Kegiatan pengelolaan pasar antara lain adalah pengelolaan jual beli, penyewaan kios dan gudang, pemeliharaan kebersihan dan keamanan,
penarikan retribusi serta pengawasan harga bahan makanan dan komoditas pokok. Penarikan retribusi dilakukan dengan cara menjual karcis kepada para
pedagang baik yang memiliki atau menyewa kios maupun para pedagang yang memiliki lapak serta wilayah pinggiran jalan pasar.
B. Konsumsi dan Kebutuhan Bawang Merah
Tabel 7 memperlihatkan perkembangan konsumsi total bawang merah
di Indonesia tahun 1995 – 2000. Dari tahun 1995 – 1998 konsumsi bawang merah meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,54. Pada tahun
1999, konsumsi bawang merah mengalami penurunan sebesar 17,17 dari tahun sebelumnya. Namun, meningkat lagi pada tahun berikutnya sebesar
1.45.
Tabel 7. Perkembangan konsumsi total bawang merah di Indonesia tahun 1995 – 2000
Tahun Konsumsi
ribu ton Besar Perubahan
1995 328,7 - 1996 388,8 1,59
1997 394,7 1,52 1998 400,7 1,52
1999 331,9
17,17 2000 336,7 1,45
Keterangan : Penurunan Sumber
: Direktorat Bina Produksi Hortikultura 2003
Permintaan bawang merah berasal dari dalam dan luar negeri. Permintaan dalam negeri digunakan oleh rumahtangga, industri maupun
instansi hotel dan restoran. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya
belinya. Selain itu, peningkatan konsumsi juga disebabkan oleh meningkatnya ragam masakan yang menggunakan bawang merah,
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap nilai guna dan nilai gizi, serta peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.
40
Berdasarkan sumber dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Disperindagkop Kota Bogor diperoleh ramalan mengenai tingkat
konsumsi rumah tangga Kota Bogor terhadap bawang merah yang disajikan pada Tabel 8. Tabel tersebut menunjukkan bahwa setiap bulannya kebutuhan
bawang merah terus mengalami peningkatan. Tabel 8. Konsumsi bawang merah Kota Bogor selama tahun 2006
Bulan Konsumsi ton
Januari 250 Februari 250
Maret 325 April 325
Mei 300 Juni 300
Juli 250 Agustus 250
September 375 Oktober 375
November 250 Desember 350
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor 2007
C. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan
Anggota rantai pasokan dalam pemasaran komoditas bawang merah meliputi pelaku dan organisasi yang berhubungan dengan komoditas bawang
merah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui supplier atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption.
C.1. Anggota Primer Primary Members
Anggota primer adalah semua unit bisnis strategi yang benar- benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses
bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar. Yang termasuk anggota primer dalam rantai
pasokan komoditas bawang merah di Kota Bogor, antara lain :
1. Pengirim
Pengirim merupakan lembaga pemasaran yang memiliki peranan besar dalam rantai pasokan bawang merah di Kota Bogor.
Setiap harinya pengirim yang berasal dari daerah di Jawa Tengah atau
41
Jawa Timur memasok bawang merah ke Pasar Induk Kemang. Bawang merah ini biasanya didapat pengirim dari pengumpul yang
berada di sentra produksi bawang merah.
2. Pedagang Besar
Pedagang besar dalam rantai pasokan komoditas bawang merah adalah pedagang yang membeli bawang merah dalam jumlah
besar dari pengirim untuk kemudian dijual kembali kepada pedagang pengecer. Tidak semua pedagang besar di Kota Bogor memperoleh
bawang merah dari pengirim. Ada juga pedagang besar yang membeli komoditas ini langsung dari pedagang grosir di Pasar Induk
Cibitung, Bekasi. Pedagang besar di Kota Bogor hanya terdapat di Pasar Induk Kemang dan Pasar Baru. Dari pedagang besar ini,
bawang merah disalurkan ke pasar-pasar lokal yang ada di Kota Bogor maupun di luar Kota Bogor seperti pasar-pasar di wilayah
Kabupaten Bogor, Sukabumi bahkan Jakarta.
