65 Selanjutnya, tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya perikanan dilihat
dari tiga rezim pengelolaan yaitu maximum economic yield MEY, maximum sustainable yield
MSY dan open access. Nilai produksi optimal pada rezim maximum economic yield
MEY adalah 28097.83 ton per tahun, dimana dapat menghasilkan produksi optimal sebesar 13891.02 ton per tahun yang dihasilkan
dari jumlah effort trip optimal sebanyak 13891.02 trip. Pada rezim maximum sustainable yield
MSY, diperoleh biomass sebesar 25.352,30 ton per tahun, produksi sebesar 13.871,09 ton per tahun, dan upaya optimal sebanyak 15.578.04
trip. Pada rezim open access OA, diperoleh biomass sebesar 5.491,05 ton per
tahun, produksi sebesar 5.357,96 ton per tahun, dan upaya optimal sebanyak 27.782,03 trip. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 22 berikut.
Tabel 22 Tingkat biomass, produksi, upaya optimal dan rente ekonomi perikanan pelagis kecil dari berbagai rezim pengelolaan di kota Ternate
Sumber: Hasil olahan
4.3 Faktor-Faktor Produksi
4.3.1Alat Tangkap Pole and Line
Pada umumnya produktifitas dari suatu unit penangkapan merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi. Menganalisis aspek teknik pole and line
huhate di Kota Ternate dapat dipresentasikan dengan persamaan Y = b + b
1
X
1
+ b2X
2
+ … + b
n
x
n.
Berdasarkan analisis linear berganda dengan menggunakan alat tangkap pole and line huhate yang berpengaruh terhadap output hasil
tangkapan ikan cakalang di kota Ternate adalah BBM X
3
, umpan hidup X
4
dan ukuran kapal X
6
. Dari hasil observasi di lapangan didapatkan data faktor- faktor teknis produksi yang terdiri dari ABK X
1
dengan satuan orang, jumlah hari penangkapan dengan satuan trip penangkapan X
2
, BBM X
3
dengan satuan litertahun, jumlah umpan hidup X
4
dengan satuan embertrip, jumlah umur kapal X
5
dengan satuan tahun serta ukuran kapal X
6
dengan satuan GT.
Parameter MEY
MSY OA
Biomass x ton
28097.83 25352.30
5491.05 Produksi
H ton 13708.41
13871.09 5357.96
Effort opt E trip
13891.02 15578.04
27782.03 Rente Ek.
π juta 9.0933613
8.99370973
66 Hasil analisis regresi menunjukkan terjadinya hubungan antara faktor-
faktor teknis dengan hasil tangkapan pole and line huhate dengan persamaan sebagai berikut:
Dari hasil analisis regresi menunjukkan korelasi antara beberapa variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, dimana ABK X
1
, jumlah hari melaut X
2
serta umur kapal X
5
Uji lanjut regresi kemudian didapatkan model persamaan sebagai berikut: saling berkorelasi sehingga tidak dimasukkan lagi
dalam model persamaan untuk melihat hasil lanjut. Gambaran ini menunjukkan adanya hubungan multikolienaritas terhadap faktor teknis produksi lainnya.
Hasil analisis menggunakan uji statistik dengan uji F didapatkan nilai F
hitung
F
tabel
486.7 2.77, ini berarti secara keseluruhan faktor-faktor teknis produksi yang digunakan yang meliputi jumlah bahan bakar X
3
, jumlah umpan hidup X
4
dan Ukuran kapal X
6
Koefisien determinasi R berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan
pada tingkat kepercayaan 95 .
2
untuk model persamaan pada tabel summary link output
sebesar 0,96. Ini menunjukkan jumlah bahan bakar X
3
, jumlah umpan hidup X
4
dan ukuran kapal X
6
Jumlah bahan bakar X mempunyai kontribusi yang cukup besar
dalam pembentukan model produksi bagi alat tangkap pole and line huhate.
3
Hasil analisis faktor produksi lainnya menunjukkan umpan hidup sangat berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dan menunjukkan korelasi positif.
