58
menggunakan APKG II. Kedua nilai tersebut kemudian diolah sehingga diperoleh nilai performansi guru dalam pembelajaran, yaitu 77,40 dengan kriteria B.
4.1.1.3 Refleksi
Siklus I yang terdiri dari dua pertemuan telah dilaksanakan oleh peneliti. Secara garis besar, kedua pembelajaran terutama pertemuan pertama dapat
dikatakan belum begitu berhasil. Terdapat beberapa kekurangan pada perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran sehingga membutuhkan perbaikan pada siklus
II. Kekurangan itu antara lain muncul pada performansi peneliti, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
4.1.1.3.1 Performansi Guru
Performansi peneliti masih belum maksimal, ditunjukkan dengan nilai APKG yang diperoleh peneliti, 73,90 pada pertemuan pertama dan 80,84 pada
pertemuan kedua. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kemampuan peneliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran,
peneliti belum menyusun tujuan secara lengkap. Sementara itu, dalam melaksanakan pembelajaran, peneliti hanya menggunakan satu media dan masih
mengalami kesulitan dalam tahap-tahap pembelajaran STAD. Pergantian dari pembelajaran klasikal ke pembelajaran kelompok belum terorganisir dengan baik.
Peneliti mengalami hambatan dalam menempatkan siswa menurut kelompoknya. Sebagian siswa menolak berkelompok dengan siswa lain sehingga pembelajaran
sempat terhambat. Demikian pula dengan pengelolaan waktu. Peneliti belum dapat mengefisienkan waktu yang tersedia. Peneliti disibukkan oleh siswa yang
tidak mau berkelompok sehingga pembelajaran pun berlangsung lebih lama dari
59
waktu yang direncanakan. Di samping faktor peneliti, penyebab rendahnya nilai APKG dapat pula disebabkan oleh faktor observer. Kurangnya sosialisasi
mengenai APKG terhadap para pembelajar di sekolah menyebabkan adanya kekeliruan dalam mengisi APKG. Misalnya, sebelum mengamati pembelajaran
yang dilaksanakan peneliti, observer tidak membaca deskriptor APKG terlebih dahulu secara keseluruhan. Hal ini dapat berakibat nilai yang diberikan observer
kurang sesuai dengan pembelajaran sesungguhnya. 4.1.1.3.2 Aktivitas
Belajar Siswa
Aktivitas siswa masih rendah, ditunjukkan dengan nilai aktivitas siswa selama pembelajaran, 53,51 pada pertemuan pertama dan 61,11 pada pertemuan
kedua. Siswa belum terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran yang dilaksanakan peneliti. Hal ini dapat disebabkan pembelajaran klasikal yang sering digunakan
kurang dapat menumbuhkan kemampuan sosial siswa. Banyak siswa yang belum terbiasa belajar dalam kelompok sehingga mereka masih merasa canggung untuk
berinteraksi dengan teman kelompoknya. Kerja sama yang terbentuk dalam kelompok juga masih rendah. Beberapa siswa sulit bekerja sama dengan teman
kelompoknya dan memilih untuk bekerja sendiri. Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan siswa bekerja dalam kelompok. Selain itu, keberanian siswa dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat juga masih rendah. Mereka belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif sehingga masih merasa malu untuk bertanya dan
mengemukakan pendapatnya di depan guru dan teman sekelas. 4.1.1.3.3 Hasil
Belajar Siswa
Hasil belajar siswa belum baik, ditunjukkan dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa, 78,00, sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM 70
60
sebanyak 19 siswa. Namun, dengan 19 siswa yang tuntas, persentase ketuntasan siswa hanya 73,07 , sehingga persentase ketuntasan minimal 75 belum
tercapai. Hal ini disebabkan beberapa faktor, volume suara peneliti dalam menyampaikan materi kurang nyaring sehingga belum berhasil menarik perhatian
siswa. Selain itu, materi pelajaran yang sebagian besar berupa hafalan membuat siswa merasa bosan dan kurang bersemangat mempelajari materi. Ada pula siswa
yang menganggap materi ini sulit terlebih dahulu sehingga membuat mereka kehilangan semangat belajar. Hal ini menyebabkan kurangnya antusiasme siswa
ketika peneliti menyampaikan materi. Beberapa siswa tidak berkonsentrasi pada pelajaran dan sibuk berbicara dengan teman sebangkunya. Keadaan tersebut
memicu suasana pembelajaran yang tidak kondusif sehingga siswa yang benar- benar bersemangat belajar menjadi terganggu. Faktor selanjutnya, dalam tes
formatif yang disusun peneliti terdapat beberapa soal yang tingkat kesulitannya kurang tepat dengan perkiraan peneliti. Soal yang diprediksi mudah oleh peneliti
dan tergolong kategori C1 hafalan atau ingatan setelah diberikan kepada siswa ternyata merupakan soal yang dianggap sulit. Sebagian besar siswa tidak dapat
menjawab soal itu. Selain itu, terdapat penulisan kalimat soal yang kurang jelas sehingga memunculkan kemungkinan jawaban yang bermacam-macam. Hal ini
berdampak pada ketepatan jawaban siswa. Beberapa faktor yang disebutkan di atas menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
4.1.1.4 Revisi