3. Pedagang pengecer
Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli bawang merah dari pedagang besar dalam jumlah yang relatif kecil untuk
kemudian dijual kembali ke konsumen.
4. Industri pengolah bawang merah
Industri pengolah bawang merah yang ada di Kota Bogor sulit diidentifikasi karena industri ini masih bersifat industri kecil yang
tidak terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Industri pengolahan bawang merah yang berhasil
ditemui oleh peneliti yaitu industri bawang goreng dan tepung bawang. Industri ini umumnya memperoleh bawang merah dari
pedagang besar di Pasar Induk Kemang.
C.2. Anggota Sekunder Secondary Members
Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi
anggota primer. Yang termasuk ke dalam anggota sekunder pada rantai pasokan bawang merah adalah lembaga pengangkutan yang bergerak di
42
bidang jasa transportasi, produsen kemasan, buruh angkut, produsen atau pedagang mesin pengiris bawang.
C.3. Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan Bawang Merah
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh anggota primer rantai pasokan bawang merah dapat dilihat pada Tabel 9. Pengirim
memperoleh bawang merah dari pengumpul yang berada di sentra produksi komoditi ini. Bawang merah yang diperoleh sudah dalam
keadaan kering tanpa daun dan dikemas menggunakan karung anyaman plastik berlubang waris dengan berat masing-masing 120 kg. Bawang
merah tersebut kemudian dikirim ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bekasi, Tanggerang, Bogor dan daerah lainnya. Bawang merah yang
berasal dari pengirim masuk ke Kota Bogor melalui Pasar Induk Kemang. Aktivitas yang dilakukan oleh pengirim bawang merah ini
antara lain aktivitas penjualan, pembelian, pengangkutan dan informasi pasar.
Tabel 9. Aktivitas anggota primer rantai pasokan bawang merah di kota Bogor
Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan
Pengirim Pedagang
Besar Pengecer Industri
Pertukaran Penjualan
Pembelian x
x x
x x
x x
x Fisik
Pengangkutan Penyimpanan
Pengemasan x
- -
x- x-
x x
x- x
x x
x Fasilitas
Sortasi Grading
Pengolahan Informasi Pasar
- -
- x
x x-
- x
x -
x- x
x -
x x
Keterangan :
x dilakukan
- tidak dilakukan x- dilakukan oleh sebagian anggota
43
Selain memperoleh bawang merah dari pengirim, pedagang besar di Pasar Induk Kemang ada yang membeli langsung dari pedagang grosir
di Pasar Induk Cibitung, Bekasi. Hal ini juga dilakukan oleh pedagang besar di Pasar Baru Bogor. Pedagang besar di kedua pasar ini langsung
mendatangi pedagang grosir untuk mendapatkan bawang merah. Terdapat beberapa perbedaan aktivitas yang dilakukan antara
pedagang besar yang langsung dikirim oleh pengirim dengan pedagang besar yang membeli bawang merah dari pedagang grosir. Salah satu
perbedaannya yaitu pada aktivitas pengangkutan. Pedagang besar yang membeli bawang merah dari pengirim tidak melakukan aktivitas
pengangkutan karena bawang merah langsung dikirim oleh pengirim ke pasar pembeli, sedangkan pedagang besar yang membeli bawang merah
dari pedagang grosir melakukan aktivitas pengangkutan dari Pasar Induk Cibitung ke pasar tempat pedagang besar berjualan.
Sebelum dijual ke pedagang pengecer atau industri, pedagang besar melakukan sortasi untuk memisahkan antara bawang merah yang
baik mutunya dengan bawang merah yang sudah busuk. Grading dilakukan apabila ada permintaan dari pembeli. Bawang merah yang
dijual dikemas dalam karung anyaman plastik berlubang atau menggunakan plastik biasa dengan bobot sesuai permintaan pembeli.
