26 c. Nelayan
Anak buah kapal ABK kapal pole and line merupakan tenaga kerja yang harus trampil, ulet dan mempunyai fisik yang kuat. Jumlah ABK kapal berkisar antara 9 – 13
orang dengan masing-masing tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut: 1. Nahkoda Skipper
: Bertanggung jawab terhadap keselamatan pelayaran, ABK dan keberhasilan usaha penangkapan
2. Wakil Nahkoda Mualim : Membantu nahkoda dalam pelayaran 3. KKM Chief enginer
: Bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan di dalam kamar mesin dan mengawasi masinis dan
olimen dalam pekerjaannya 4. Masinis Ass. Enginer
: Membantu KKM 5. Olimen oiler
: Membantu KKM dan masinis dalam mengawasi mesin agar kapal dapat berjalan dengan baik dan
lancar 6. Juru mudi
: Membantu nahkoda dan mualim dalam mengawasi kemudi selama pelayaran
7. Boy-boy : Menjaga dan merawat umpan agar tetap dalam
kondisi baik serta menaburkan umpan pada saat kegiatan penangkapan
8. juru masak Cook : Bertanggung jawab terhadap makan dan minum para
ABK kapal selama pelayaran 9. Pemancing
: Memancing ikan, menangani hasil tangkapan selama diatas kapal dan mempersiapkan sarana produksi
pada saat akan melakukan operasi penangkapan
d. Kegiatan operasi penangkapan pole and line
Faktor yang sangat berperan penting dalam kegiatan operasi penangkapan cakalang dengan pole and line adalah ketersediaan umpan hidup. Awal kegiatan operasi
penangkapan dimulai dari persiapan ABK untuk menyediakan perlengkapan kapal, alat dan sarana produksi lainnya serta perbekalan konsumsi pada pukul 18.00 – 19.00
WIT. Setelah itu kapal menuju lokasi penangkapan atau pengambilan umpan pada pukul 20.00 WIT. Umpan yang tersedia harus memadai dan mencukupi untuk penangkapan
satu hari one day fishing. Setelah umpan tersedia, kapal menuju daerah penangkapan
27 rumpon pada pukul 04.00 – 05.00 WIT. Kapal tiba di lokasi rumpon pada pukul 06.00
WIT saat menjelang fajar. Saat itu nafsu makan ikan cakalang sangat baik sehingga operasi penangkapan selalu diusahakan pada waktu yang sama. Ketika di lokasi rumpon
semua ABK telah siap pada tempatnya dan mengamati schooling ikan. Para pemancing dengan pole and line telah duduk di haluan kapal flying deck dan plat form. Boy-boy
telah siap untuk menebarkan umpan. Nahkodapun mendekati gerombolan ikan dengan menjalankan kapal secara perlahan dengan memperhatikan arah renang ikan dan arah
angin. Kapal mendekati schooling ikan dari arah lambung dimana terdapat boy-boy. Umpan ditebarkan dan ikan cakalang mulai mengejar dan mendekati umpan yang
berenang berbalik menuju kapal. Kapal diusahakan memotong arah renang ikan hingga berada di bagian depan ikan agar ikan dapat melihat umpan yang ditebarkan dan
mendekati kapal. Bersamaan dengan itu water sprayer dijalankan untuk mengaburkan pandangan ikan terhadap mata pancing maupun pemancing.
Proses penangkapan dimulai setelah ikan cakalang telah banyak bergerombol mendekati kapal. Para pemancing dengan cekatan dan cepat melakukan pemancingan
dengan sistem banting. Sistem ini biasanya dipakai jika pemancingnya telah berpengalaman. Ikan hasil tangkapan disentak hingga terpelanting jatuh pada bagian
dek kapal. Diusahakan agar ikan tidak kembali jatuh kedalam air karena dengan jatuhnya ikan yang telah ditangkap akan menyebabkan gerombolan ikan lainnya akan
segera menjauh dan meninggalkan kapal ataupun berenang kearah yang lebih dalam. Selain itu ada beberapa pemancing yang melakukan pemancingan pada bagian buritan
kapal dengan sistem dijepit. Biasanya sistem ini diberlakukan bagi pemancing pemula. Setelah 30 menit sampai 1 jam pemancingan dilakukan, schooling cakalang
semakin sedikit bahkan menjauh meninggalkan kapal. Nahkoda kembali menjalankan kapalnya menuju rumpon berikutnya untuk melakukan penangkapan selanjutnya. Para
ABK kapal lainnya mulai menyortir dan membersihkan ikan hasil tangkapan dan menyusunnya ke dalam palkah. Perjalanan menuju rumpon berikutnya membutuhkan
waktu satu sampai dua jam. Umumnya penangkapan dilakukan hingga sore hari pada pukul 16.00 WIT sampai pukul 17.00 WIT. Kapal kembali ke fishing base dan tiba pada
pukul 19.00 WIT. Hasil tangkapan dibongkar dan ABK kembali mempersiapkan diri untuk melakukan operasi penangkapan selanjutnya.
