Efisiensi suatu saluran pemasaran dipengaruhi oleh efisiensi operasional dan efisiensi ekonomisharga. Efisiensi secara operasional
berdasarkan pada nilai marjin pemasaran, dimana saluran pemasaran yang memiliki nilai marjin lebih rendah menunjukkan lebih efisien. Marjin
pemasaran terdiri dari keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran dan biaya operasional.
Dari ke-16 saluran pemasaran, biaya operasional terendah terdapat pada saluran pemasaran ke-13 Rp 875,00 sedangkan biaya operasional
tertinggi terdapat pada saluran pemasaran ke-10 Rp 1220,00. Keuntungan terendah dan tertinggi masing-masing terdapat pada saluran pemasaran ke-7
Rp 835,00 dan saluran pemasaran ke-13 Rp 1.125,00. Saluran pemasaran yang paling efisien secara operasional karena memiliki marjin pemasaran yang
paling rendah adalah saluran pemasaran ke-1 dimana biaya operasionalnya sebesar Rp 950,00 dan keuntungan Rp 850,00 sehingga marjin pemasarannya
sebesar Rp 1.800,00.
G. Model Transshipment
G. 1. Identifikasi persoalan
1. Identifikasi variabel keputusan
Pedagang besar di Pasar Induk Kemang memperoleh bawang merah dari pengirim yang berasal dari luar daerah dan dari grosir di
Pasar Induk Cibitung. Pedagang besar di Pasar Baru Bogor memperoleh bawang merah hanya dari grosir di Pasar Induk Cibitung.
Dari pedagang besar di Pasar Induk Kemang, bawang merah disalurkan ke pedagang pengecer di 6 pasar tradisional Kota Bogor, yaitu Pasar
Baru Bogor, Pasar Warung Jambu, Pasar Kebon Kembang, Pasar Merdeka, Pasar Sukasari dan Pasar Gunung Batu. Pedagang besar yang
berada di Pasar Baru Bogor selain menyalurkan bawang merah ke pedagang pengecer di Pasar Baru Bogor sendiri, juga menyalurkan ke
pengecer yang berada di Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu dan Pasar Padasuka.
55
Variabel keputusan yaitu jumlah alokasi bawang merah dari tiap sumber pasokan bawang merah ke tiap pasar berdasarkan aliran pasokan
bawang merah di Kota Bogor. Skema aliran pasokan bawang merah dapat dilihat pada Gambar 6. Pedagang pengecer di Pasar Warung
Jambu, Pasar Kebon Kembang, Pasar Merdeka selama ini memperoleh bawang merah hanya dari pedagang besar di Pasar Induk Kemang
sehingga alokasinya tidak diubah dan tidak termasuk ke dalam variabel keputusan. Demikian pula dengan pedagang pengecer di Pasar
Padasuka yang memperoleh bawang merah hanya dari pedagang besar di Pasar Baru Bogor sehingga alokasinyapun tidak diubah dan tidak
termasuk dalam variabel keputusan.
Gambar 6. Skema sumber dan pasar tujuan pasokan bawang merah
Variabel keputusan yang dipilih merupakan variabel dari jumlah pasokan pada masing-masing pasar tujuan di Kota Bogor yang berasal
dari sumber penyedia bawang merah sehingga dapat diketahui jumlah
2 1
4 3
1 1
9 8
7 6
5
Keterangan: Tanda Lingkaran menunjukkan sumber dan pasar tujuan pasokan bawang
merah. Setiap nomor menunjukkan : 1 pengirim; 2 grosir P. Induk Cibitung; 3 pedagang besar P. Induk
Kemang; 4 pedagang besar P. Baru Bogor; 5 pengecer P. Baru Bogor; 6 pengecer P. Warung Jambu; 7 pengecer P. Kebon Kembang; 8 pengecer
P. Merdeka; 9 pengecer P. Sukasari; 10 pengecer P. Gunung Batu; 11
56
bawang merah yang harus dipasok. Variabel keputusan yang dicari disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13. Variabel Keputusan
Simbol Variabel Keputusan
X
1,3
Jumlah pasokan dari pengirim ke pedagang besar di P. Induk Kemang
X
2,3
Jumlah pasokan dari grosir P. Induk Cibitung ke pedagang besar P. Induk Kemang
X
2,4
Jumlah pasokan dari grosir P. Induk Cibitung ke pedagang besar P. Baru Bogor
X
3,5
Jumlah pasokan dari pedagang besar P. Induk Kemang ke pengecer P. Baru Bogor
X
3,9
Jumlah pasokan dari pedagang besar P. Induk Kemang ke pengecer P. Sukasari
X
3,10
Jumlah pasokan dari pedagang besar P. Induk Kemang ke pengecer P. Gunung Batu
X
4,5
Jumlah pasokan dari pedagang besar P. Baru Bogor ke pengecer P. Baru Bogor
X
4,9
Jumlah pasokan dari pedagang besar P. Baru Bogor ke pengecer P. Sukasari
X
4,10
Jumlah pasokan dari pedagang besar P. Baru Bogor ke pengecer P. Gunung Batu
2.