Aktivitas penyimpanan jarang dilakukan oleh pedagang besar karena biasanya bawang merah habis terjual pada hari yang sama dengan
pembeliannya. Jika tidak habis terjual, pedagang besar menyimpan langsung di kios tempat mereka berjualan.
Pedagang pengecer dan industri yang ada di Kota Bogor membeli bawang merah dari pedagang besar. Pedagang pengecer mendatangi
langsung pedagang besar untuk mendapatkan bawang merah, sedangkan industri biasanya melakukan pemesanan melalui telepon dan akan segera
dikirim oleh pedagang besar. Aktivitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer antara lain
penjualan, pembelian, pengangkutan, pengemasan, sortasi, dan informasi pasar. Aktivitas penyimpanan dan pengolahan dilakukan pada saat-saat
44
tertentu. Sedangkan aktivitas yang dilakukan oleh industri antara lain penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan,
sortasi, pengolahan, dan informasi pasar. Pada aktivitas pertukaran, harga yang ditawarkan kepada
konsumen dalam hal ini pedagang pengecer dan industri pegolahan bawang merah oleh pedagang besar di pasar induk dapat berbeda
tergantung dari volume pembelian. Harga beli bawang merah secara eceran dengan pembelian dalam skala kuintal atau ton dapat berbeda
sekitar Rp 500,00 – Rp 700,00 per kg. Hal ini tentunya dapat mengurangi biaya bahan baku bagi industri pengolahan bawang merah.
D. Konfigurasi Jaringan Logistik
D.1. Pola Aliran Rantai Pasokan
Aliran komoditas bawang merah di Kota Bogor, melibatkan beberapa pihak sebagai mata rantai dari rantai pasokan. Anggota rantai
pasokan yang terlibat antara lain pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, industri dan konsumen rumah tangga.
Aliran pasokan bawang merah di Kota Bogor dimulai dari pengirim yang berasal dari daerah-daerah di Jawa. Pasokan bawang
merah yang berasal dari Cirebon, Demak, Bantul, Probolinggo, Sukomoro, Banyuwangi dan daerah lain sangat tergantung pada musim.
Daerah-daerah tersebut memasok bawang merah hanya pada saat musim panen, sedangkan Brebes yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi
bawang merah dapat memasok bawang merah setiap hari. Hal ini disebabkan oleh produksi bawang merah di Brebes yang terjadi
sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Selain itu, Brebes juga menerima pasokan dari daerah lain sehingga persediaan bawang
merah di daerah tersebut selalu tersedia. Bawang merah dari daerah Bandung dan Cianjur jarang dipasarkan di Kota Bogor karena bawang
merah dari daerah-daerah ini kurang diminati oleh konsumen di Bogor. Selain pasokan dari daerah-daerah di Jawa, pasokan bawang
merah dapat juga berasal dari luar negeri. Bawang merah impor ini
45
masuk ke Bogor jika harga pasaran bawang merah lokal tinggi. Walaupun harga pasaran bawang merah impor lebih rendah dibandingkan
bawang merah lokal, konsumen di Bogor kurang menyukai varietas impor. Hal ini antara lain disebabkan oleh aroma varietas lokal lebih
tajam dibandingkan varietas impor. Pengirim mendatangi langsung pedagang besar yang ada di Pasar
Induk Kemang. Masing-masing pedagang besar umumnya telah memiliki pemasok tetap. Selain mendapat kiriman langsung dari
pengirim, ada juga pedagang besar yang membeli bawang merah dari Pasar Induk Cibitung, Bekasi. Pedagang besar yang membeli dari Pasar
Induk Cibitung tidak hanya pedagang besar di Pasar Induk Kemang, tetapi juga pedagang besar di Pasar Baru. Setiap pedagang besar
membeli bawang merah sekitar 2 – 5 ton per hari. Namun pada saat-saat tertentu seperti menjelang hari raya, jumlah yang dibeli oleh pedagang
besar dapat mencapai dua kali lipat dari hari biasa. Bawang merah ini tidak hanya disalurkan ke wilayah Kota Bogor saja, tetapi disalurkan juga
ke beberapa pasar diluar Kota Bogor. Pedagang-pedagang pengecer yang berada di wilayah Kota Bogor
membeli bawang merah dari pedagang besar yang berada di Pasar Induk Kemang dan Pasar Baru. Pedagang pengecer tidak selalu membeli
bawang merah dari pedagang besar yang sama setiap harinya, tergantung dari harga yang ditawarkan oleh masing-masing pedagang besar. Rata-
rata pedagang pengecer membeli bawang merah antara 6 – 60 kg per hari. Dari pedagang pengecer ini, bawang merah akhirnya sampai ke tangan
konsumen. Industri yang terdapat di Kota Bogor yang berhasil ditemui
peneliti, satu industri berada di Kecamatan Bogor Utara dan dua industri berada di Kecamatan Bogor Timur. Industri ini berskala kecil dan tidak
memiliki merek dagang. Industri yang berada di Kecamatan Bogor Utara mengolah bawang merah menjadi bawang goreng dan tepung bawang.
Sedangkan industri yang berada di Kecamatan Bogor Timur, keduanya mengolah bawang merah menjadi bawang goreng. Dari hasil
46
wawancara, diketahui bahwa industri pengolahan bawang merah ini memperoleh pasokan dari Pasar Induk Kemang. Umumnya industri ini
telah menjalin kemitraan dengan pedagang besar sehingga memiliki pemasok yang tetap.
D.2. Metode Transportasi dan Penyimpanan
Transportasi pada rantai pasokan bawang merah di Kota Bogor terdiri dari transportasi dari pengirim ke pedagang besar, transportasi
pedagang besar di Kota Bogor yang mendatangi grosir di pasar Induk Cibitung serta transportasi pedagang pengecer dari pedagang besar.
Transportasi bawang merah dari pengirim bawang merah ke pedagang besar di Kota Bogor dilakukan dengan menggunakan truk yang
berkapasitas mengangkut bawang merah sebanyak 6 ton per truk. Pedagang besar yang mendatangi grosir di Pasar Induk Cibitung
menggunakan mobil pick up. Kapasitas mobil pick up untuk mengangkut bawang merah sekitar 2 ton atau 17 karung besar dengan berat masing-
masing 120 kg per karung. Pengangkutan dari pedagang besar ke pedagang pengecer ada yang menggunakan mobil pick up dan ada juga
yang menggunakan angkutan umum. Biaya yang dianggarkan untuk mengangkut bawang merah
berbeda-beda untuk setiap tujuan. Biaya transfer dari pengirim ke pedagang besar di Pasar Induk Kemang ditanggung oleh pengirim,
sedangkan biaya transfer pedagang besar di Pasar Induk Kemang dan Pasar Baru yang membeli bawang merah dari Pasar Induk Cibitung
menjadi tanggungan pedagang besar itu sendiri dengan biaya transportasi berkisar antara Rp 170,00 – Rp 220,00 per kg. Biaya transportasi dari
pedagang besar ke pedagang pengecer di Kota Bogor mengeluarkan biaya antara Rp 40,00 – Rp 210,00 per kg.
Pedagang besar di Bogor jarang melakukan fungsi penyimpanan dikarenakan bawang merah tersebut diusahakan harus habis dalam satu
hari. Namun jika tidak habis, bawang merah ini disimpan langsung di kios tempat pedagang besar berjualan karena mereka tidak memiliki
gudang penyimpanan sehingga pedagang tidak perlu mengeluarkan biaya
47
penyimpanan. Jika kondisi bawang merah yang tidak habis dalam satu hari ini masih dalam kondisi baik, pedagang besar menjual dengan harga
yang berlaku di pasaran. Sedangkan jika kondisi bawang merah ini tidak baik, maka harga yang ditawarkan ke konsumen akan lebih rendah dari
harga pasaran yang berlaku. Biasanya harga bawang merah ini akan diturunkan 5 dari harga pasaran. Untuk menjaga agar kondisi bawang
merah ini tetap kering, pedagang besar menggelar bawang merah dan mengeringkannya menggunakan kipas angin listrik. Tetapi jika cuaca
mendukung, pedagang besar akan menjemurnya di bawah sinar matahari langsung.
