PENDAHULUAN A. Analisis efisiensi rantai pasokan komoditas bawang merah (Studi kasus di Kotamadya Bogor)

I. PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Bawang Merah bersama sebelas komoditas lain seperti beras, ketan, jagung, kelapa, kakao, temulawak, manggis, jarak pagar, ubi kayu, jeruk dan sapi merupakan komoditas unggulan yang diprioritaskan dalam rencana pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian periode 2005-2009. Rencana pengembangan agribisnis bawang merah salah satunya diprioritaskan pada penanganan pasca panen dan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah. Hal ini dilakukan karena bawang merah merupakan salah satu sumber pendapatan petani maupun ekonomi negara. Meskipun harga di pasaran sering berfluktuasi tajam, usaha bawang merah tetap menjadi andalan petani terutama di musim kemarau dan menghasilkan keuntungan yang memadai. Permintaan bawang merah terus meningkat, tidak hanya di pasar dalam negeri, tetapi berpeluang juga untuk ekspor Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2006. Bawang merah memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai bumbu penyedap rasa masakan. Menurut Rahayu dan Berlian 1998, adanya kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam bawang merah menimbulkan aroma khas dan memberikan cita rasa yang gurih serta mengundang selera. Disamping itu, kandungan minyak atsiri juga berfungsi sebagai pengawet karena bersifat bakterisida dan fungisida untuk bakteri dan cendawan. Manfaat lain yang diperoleh dari bawang merah yaitu dapat digunakan sebagai obat tradisional. Dalam bawang merah terkandung flavon-glikosida yang berfungsi sebagai antiradang, dan pembunuh bakteri. Kandungan lain yaitu saponin, berkhasiat untuk mengencerkan dahak. Bawang merah juga memiliki khasiat menurunkan panas, menghangatkan badan, memudahkan pengeluaran angin dari perut, melancarkan pengeluaran air seni, dan mencegah penggumpalan darah. Selain itu, tanaman ini juga mampu menurunkan kolesterol dan kadar gula, menghambat penumpukkan trombosit, serta meningkatkan aktifitas fibrinolitik sehingga dapat memperlancar aliran darah. Bawang merah juga mampu memobilisasi kolesterol dari tempat penimbunannya. Adanya pengaruh semacam ini menyebabkan bawang merah mampu menekan penyakit kencing manis dan kemungkinan komplikasinya. Menurut hasil penelitian terakhir, bawang merah bisa mencegah kanker karena kandungan sulfurnya Republika Online, 2004. Kebutuhan bawang merah terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan daya beli. Tetapi terdapat beberapa kendala dalam usaha bawang merah. Salah satu kendala utama adalah terjadinya fluktuasi harga yang tidak menentu. Turun naiknya harga tidak dapat dipastikan, tergantung dari kondisi pasar. Setiap daerah umumnya memiliki kondisi pasar yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan perbedaan harga antara daerah satu dengan lainnya. Salah satu sebab dari masalah ini adalah adanya ketergantungan produksi terhadap musim. Pada musim panen jumlah produksi melimpah, sedangkan pada musim paceklik terjadi sebaliknya. Jumlah produksi yang melimpah akan menyebabkan turunnya harga dipasaran karena tingkat penawaran yang lebih besar dari permintaan. Keadaan akan berubah sebaliknya jika jumlah produksi lebih rendah dari yang dibutuhkan sehingga mengakibatkan harga naik. Melihat hal ini serta pertimbangan bawang merah merupakan produk yang mudah rusak perishable, maka pendirian industri berbasis komoditas bawang merah memiliki prospek yang cukup tinggi. Bawang merah dapat diolah sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai tambah. Hal ini sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bawang merah dan menghindari fluktuasi harga yang disebabkan produksi yang tidak menentu. Selain dijual dalam bentuk bawang segar, berbagai produk olahan dapat dihasilkan dari komoditas bawang. Dalam industri makanan, umbi bawang merah sering diolah sehingga mempunyai nilai tambah seperti irisan kering, bawang goreng, bubuk bawang merah, oleoresin, minyak bawang, acar, dan pasta. Keadaan geografis kota Bogor yang berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang berdekatan dengan ibukota negara, menjadikan Kota Bogor sebagai tempat yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan industri. Kebutuhan bawang merah di Kota Bogor tidak dapat 2 dipenuhi secara mandiri sehingga penyediaan bawang merah harus dipasok dari daerah lain. Oleh karena itu, untuk mendirikan atau mengembangkan industri berbasis bawang merah di Kota Bogor, memerlukan pertimbangan yang cermat dari segi sistem dan ketersediaan komoditas ini. Supply Chain Management SCM merupakan salah satu cara baru dalam memandang mata rantai penyediaan barang, dimana masalah logistik dilihat sebagai rangkaian yang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir. Simchi-Levi, et al. 2003 mendefinisikan SCM sebagai serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Dengan demikian sistem ketersediaan produk yang didapat dari berbagai pemasok Supplier pada komoditas bawang merah merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dijadikan dasar penelitian dengan menggunakan pendekatan SCM. Pendekatan ini ditujukan untuk pengelolaan dan pengawasan hubungan saluran distribusi secara kooperatif untuk kepentingan semua pihak yang terlibat, untuk mengefisienkan penggunaan sumberdaya dalam mencapai tujuan kepuasan konsumen rantai pasokan. Pertimbangan rancangan supply chain meliputi pengelolaan bagian hulu dan hilir rantai pasokan. Bagian hulu rantai pasokan terdiri dari proses- proses yang berlangsung antara pemasok dan pihak pabrik. Pertimbangan rancangan hulu rantai pasokan perlu memperhatikan dukungan pasokan bahan baku. Analisis efisiensi rantai pasokan bawang meah di Kota Bogor diharapkan dapat memberikan gambaran ketersediaan pasokan bawang merah sebagai pertimbangan pengelolaan supply chain bagi industri pengolah bawang merah. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak pengelola pasar untuk mengadakan sistem pemasokan yang lebih efisien. 3

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis pengelolaan rantai pasokan Supply Chain komoditas bawang merah di Kota Bogor. 2. Menganalisis efisiensi saluran rantai pasokan bawang merah di Kota Bogor.

C. Ruang Lingkup

Masalah khusus ini mempelajari dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh pada mekanisme rantai pasokan komoditas bawang merah yang masuk ke Kota Bogor dengan memperhatikan pelaku-pelaku yang berperan di dalamnya seperti pedagang di pasar induk, pedagang di pasar tradisional dan instansi-instansi yang terkait. Biaya-biaya yang dianalisis adalah biaya yang terkait dengan pemasaran komoditas bawang merah guna menentukan tingkat efisiensi jaringan distribusi yaitu dengan menganalisis marjin pemasaran. Selain itu, biaya-biaya pemasaran juga digunakan untuk mencari solusi optimal yang akan menghasilkan rancangan alokasi bawang merah dengan biaya terendah di Kota Bogor. Aktivitas anggota rantai pasokan yang dianalisis khususnya adalah yang dilakukan oleh anggota primer. Wilayah pasar yang dianalisis adalah wilayah pemasaran di Kota Bogor. Data dan informasi yang diperoleh berasal dari pedagang di Pasar Induk Kemang, Pasar Baru Bogor, Pasar Warung Jambu, Pasar Kebon Kembang, Pasar Merdeka, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu, Pasar Padasuka, pengirim bawang merah, Departemen Pertanian, Dinas Pertanian, Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, Direktorat Bina Produksi Hortikultura, Biro Pusat Statistik dan studi literatur. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A.