Tujuan Manfaat Gambaran Umum Usahatani Gambir

3. Bagaimana tingkat kepekaan sensitivitas dari usahatani Gambir apabila terjadi penurunan harga output dan kenaikan biaya operasional pengolahan?

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji keragaan usahatani Gambir di lokasi penelitian 2. Menganalisis kelayakan finansial usahatani Gambir di lokasi penelitian 3. Menganalisis tingkat kepekaan sensitivitas dari usahatani Gambir apabila terjadi penurunan harga output dan kenaikan biaya operasional pengolahan

1.4. Manfaat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi : 1. Petani, pengusaha, serta pihak lain yang ingin menjalankan usaha budidaya Gambir. 2. Penulis, sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam disiplin ilmu. 3. Pembaca, sebagai bahan informasi dan pengetahuan. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Usahatani Gambir

Gambir Uncaria gambir merupakan tanaman daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam famili Rubiaceae, kegunaannya antara lain adalah untuk zat pewarna dalam industri batik, industri penyamak kulit, ramuan makan sirih, sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, sebagai penjernih pada industri air, serta sebagai bahan baku pembuatan permen dalam acara adat di India Zamarel dan Risfaeri,1991; Susilobroto, 2000. Menurut Haviland, famili Rubiaceae ini terdiri atas 34 genus, diantaranya satu genus terdapat di Afrika, 2 genus di Amerika, dan selebihnya di daerah tropis Asia yang sebagian besar terdapat di kepulauan Indonesia. Tanaman ini telah dibudidayakan semenjak beberapa abad ini di daerah paling basah di Sumatera, Kalimantan, Malaysia, dan ujung barat pulau Jawa. Saat ini, sebagian besar produksi gambir berasal dari Sumatera Barat, dan sebagian kecil dari Sumatera Selatan dan Bengkulu. Gambir termasuk tanaman perdu, berdaun lebat dan tumbuhnya tanpa penunjang, pohonnya tumbuh agak melengkung dengan tinggi sekitar 1,5 sampai 2 meter. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai pada daerah yang mempunyai ketinggian tempat 800 meter dari permukaan laut dpl, tipe iklim B2 menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, curah hujan optimum 2.500 sampai 3.000 mm setiap tahunnya, dengan maksimum 400-450 mm di bulan basah dan minimum 100-120 mm di bulan-bulan kering. Tanaman ini merupakan tanaman spesifik lokasi, dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi lahan dengan jenis tanah podsolik merah kuning sampai merah kecoklatan. Selain itu, pertumbuhan tanaman gambir akan lebih baik apabila lahan tersebut tidak mudah tergenang oleh air, karena tanaman gambir tidak tahan dengan air yang akan menggenangi perakarannya. Suhu udara yang dikehendaki atau cocok untuk tanaman ini antara 18 – 29 o C, selain itu tanaman ini juga menghendaki suatu daerah yang memiliki intensitas sinar matahari yang besar dan curah hujan yang merata sepanjang tahunnya Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin, 1994. Dalam Brosur Budidaya dan Pengolahan Tanaman Gambir Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2002 dijelaskan mengenai tata cara dan proses penanaman gambir yaitu : perbanyakan tanaman, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil panen, serta pengolahan hasil. Perbanyakan tanaman gambir biasanya dilakukan dengan stek dan menggunakan biji, dan biasanya petani lebih suka menggunakan bibit jenis biji daripada stek. Perbanyakan tanaman gambir yang berasal dari stek masih jarang dilakukan oleh para petani karena mereka belum memiliki keterampilan yang cukup dalam melakukannya, sehingga persentase bibit yang tumbuh masih sangat kecil, padahal perbanyakan bibit dengan menggunakan stek dapat membantu mempercepat pengadaan bibit yang siap untuk ditanam di lapangan karena dengan menggunakan stek pertumbuhan bibit akan lebih cepat. Selain itu, bibit hasil stek memiliki kualitas yang lebih baik daripada bibit jenis biji Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 1997. Kegiatan penanaman dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : penentuan jarak tanam, pengajiran, pembuatan lubang tanam, serta penanaman. Sebelum penanaman bibit dilaksanakan, lahan dibersihkan dari kayu-kayu dan rerumputan. Kemudian, dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Menurut penelitian di kebun percobaan Laing Solok, Siguntur Pesisir Selatan, dan Halaban Lima Puluh Kota menunjukkan bahwa jarak tanam 2 m x 2 m dengan populasi 2.500 tanaman per ha dapat memberikan produksi yang paling tinggi Idris, Hasan, dan Nurmansyah, 1996. Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan dalam beberapa tahap yaitu ; penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Hasil penelitian Daswir et al, 1993 menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk NPK 15 : 15 : 15 didapat hasil daun dan ranting gambir sebanyak 5-6 kgrumpun. Total hasil panen tanaman gambir yang dipupuk adalah 14.365 kg daun dan ranting muda tanaman gambirha, sedangkan untuk tanaman yang tidak diberikan pupuk hanya menghasilkan sebanyak 7.425 kgha. Untuk tanaman tua umur 10 tahun ke atas pemberian pupuk buatan harus diiringi dengan pemberian pupuk organik. Pada Tabel 4 dapat dilihat dosis beberapa jenis pupuk pada tanaman gambir. Tabel 4 Pemberian Pupuk Buatan hatahun Pada Tanaman Gambir Sesuai Dengan Umur Tanaman No Umur Urea kg TSP kg KCl kg 1. 1 – 2 32,50 25 32,50 2. 3 – 4 65,00 50 65,00 3. 5 – 6 97,00 75 97,00 4. 7 – 8 130,00 100 130,00 5. 9 – 10 162,00 125 162,00 6. 10 195,00 150 195,00 Sumber : Daswir et al, 1993 Kegiatan pemungutan hasil panen biasanya dilakukan pada saat tanaman tersebut berumur 1,5 tahun setelah tanam dengan cara memotong ranting bersama daunnya sepanjang lebih kurang 50 cm atau pada jarak 5 – 15 cm dari pangkal cabang tanaman, dimaksudkan agar pertumbuhan tunas baru yang akan dipanen berikutnya dapat tumbuh lebih baik. Tanda-tanda tanaman sudah dapat dipanen yaitu; 1 Daun sudah bewarna hijau mudatua atau berwarna kuning kecoklatan dan apabila dirasakan dengan tangan sudah agak keras. 2 Ranting bewarna hijau kecoklatan dan coklat muda. 3 Daun bila diremas sedikit saja dengan tangan sudah mengeluarkan getah. Pemetikan ranting dan daun yang terlalu muda atau terlalu tua akan menghasilkan kadar catechine yang rendah, sehingga akan menghasilkan gambir dengan mutu yang rendah pula. Mutu gambir juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan ranting dan daun yang dipetik Depperindag Provinsi Sumatera Barat, 1998. Tanaman gambir dapat dipanen sebanyak 2 kali dalam setahun dengan selang waktu 6 bulan. Panen pertama pada saat tanaman berumur 1,5 tahun, namun hasilnya masih relatif rendah yaitu sekitar 2.000 kg basah atau 100 kgha gambir kering. Panen kedua pada saat tanaman berumur 2 tahun produksinya meningkat dua kali lipat, panen ketiga pada saat tanaman berumur 2,5 tahun produksi meningkat tiga kali lipat daripada panen pertama , dan pada panen keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya produksi sama yaitu sebesar 7.500 kg basah atau 375 kgha gambir kering dalam setiap kali panen, seperti yang terlihat pada Tabel 5. Tabel 5 Produksi Daun dan Ranting Muda Pada Beberapa Tingkat Umur Per Hektar Per Panen. Umur Tanaman tahun Produksi Basah kg Gambir Kering kg 1,5 2.000 100 2 4.000 200 2,5 6.000 300 3 dst 7.500 375 Dalam usahatani gambir tersebut kegiatan pengolahan hasil merupakan salah satu tahap yang sangat penting, karena tahap inilah yang akan sangat menentukan besar kecilnya perolehan hasil baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada prinsipnya kegiatan pengolahan hasil terdiri dari beberapa tahapan kerja yang meliputi perebusan bahan mentah, pengempaan, pengendapan, penirisan, percetakan, dan pengeringan Yuhono, 2003. Proses pengolahan hasil tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pengolahan yang sederhana, berupa kempa atau kampo yang terbuat dari dua bilah kayu besar berbentuk huruf V dengan panjang kayu sekitar 3 meter. Selain memberikan hasil yang relatif bermutu rendah serta membutuhkan waktu yang relatif lama, operasionalisasi alat ini cukup sulit karena membutuhkan tenaga yang besar terutama dalam pengangkatan palu seberat 15 kg Yuhono, 2003.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu