merah di Kota Bogor. Teknik wawancara yang dipakai yaitu wawancara berstruktur yang dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan dengan maksud
dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi pertanyaan ataupun jawabannya. Akan tetapi, wawancara dengan industri pengolah bawang
merah dilakukan secara tidak berstruktur yaitu tidak menggunakan daftar pertanyaan. Wawancara yang dilakukan dengan pihak industri lebih
difokuskan untuk mengetahui kebutuhan bawang merah dari segi kuantitas dan kualitas.
Identifikasi sistem pasokan bawang merah untuk tingkat Pengirim dilakukan dengan cara wawancara pada seorang Pengirim yang ditemui
peneliti di Pasar Induk Kemang. Pedagang besar yang diwawancarai oleh peneliti adalah pedagang besar yang berada di Pasar Induk Kemang dan
Pasar Baru Bogor, sedangkan pengecer yang diwawancarai berada di tujuh pasar yang ada di Bogor. Industri bawang merah yang terdapat di Bogor
yaitu industri bawang goreng dan industri tepung bawang. Tahapan tata laksana dapat dilihat pada Lampiran 1.
4. Metode Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan obyektif mengenai
rantai penyediaan supply chain dari komoditas bawang merah. Tujuan penggunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan sifat
suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu. Hasil analisis ini
disajikan dalam bentuk tabulasi dan statistik sederhana berdasarkan informasi yang ada untuk menggambarkan keadaan pasar dan aliran
rantai pasokan bawang merah.
b. Analisis Efisiensi Rantai Pasokan.
Analisis efisiensi rantai pasokan bawang merah dilakukan dengan pendekatan efisiensi pemasaran komoditas ini. Indikator yang
digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada penelitian ini
33
adalah dengan menggunakan marjin pemasaran dan pengaturan alokasi pasokan bawang merah berdasarkan perhitungan biaya yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar diantara lembaga pemasaran. Komponen
marjin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga- lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang
disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan profit lembaga pemasaran.
Menurut Limbong dan Sitorus 1987, marjin pemasaran setiap lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
M
i
= Pr
i
- Pf
i
M
i
= C
i
+
i
π Sehingga :
Pr
i
- Pf
i
= C
i
+
i
π Dimana : M
i
= marjin pemasaran pada pasar tingkat ke-i Pr
i
= harga jual pada tingkat lembaga ke-i Pf
i
= harga beli pada tingkat lembaga ke-i C
i
= biaya pemasaran pada tingkat lembaga ke-i
i
π = keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke-i Total marjin MT adalah penjumlahan marjin pemasaran di
setiap lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat, sehingga dirumuskan sebagai berikut :
MT =
∑
= n
i i
M
1
Dimana : n = jumlah lembaga pemasaran Penyebaran marjin pemasaran komoditas bawang merah dapat
dilihat pula berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran. Perhitungan
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus : Rasio Keuntungan – Biaya =
i i
i
C Pf
+ π
x 100
34
Dimana :
i
π = keuntungan pada lembaga pemasaran ke-i Rpkg Pf
i
= harga beli pada tingkat lembaga ke-i Rpkg C
i
= biaya pemasaran pada tingkat lembaga ke-i Rpkg Analisis efisiensi rantai pasokan juga dilakukan pada efisiensi
alokasi distribusi bawang merah dari beberapa sumber ke pasar-pasar di Kotamadya Bogor. Efisiensi diukur dengan cara membandingkan
biaya total transportasi, penyusutan dan harga berdasarkan alokasi bawang merah saat ini dengan biaya total transportasi, penyusutan dan
harga berdasarkan alokasi optimal. Alokasi optimal yaitu alokasi yang memberikan biaya minimal.
Penentuan alokasi optimal bawang merah di Kota Bogor dilakukan dengan cara mengembangkan model transshipment dengan
teknik programa linier berdasarkan data yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini, analisis model tersebut dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut. 1.
Identifikasi persoalan Identifikasi persoalan terdiri dari kegiatan penentuan dan
perumusan tujuan, identifikasi peubah serta pengumpulan data tentang kendala-kendala yang menjadi syarat ikatan terhadap
peubah-peubah dalam fungsi tujuan sistem model yang dipelajari. 2.
Penyusunan model Kegiatan penyusunan model terdiri dari empat hal, yaitu :
1 memilih model yang cocok sesuai dengan permasalahannya
2 merumuskan segala macam faktor yang terkait di dalam model
yang bersangkutan secara simbolik ke dalam rumusan model matematika
3 menentukan peubah-peubah beserta kaitannya satu sama lain
4 menetapkan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya dengan
nilai-nilai dan parameter yang jelas 3.
Analisis model Model-model yang dipilih untuk dapat dianalisis dengan
teknik programa linier dan variasinya akan menghasilkan hasil-
35
hasil yang optimal. Proses perhitungan untuk memperoleh penyelesaian model tersebut, dilakukan dengan bantuan perangkat
komputer agar diperoleh penyelesaian yang cepat dan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Perangkat yang digunakan adalah
LINDO yang juga digunakan dalam menganalisis sensitivitas dari hasil perhitungan. Hasil-hasil perhitungan tersebut perlu dikaji
kepekaannya guna melihat sampai seberapa jauh hasil yang diperoleh berupa nilai-nilai dan parameter dari peubah-peubah
tersebut dapat bertahan apabila terjadi perubahan pada sistem.
36
IV. PEMBAHASAN