Semakin banyak jumlah umpan yang digunakan maka akan mendapatkan hasil berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan
sebesar 0.701 mengartikan setiap penambahan satuan jumlah bahan bakar liter akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 0.701 dalam keadaan
cateris peribus. Hal in menunjukkan jumlah bahan bakar termasuk faktor produksi yang harus dipertimbangkan dalam jangkauan lokasi daerah penangkapan dimana
kapal akan mengejar gerombolan ikan pada daerah penangkapan yang lebih luas selain rumpon.
67 tangkapan yang semakin besar. Hal ini disebabkan karena umpan merupakan
faktor yang sangat penting dalam perikanan cakalang. Ketersediaan umpan dapat menghambat atau memperlancar operasi penangkapan yang ada karena aktifitas
operasi penangkapan tidak dapat dilakukan apabila ketersediaan umpan hidup tidak cukup. Fungsi umpan hidup digunakan untuk menarik ikan cakalang agar
berkumpul didekat kapal sehingga mempermudah proses pemancingan. Gambar 8 menjelaskan hubungan umpan dengan hasil tangkapan menunjukkan estimasi
umpan hidup dalam meperoleh hasil tangkapan. Ukuran kapal X
6
Persamaan produksi yang diperoleh menunjukkan pengaruh antara faktor- faktor teknis produksi terhadap hasil tangkapan. Semua koefisien regresi dalam
persamaan tersebut menunjukkan bahwa persamaan tersebut bernilai positif. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan setiap faktor produksi tidak
selalu harus berdampak pada peningkatan produksi. Hal ini mengingat ada pembatas untuk setiap faktor teknis produksi. Misalnya faktor teknis jumlah bahan
bakar, dimana bahan bakar yang dapat dibawa oleh unit penangkapan ikan dibatasi oleh kapasitas tanki atau wadah bahan bakar. Kapasitas tersebut sangat
ditentukan oleh ketersediaan ruang di kapal. juga sangat berpengaruh nyata terhadap hasil
tangkapan. Dari data lapangan didapatkan hampir semua kapal penangkap pole and line huhate berkisar 5 sampai 20 GT. Hanya beberapa buah kapal saja yang
berkapasitas 20 – 30 GT. Dengan kapasitas kapal membuat daya gerak dalam ruang semakin sempit juga jangkauan yang tidak boleh melebihi pembagian luas
wilayah operasional. Contoh terbatasnya bak penyimpan umpan serta palka untuk menyimpan hasil tangkapan membuat kadang-kadang ikan lainnya tidak
tersimpan secara baik. Dengan ukuran kapal yang semakin besar membuat wilayah jangkauan bisa semakin jauh untuk mendapatkan hasil yang semakin
banyak.
68
Gambar 11Hubungan antara jumlah bahan bakar BBM dengan hasil tangkapan
Gambar 12 Hubungan antara jumlah umpan hidup dengan hasil tangkapan
UMPAN TH
40 35
30 25
20 800
700 600
500 400
300 200
100
Fitted Line Plot
BBM
TH
450 400
350 300
250 200
150 100
900 800
700 600
500 400
300 200
100 Fitted Line Plot
69
Gambar 13 Hubungan antara kapasitas ukuran kapal dengan hasil tangkapan
Grafik histogram terlihat adanya penyebaran data yang terdistribusi secara normal. Hal yang sama juga tergambar dari grafik p-P Plot.
Gambar 14 Data terdistribusi secara normal dengan menggunakan alat tangkap
pole and line huhate.
GT
TH
30 25
20 15
10 900
800 700
600 500
400 300
200 100
Fit t ed Line Plot
70 4.3.2 Alat Tangkap
Purse Seine
Faktor-faktor produksi merupakan aspek yang bertujuan untuk mengetahui input dari hasil penangkapan ikan dengan menggunakan pukat cincin yang
berpengaruh terhadap output hasil tangkapan yang diperoleh dari kegiatan produksi. Menganalisis aspek teknik pukat cincin purse seine di Kota Ternate
dapat dipresentasikan dengan persamaan Y = b + b
1
X
1
+ b2X
2
+ … + b
n
x
n.
