78
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas telah dilaksanakan peneliti di kelas IV SD Negeri 2 Karangsentul Purbalingga dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn materi pokok Globalisasi. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa, serta
performansi guru dalam pembelajaran. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Hasil penelitian membuktikan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas belajar siswa, dan performansi guru kelas IV SD N 2
Karangsentul Purbalingga pada mata pelajaran PKn materi pokok Globalisasi. Namun, pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus. Hal ini berarti hasil siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan sehingga guru harus melanjutkan ke siklus II.
Pada pelaksanaan siklus I, terdapat beberapa kendala yang ditemui guru. Kendala pertama yaitu siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran
kooperatif. Selama ini siswa mengikuti pembelajaran melalui metode konvensional. Hal ini membuat siswa kurang terlibat secara penuh dalam
pembelajaran. Beberapa siswa masih belum memahami kegiatan yang harus mereka lakukan. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat terlaksana dengan baik jika siswa sudah memahami dan terbiasa dengan model pembelajaran ini.
Selanjutnya, guru mengalami hambatan untuk mengorganisir siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Hal ini disebabkan sebagian besar siswa yang masih
79
bersifat individualistis pada permulaan pembelajaran. Mereka belum dapat menerima teman kelompoknya sebagai bagian dari tim mereka. Oleh karena itu,
diskusi kelompok tidak berlangsung sesuai rencana. Dari uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik jika siswa dapat bekerja sama
dengan teman kelompoknya. Kendala terakhir yang dihadapi peneliti yaitu keterbatasan waktu
pembelajaran. Dalam waktu 70 menit, guru harus dapat menyelesaikan tahap- tahap model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini bukan sesuatu yang
mudah karena di dalam model ini terdapat lima tahap yang membutuhkan banyak waktu, terutama dalam tahap diskusi kelompok. Guru dapat menanggulangi hal ini
dengan membentuk kelompok sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pada saat pembelajaran, guru dapat langsung mengumumkan anggota setiap kelompok
sehingga dapat mengefisienkan waktu pembelajaran. Selain itu, guru dapat membatasi waktu untuk setiap tahap pembelajaran sehingga guru dan siswa dapat
mengetahui waktu yang tersedia untuk setiap tahap pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan baik jika waktu pembelajaran dapat dikelola dengan tepat. Implikasi dari penelitian ini terlihat pada hasil penelitian yang diperoleh.
Melalui model pembelajaran STAD, indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti dapat tercapai. Selain hasil belajar siswa meningkat, siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang bermanfaat dengan belajar bersosialisasi dalam kelompok. Guru juga menambah wawasan dan mendapat pengalaman
mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat
80
meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran. Selain itu, model ini dapat digunakan sebagai model pembelajaran alternatif bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran PKn. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga meningkatkan mutu lulusan
SD Negeri 2 Karangsentul Purbalingga.
81
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangsentul Purbalingga pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Hasil yang mendukung pernyataan ini yaitu:
5.1.1 Hasil Belajar Siswa
Setelah peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar siswa yang terdiri dari ketuntasan belajar klasikal dan rata-rata nilai
dapat meningkat di setiap siklus. Pada siklus I, persentase ketuntasan klasikal sebesar 73,07 dengan rata-rata nilai 78,00. Sementara itu, pada siklus II,
persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 92,59 dengan rata-rata nilai 86,85. Dari kedua hasil belajar tersebut, dapat diketahui bahwa persentase
ketuntasan belajar klasikal meningkat sebanyak 19,52 dan rata-rata nilai meningkat sebesar 8,85.
5.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan di setiap siklus. Aktivitas
belajar siswa di siklus I yaitu 60,53. Sementara itu, pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 78,24. Hal ini menunjukkan