Model Pembelajaran Kooperatif Globalisasi

20 menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pembelajaran ataupun setting lainnya. Sementara Trianto 2010: 53 berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran, menurut Arends dalam Suprijono 2011: 46, mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu prosedur sistematik yang menjadi pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.9.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin dalam Isjoni 2010: 12 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Selaras dengan pendapat tersebut, Johnson Johnson dalam Suprijono 2011: 17 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam 21 kelompok tersebut. Sementara itu, Solihatin dan Raharjo 2008: 4 mengartikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pembelajaran dalam kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dalam suasana kebersamaan. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Lungdren Isjoni 2010: 13 sebagai berikut: 1 Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. 2 Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3 Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4 Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. 5 Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6 Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7 Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 22 Terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Slavin sebagaimana dikutip oleh Isjoni 2010: 21, yaitu: 1 penghargaan kelompok; 2 pertanggungjawaban individu; 3 kesempatan yang sama untuk berhasil. Johnson Johnson dalam Kapp 2009: 139 berpendapat bahwa: Students collaborative projects have numerous advantages over more traditional classroom-based instruction for improved student learning. Students working cooperatively to achieve a common goal produce higher achievement and exhibit greater productivity than they do working alone. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu kegiatan kerja kelompok siswa mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kelas konvensional berbasis instruksi dalam mengembangkan pembelajaran siswa. Para siswa bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama, menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, dan menunjukkan produktivitas yang lebih baik daripada mereka bekerja sendiri. Beberapa keunggulan model pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Jarolimek dan Parker dalam Isjoni 2010: 24, yaitu: 1 saling ketergantungan yang positif; 2 adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; 3 dilibatkannya siswa dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; 4 suasana kelas yang rileks dan menyenangkan; 5 terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; 23 6 memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Sementara kelemahan model ini menurut Jarolimek Parker dalam Isjoni 2010: 24 antara lain: 1 Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang karena pembelajaran ini memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2 Dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai sangat dibutuhkan agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. 3 Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, pembahasan topik permasalahan cenderung meluas sehingga tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4 Diskusi kelas terkadang didominasi oleh seseorang. Hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif. Uraian di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif bukan sekedar pembelajaran kelompok, tetapi terdapat perbedaan yang membuat model pembelajaran ini memiliki keutamaan tersendiri. Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan teman kelompoknya. Masing-masing kelompok berhak untuk mendapat penghargaan apabila memenuhi prestasi tertentu. Guru harus menanamkan persepsi bahwa peningkatan prestasi kelompok merupakan hasil dari peningkatan setiap anggota kelompok. Dalam menerapkan model pembelajaran ini, guru membutuhkan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai tujuan dan waktu yang direncanakan. 24

2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI CINYAWANG 03 KABUPATEN CILACAP

1 30 285

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN STRATEGI STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL Penerapan Strategi Student Team Achievement Division Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Tulung Tahun 2013/2014.

0 1 16

PENDAHULUAN Penerapan Strategi Student Team Achievement Division Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Tulung Tahun 2013/2014.

0 2 5

NASKAH PUBLIKASI Penerapan Strategi Student Team Achievement Division Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Tulung Tahun 2013/2014.

0 1 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN.

0 0 33

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 36