Faktor teknis produksi yang digunakan meliputi; jumlah tenaga kerja X
1
dengan satuan orang, jumlah bahan bakar X
2
dengan satuan litertahun, panjang pukat cincin X
3
dengan satuan meter, tinggi pukat cincin X
4
dengan satuan meter, jumlah hari penangkapan jumlah trip penangkapan X
5
dengan satuan hari dan ukuran kapal X
6
Hasil analisis regresi menunjukkan terjadinya hubungan antara faktor- faktor teknis dengan hasil tangkapan pukat cincin dengan persamaan sebagai
berikut: dengan satuan GT. Serta jumlah hasil tangkapan ikan
Y yang dinyatakan dalam tontahun.
Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan korelasi yang erat antara faktor teknis produksi X
4
yaitu tinggi jaring dan X
6
yaitu ukuran kapal dengan nilai 0.015. Selain faktor produksi tinggi jarring X4 berkorelasi terhadap
ukuran kapal X
6
, ternyata ukuran kapal X
6
juga berkorelasi dengan ABK X
1
, BBM X
2
, panjang jarring X
3
serta jumlah hari penangkapan X
5
Pada analisis regresi lanjut diperoleh persamaan hubungan antara faktor- faktor teknis dengan hasil tangkapan pukat cincin dengan persamaan sebagai
berikut : . Sehingga
dalam model persamaan untuk melihat hasil tangkapan, cukup diwakili oleh ke empat faktor produksi yang disebutkan diatas. Gambaran ini menunjukkan adanya
hubungan multikolinieritas terhadap faktor teknis produksi lainnya.
Hasil analisa menggunakan uji statistik dengan uji F diperoleh nilai F
hitung
F
tabel
80.691 2.64, hal ini berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor
71 teknis produksi yang digunakan yang meliputi jumlah tenaga kerja X
1
, jumlah bahan bakar X
2
, Panjang jarring X
3
, dan jumlah hari penangkapan X
5
Pada tabel Model Summary menunjukkan faktor-faktor teknis produksi atau variabel bebas dapat digunakan sebagai parameter untuk menjelaskan
persamaan regresi tersebut. Nilai R menunjukkan seberapa baik faktor-faktor produksi memprediksikan variabel terikat. Hal ini semakin diperjelas dengan nilai
R berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 95.
2
Tabel Anova menunjukkan besarnya angka probabilitas atau terjadinya signifikansi, dimana sejumlah faktor-faktor produksi atau variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat. Nilai ini dapat dilihat pada kolom sig dimana jika sig 0.05, maka model analisis dianggap layak.
yaitu 90.2 dimana keragaman hasil tangkapan Y dapat dijelaskan oleh ke empat variabel bebas. Sementara nilai Durbin-Watson didapatkan angka 1.974
dimana nilai Durbin-Watson berada pada rentang -2 sampai 2. Ini menunjukkan bahwa asumsi tidak adanya autokorelasi terpenuhi.
Nilai konstan b sebesar -107.491 pada tabel Coefficient menjelaskan variabel terikat Y akan berubah jika variabel – variabel bebas X diubah 1 unit.
Atau memberi pengertian dimana nilai Y pada saat semua peubah X = 0. Sig pada kolom ini menjelaskan tentang signifikansi hubungan antar variabel-variabel
bebas X dengan variabel terikat. Sementara nilai VIF menginformasikan apakah terjadi korelasi antar variabel bebas atau tidak. Nilai VIF 2 menunjukkan adanya
korelasi antar variabel bebas X.
ABK
H T
2 2 . 0 2 1 . 5
2 1 . 0 2 0 . 5
2 0 . 0 1 9 . 5
1 9 . 0 2 4 0
2 2 0 2 0 0
1 8 0 1 6 0
1 4 0 1 2 0
1 0 0
Fit t ed Line Plot
Gambar 15 Hubungan antara kapasitas ukuran kapal dengan hasil tangkapan
72
BBM
H T
30000 27500
25000 22500
20000 17500
15000 240
220 200
180 160
140 120
100
Fitted Line Plot
Gambar 16 Hubungan antara jumlah bahan bakar BBM dengan hasil tangkapan
PJ
H T
600 500
400 300
200 240
220 200
180 160
140 120
100
Fitted Line Plot
Gambar 17 Hubungan antara panjang purse seine pajeko dengan hasil tangkapan
73
HP H
T
170 160
150 140
130 120
110 100
90 80
240 220
200 180
160 140
120 100
Fitted Line Plot
Gambar 18 Hubungan antara hari operasi penangkapan dengan hasil tangkapan Dari hasil analisa didapatkan gambaran hubungan masing-masing faktor
produksi X dengan hasil tangkapan Y. Tabel-tabel diatas menunjukkan faktor-faktor produksi atau variabel bebas X yang berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat atau hasil tangkapan Y adalah jumlah tenaga kerja X
1
, jumlah bahan bakar X
2
, Panjang pukat cincin X
3
Koefisien regresi jumlah tenaga kerja X dan jumlah hari penangkapan.
1
sebesar 6.909 mengartikan searah dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan, bahwa setiap penambahan
satuan tenaga kerja orang akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 6.909 dalam keadaan cateris peribus. Sementara nilai sig 0.001 dimana
0.05 yang menginterpretasikan jumlah tenaga kerja berbeda nyata terhadap hasil tangkapan. Hal ini disebabkan karena proses penurunan setting maupun
penarikan hauling pukat cincin pada saat pengoperasian tidak menggunakan alat bantu tetapi mengandalkan tenaga manusia. Tenaga manusia bukan hanya
digunakan pada saat menurunkan atau menarik jarring saja, tetapi setelah proses setting dan hauling pukat cincin selesai dilakukan, tenaga mereka juga digunakan
untuk menaikkan atau mengangkat hasil tangkapan untuk diletakkan pada kapal jhonson slep.
74 Koefisien regresi bahan bakar minyak X
2
Koefisien panjang pukat cincin X sebesar 0.002 mengartikan
searah dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan, dimana setiap penambahan satu satuan jumlah bahan bakar liter akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar
satu satuan 0.002 dalam keadaan cateris peribus. Hal ini menunjukkan dengan penambahan bahan bakar minyak dalam melakukan pengoperasian penangkapan
bisa dilakukan pada daerah fishing gorund yang lebih jauh. Dengan demikian hasil tangkapan akan semakin banyak mengingat wilayah fishing ground pada
kedalaman tertentu akan semakin baik. Nilai sig 0.05 yang menginterpretasikan adanya perbedaan nyata antara jumlah bahan bakar terhadap hasil tangkapan.
3
Koefisien jumlah hari penangkapan ikan X sebesar 0.054 mengartikan searah
dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan, dimana setiap penambahan satu satuan panjang pukat cincin meter dalam keadaan cateris peribus. Nilai sig
0.019 menginterpretasikan adanya perbedaan nyata antara panjang pukat cincin terhadap hasil tangkapan. Hal ini diduga jika semakin panjang pukat cincin yang
digunakan maka semakin besar pula garis tengah lingkaran pukat cincin yang terbentuk. Hal ini menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan yang
tidak terusik perhatiannya karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding pukat cincin dapat semakin besar, sehingga gerombolan ikan tersebut semakin
besar peluangnya untuk tertangkap.
5
Pada grafik histogram terlihat adanya penyebaran data yang terdistribusi secara normal. Grafik histogram digambarkan menyerupai lonceng terbalik,
walaupun ada beberapa data yang berada di luar garis lonceng. sebesar 0.583 yang berarti
searah dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan, bahwa setiap penambahan satu satuan hari penangkapan akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar satu
satuan 0.583 dalam keadaan cateris peribus. Nilai sig menginterpretasikan jumlah hari tangkapan berbeda nyata terhadap hasil tangkapan. Hal ini disebabkan
semakin banyak jumlah hari penangkapan maka peluang untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan akan lebih banyak.
75
Gambar 19 Data terdistribusi secara normal dengan menggunakanalat tangkap purse seine
huhate
4.4 Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap