lampiung 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

i. Keranjang 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

j. Pressan 300.000

k. Bak Cetakan 150.000

l. Irap 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

m. Pisau Panen 30.000 30.000

n. Mistar 25.000 25.000

o. Pisau Iris 100.000 100.000

p. Pengaduk 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

B. Biaya Operasional 1. Pemeliharaan Kebun

a. Penyiangan 2.376.500 3.564.750 3.564.750 3.564.750 3.564.750 3.564.750 3.564.750 3.564.750 3.564.750 3.564.750

2. Pengolahan

a. Tenaga Pengolah 7.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000

b. Kayu Bakar 728.270 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810 2.184.810

c. Sewa Mesin 1.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

TOTAL OUTFLOW 16.410.938 11.604.770 31.249.560 31.384.560 31.249.560 31.384.560 33.424.560 31.384.560 31.249.560 31.384.560 31.249.560 Net Benefit -16.410.938 -1.164.770 10.510.440 20.815.440 20.950.440 20.815.440 18.775.440 20.815.440 20.950.440 20.815.440 30.950.440 Discount Factor 12,5% 1 0,888888889 0,790123457 0,702331962 0,624295077 0,554928957 0,493270184 0,438462386 0,389744343 0,346439416 0,307946148 Present Value (DF 12,5%) -16.410.938 -1.035.351 8.304.545 14.619.349 13.079.257 11.551.090 9.261.365 9.126.787 8.165.315 7.211.289 9.531.069

NPV 73.403.778

IRR 60,47%