28 2. Unit Penangkapan
purse seine pajeko a. Kapal
Kapal yang dioperasikan di Kota Ternate untuk kegiatan penangkapan ikan menggunakan tipe dua buah kapal two boat system yaitu terdiri atas kapal utama tipe
lembut yang berfungsi untuk melingkarkan pukat cincin pada saat operasi penangkapan berlangsung dan menarik purse line setelah pelingkaran pukat cincin selesai, dan kapal
jhonson slep yang berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan untuk dibawa ke fishing base
. Kedua kapal tersebut terbuat dari bahan kayu.
Gambar 1: Kapal Utama tipe lembut
Kapal utama tipe lembut di kota Ternate memiliki ukuran berkisar 13,21 – 17,63 GT dengan panjang L antara 12,80 – 13,90 m, lebar B 3,15 – 3,30 m dan
dalam D 1,90 – 2 m, sedangkan untuk kapal jhonson slep gambar 2 memiliki ukuran 5,82 – 7,40 GT dengan panjang antara 10 – 11,50 m, lebar 2,50 – 2,60 dan
dalam 1,20 – 1,30 m. Spesifikasi kapal pukat cincin yang di operasikan di Kota Ternate
dapat dilihat pada tabel 10.
Tenaga penggerak yang digunakan untuk kedua kapal adalah sama yaitu baik kapal utama maupun kapal jhonson menggunakan mesin tempel outboard masing-
masing berjumlah dua buah dengan kekuatan 40 PK yang bermerk Yamaha tabel 10. Tenaga penggerak pada kedua kapal menggunakan bahan bakar campuran yaitu minyak
tanah, bensin dan oli.
29 Tabel 8
Spesifikasi kapal purse seine pukat cincin di Kota Ternate
Spesifikasi Kapal Utama Tipe
Lembut Kapal Jhonson Tipe Slep
Dimensi Utama a. Panjang L
12,80 – 13,90 m 10 – 11,50 m
b. Lebar B 3,15 – 3,30 m
2,50 – 2,60 c. Dalam D
1,90 – 2 m 1,20 – 1,30 m
Tonage 13,21 – 17,63 GT
5,82 – 7,40 GT Mesin
Outboard Yamaha enduro 40 PK
Outboard Yamaha Enduro 40 PK
Sumber : Hasil wawancara dengan nelayan 2010
Kapal utama pukat cincin purse seine di Kota Ternate juga terdapat palkah. Kapasitas dari palkah tersebut dapat memuat hasil tangkapan sekitar 2 – 3 ton. Palkah
ini hanya dipergunakan jika pada saat kegiatan penangkapan memperoleh hasil tangkapan yang banyak dan pada kapal jhonson tidak dapat lagi meletakkan hasil
tangkapan, namun pada umumnya hasil tangkapan yang diperoleh akan diletakkan pada kapal jhonson. Kapasitas hasil tangkapan untuk kapal jhonson berkisar antara 4 – 6 ton.
Perawatan kapal pukat cincin purse seine biasanya dilakukan setiap bulan pada saat tidak melakukan kegiatan penangkapan, yaitu pada saat bulan purnama. Kapal
pukat cincin purse seine dalam sebulan tidak melakukan kegiatan penangkapan selama 7 – 10 hari. Perawatan yang dilakukan meliputi pengecatan dan perbaikan-perbaikan
jika kerusakan pada kapal.
Gambar 2: Kapal Jhonson Tipe Slep
30
b. Alat Tangkap