Hal yang sama pun dilakukan oleh pedagang pengecer. Jika bawang merah yag mereka beli tidak laku dalam waktu satu hari, mereka
melakukan penyimpanan di kios. Bawang merah tersebut disimpan pada tempat terbuka yang kering agar mutunya dapat terjaga dengan baik.
D.3. Penyebaran Pasokan Bawang Merah
Gambar 4. Sumber dan penyebaran pasokan bawang merah per bulan di Kota Bogor
Seperti telah dikemukakan diawal, pasokan bawang merah yang masuk ke Kota Bogor berasal dari luar daerah Bogor. Bawang merah ini
dipasok melalui dua cara yaitu langsung dikirim oleh pengirim atau
Pengirim 510 ton 61,82
Cibitung 315 ton 38,18
Pasokan ke Kota Bogor
825 ton Industri
bawang goreng tepung bawang
11,3 ton 1,37 Pasar-Pasar di Kota
Bogor 300 ton 36,36
Luar Kota Bogor 513,7 ton 62,27
Keterangan : Dari berbagai daerah,
tergantung musim
48
supplier dan ada juga yang dibeli langsung oleh pedagang besar di Bogor dari grosir yang berada di Pasar Induk Cibitung. Setiap bulannya, bawang
merah yang dikirim langsung oleh pengirim ke Kota Bogor rata-rata sebanyak 510 ton atau 61,82 dari total pasokan bawang merah yang
masuk ke Kota Bogor, sedangkan yang dibeli dari Pasar Induk Cibitung rata-rata sebanyak 315 ton atau 38,18. Gambar 4 menunjukkan sumber
dan penyebaran pasokan bawang merah per bulan di Kota Bogor. Bawang merah yang masuk ke Kota Bogor, tidak semuanya dijual
di pasar-pasar di Kota Bogor. Lebih dari 50 bawang merah yang masuk dijual di luar Kota Bogor. Pasokan yang dijual di pasar-pasar
Kota Bogor untuk dijual ke konsumen dan industri berjumlah rata-rata sebanyak 311,3 ton atau 37,73 dari jumlah bawang merah yang masuk.
Dari 37,73 bawang merah yang dikonsumsi oleh Kota Bogor tersebar di seluruh pasar dan industri. Sebanyak 300 ton per bulan
bawang merah tersebar di 7 pasar tradisional di Kota Bogor dan 11,3 ton per bulan digunakan untuk kebutuhan Industri. Industri yang berhasil
penulis wawancarai mendapatkan bawang merah dari pedagang besar yang berada di Pasar Induk Kemang. Tabel 10 menunjukkan rincian
kebutuhan industri pengolah bawang merah di Kota Bogor. Tabel 10. Kebutuhan bawang merah industri pengolahnya di Kota Bogor
ton per bulan
Industri Sumber Kebutuhan
Pusat Pelayanan Pengemasan Ceremai Ujung
Pasar Induk Kemang 0,8
Pengolahan Bawang Goreng di Sindangsari I
Pasar Induk Kemang 6,0
Pengolahan Bawang Goreng di Sindangsari II
Pasar Induk Kemang 4,5
Jumlah 11,3 Jumlah yang dipasok oleh setiap pasar berbeda-beda. Pasokan
bawang merah terbanyak disediakan oleh pedagang pengecer di Pasar Baru yaitu sekitar 104 ton per bulan. Sedangkan pasokan bawang merah
paling sedikit disediakan oleh Pasar Gunung Batu dan Pasar Padasuka dengan jumlah pasokan masing-masing sebanyak 4,5 ton per bulan.
49
E. Pengendalian Persediaan