Identifikasi kendala-kendala
Kendala-kendala dalam model yaitu jumlah pasokan bawang merah dari tiap sumber dan jumlah kebutuhan bawang merah di tiap
pasar. Nilai-nilainya diasumsikan tetap, sesuai dengan hasil wawancara dengan para pedagang. Formulasi dari kendala-kendala tersebut adalah
sebagai berikut : a.
Kendala jumlah pasokan bawang merah untuk Kota Bogor X
1,3
+ X
2,3
+ X
2,4
= A b.
Kendala jumlah pasokan bawang merah dari grosir Pasar Induk Cibitung
X
2,3
+ X
2,4
= B c.
Kendala jumlah pasokan bawang merah yang tidak terserap oleh pengecer Pasar Baru Bogor, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu di
Kota Bogor. X
1,3
+ X
2,3
+ X
2,4
- X
3,5
- X
3,9
- X
3,10
- X
4,5
- X
4,9
- X
4,10
= C
57
d. Kendala jumlah pasokan bawang merah yang tidak terserap oleh
pengecer Pasar Baru Bogor, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu di Pasar Induk Kemang.
X
1,3
+ X
2,3
- X
3,5
- X
3,9
- X
3,10
= D e.
Kendala jumlah pasokan bawang merah yang tidak terserap oleh pengecer Pasar Baru Bogor, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu dari
pedagang besar di Pasar Baru Bogor. X
2,4
- X
4,5
- X
4,9
- X
4,10
= E f.
Kendala kebutuhan pengecer Pasar Baru Bogor X
3,5
+ X
4,5
= F g.
Kendala kebutuhan pengecer Pasar Sukasari X
3,9
+ X
4,9
= G h.
Kendala kebutuhan pengecer Pasar Gunung Batu X
3,10
+ X
4,10
= H i.
Kendala nilai positif jumlah pasokankebutuhan bawang merah 0 X
i,j
≥ 0 Keterangan :
A : jumlah pasokan bawang merah untuk Kota Bogor kg B : jumlah pasokan bawang merah dari grosir Pasar Induk Cibitung
kg C
: jumlah pasokan bawang merah yang tidak terserap oleh
pengecer Pasar Baru Bogor, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu di Kota Bogor kg
D :
jumlah pasokan bawang merah yang tidak terserap oleh pengecer Pasar Baru Bogor, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu
di Pasar Induk Kemang kg E :
jumlah pasokan bawang merah yang tidak terserap oleh pengecer Pasar Baru Bogor, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu
dari pedagang besar di Pasar Baru Bogor kg F : jumlah kebutuhan pengecer Pasar Baru Bogor kg
G : jumlah kebutuhan pengecer Pasar Sukasari kg H : jumlah kebutuhan pengecer Pasar Gunung Batu kg
3. Perumusan fungsi tujuan
Tujuan pembuatan model adalah mencari alokasi optimal yang meminimumkan biaya total yang meliputi biaya transportasi, biaya
penyusutan pemasokan dan harga beli bawang merah ke Kota Bogor. Model alokasi optimal diformulasikan sebagai berikut.
58
Meminimumkan biaya total Z = C
1,3
X
1,3
+ C
2,3
X
2,3
+ C
2,4
X
2,4
+ C
3,5
X
3,5
+ C
3,9
X
3,9
+ C
3,10
X
3,10
+ C
4,5
X
4,5
+ C
4,9
X
4,9
+ C
4,10
X
4,10
Keterangan :
Z : Total biaya C
ij
: Biaya per kg bawang merah dari asal i ke tujuan j
G. 2. Penyusunan Model