75
Gambar 19 Data terdistribusi secara normal dengan menggunakanalat tangkap purse seine
huhate
4.4 Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap
Pengembangan unit usaha perikanan tangkap dengan memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan menggunakan teknologi penangkapan
ikan yang ada akan memberikan solusi optimum, perlu didukung dengan analisis kelayakan usaha.
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk melihat manfaat secara finansial maupun ekonomi apabila kegiatan masing-masing unit usaha tersebut
dilaksanakan sehingga investasi, biaya operasional yang digunakan akan memberikan manfaat maksimal terhadap pendapatan nelayan serta pengusaha
perikanan. Berdasarkan hasil analisis finansial yang dilakukan terhadap nelayan pole
and line dan purse seine dengan prioritas hasil tangkapan Ikan Cakalang diperoleh
hasil rata-rata 500 kg pada musim puncak bulan April dengan jumlah trip penangkapan 14 trip. Harga jual Ikan yang diperoleh rata-rata Rp 8000 kg.
Berdasarkan hasil analisis, total penerimaan dalam satu tahun adalah sebesar Rp. 72.000.000, untuk usaha pole and line dan Rp. 108.000.000 untuk purse seine.
Nilai investasi dalam usaha penangkapan ikan dengan menggunakan pole and line ini adalah sebesar Rp. 23.057.500. dan Rp 44.887.125 untuk puse seine. Biaya
yang dikeluarkan berupa biaya tetap yaitu penyusutan alat dan biaya tidak tetap
76 berupa biaya perawatan dan biaya operasional dan lain-lain dengan total biaya Rp.
45.540.500, dan biaya operasional purse seine sebesar 68.688.000. Biaya yang paling banyak dikeluarkan adalah upah untuk para ABK dengan system bagi hasil
25 dari total pendapatan bersih pertrip. Keuntungan yang diperoleh dalam satu tahun Rp. 16.287.512 dan 27.842.054 per tahun dengan RC revenue cost
masing-masing sebesar 1.292 dan 1.347, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar nilai tersebut, dengan asumsi
bahwa setiap tahun usaha perikanan tangkap ikan Cakalang menghasilkan keuntungan yang tetap maka dihasilkan payback period atau waktu pengembalian
modal usaha sebesar 1.4 tahun dengan menggunakan pole and line dan 1.6 tahun untuk purse seine. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23 Rataan hasil analisis usaha perikanan tangkap selama 1 tahun
No Uraian
Pole and Line Purse Seine
1 Investasi Rp
23,057,500 44,887,125
2 Total Biaya Tetap Rp
7,565.74 5,354,946
3 Total Biaya Variabel Rp
806,750 3,415,000
4 Total Biaya Rp
45,540,000 68,688,000
5 Biaya Retribusi 2,5
1,800,000 2,700,000
6 Total penerimaan setelah retribusi Rp 55,712,488
80,157,946 9
RC 1.29
1.35 10
Payback Period tahun 1.42
1.61
Sumber Hasil olahan
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap prospek pengembangan usaha dalam jangka waktu yang lama 10 tahun yang didasarkan pada pemakaian alat
yang paling lama dalam hal ini Kapal dan mesin yaitu nilai net present value NPV, benefit cost ratio Net BC dan Internal rate of return IRR. Berdasarkan
hasil perhitungan Cash flow selama kurun waktu 10 tahun dengan suku bunga 15 diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 97.551.404 dan Rp. 48.443.757 artinya nilai
rupiah tersebut menggambarkan keuntungan bersih yang akan diperoleh selama masa waktu 10 tahun kedepan, dihitung dengan nilai pada saat ini
. Jika dilihat nilai BC didapatkan angka 5.3 dan 2.8 yang berarti bahwa
usaha ini memberikan manfaat bersih 5,3 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan Sedangkan nilai IRR diperoleh sebesar 75,10 dan 73.80 yaitu lebih besar dari
discount faktor 15 lampiran 20. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
77 usaha penangkapan dengan alat tangkap pole and line dan purse seine layak dan
menguntungkan dan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan. Hasil rinciannya dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 24 Hasil analisis kriteria investasi perikanan tangkap di Kota Ternate
No Uraian
Pole and Line Purse Seine
1 Net Present Value NPV
97,551,404 48,443,757
2 Net Benefit Cost Net BC
5.23 2.08
3 Internal Rate of Return IRR
75,10 73,80
Sumber: Hasil olahan
Sentra produksi perikanan tangkap di Kota Ternate dipusatkan di kawasan Dufa-Dufa dan Bastiong. Ditempat ini juga terdapat TPI tempat Pelelangan
Ikan namun pelaksanaan pelelangan tidak pernah dilakukan ditempat ini. Justru nelayan menjual hasil tangkapannya kepada kapal kapal penampung yang sering
berlabuh di tengah laut dan kedua pihak mengadakan transaksi ditengah laut. Biasanya kapal-kapal penampung ini sering berlabuh sekitar 1 sampai 2 minggu
untuk menerima berbagai nelayan yang menjual hasil tangkapannya. Kemudian kapal penampung ini akan kembali ke wilayahnya masing-masing seperti
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, bahkan sampai ke kota Surabaya.
4.5 Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap Di Kota Ternate