Pembangkitan Data Penutupan Lahan dengan Citra Landsat

Tabel 1 Saluran citra Landsat TM Saluran Kisaran gelombang Kegunaan 1 0,45-0,52 Peningkatan penetrasi ke dalam tubuh air, mendukung analisis sifat khas pengunaan lahan, tanah dan vegetasi. 2 0,52-0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau yang terletak diantara dua saluran spektral serapan klorofil. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan penilaian kesuburan. 3 0,63-0,69 Saluran terpenting untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu bagian serapan klorofil dan memperkuat kontras antar kenampakan vegetasi dan non- vegetasi 4 0,76-0,90 Saluran yang peka terhadap biomassa vegetasi, juga untuk identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dengan tanaman, serta lahan dan air. 5 1,55-1,75 Penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman dan kondisi kelembaban tanah. 6 2,08-2,35 Pemisahan formasi batuan 7 10,40-12,50 Saluran inframerah termal, bermanfaat untuk klasifikasi vegetasi, analisis ganguan vegetasi, pemisahan kelembaban tanah dan sejumlah gejala lain yang berhubungan dengan panas. Sumber : Lillesand Kiefer 1990

2.5 Pembangkitan Data Penutupan Lahan dengan Citra Landsat

Skema klasifikasi merupakan rancangan skema penutupan lahan suatu wilayah yang disusun berdasarkan informasi tambahan dari wilayah yang akan diinterpretasikan. Salah satu faktor penting untuk menentukan kesuksesan klasifikasi penutupan dan penggunaan lahan terlihat pada skema klasifikasi Lo 1995 pada Tabel 2. Tabel 2 Sistem klasifikasi penutupan dan penggunaan lahan untuk data penginderaan jauh No Tingkat I menggunakan citra Landsat Tingkat II menggunakan foto udara skala kecil 1 Perkotaan atau lahan perkotaan a Pemukiman b Perdagangan dan jasa c Industri d Transportasi e Kompleks industri dan perdagangan f Kekotaan campuran dan lahan bangunan g Kekotaan dan lahan bangunan lainnya Tabel 2 Lanjutan No Tingkat I menggunakan citra Landsat Tingkat II menggunakan foto udara skala kecil 2 Lahan pertanian a Tanaman semusim dan padang rumput b Daerah buah-buahan, jeruk, anggur dan tanaman hias c Lahan tanaman obat d Lahan pertanian lainnya 3 Lahan peternakan a Lahan penggembalaan terkurung b Lahan peternakan semak dan belukar c Lahan peternakan campuran 4 Lahan hutan a Lahan hutan gugur daun semusim b Lahan hutan yang selalu hijau c Lahan hutan campuran 5 Air a Sungai dan kanal b Danau c Waduk d Teluk dan muara 6 Lahan basah a Lahan hutan basah b Lahan basah bukan hutan 7 Lahan gundul a Dataran garam kering b Gisik c Daerah berpasir selain gisik d Tambang terbuka, pertambangan 8 Padang lumut a Padang lumut semak belukar b Padang lumut tanaman obat c Padang lumut lahan gundul d Padang lumut daerah basah e Padang lumut daerah campuran 9 Es dan salju abadi a Lapangan salju abadi b Gletser Sumber : Lo 1995 Sistem klasifikasi pada Tabel 2 disusun berdasarkan kriteria berikut: 1 tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85, 2 ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama, 3 hasil yang dapat diulang harus dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke yang lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain, 4 sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas, 5 kategorisasi harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari penutupan lahannya, 6 sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data penginderaan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda, 7 kategori harus dapat dirinci ke dalam sub-kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari citra skala besar atau survei lapangan, 8 pengelompokan kategori harus dapat dilakukan, 9 harus memungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan pada masa yang akan datang dan 10 lahan multiguna harus dapat dikenali bila mungkin. Skema klasifikasi yang baik harus sederhana di dalam menjelaskan setiap kategori penggunaan dan penutupan lahan. Anderson 1971 dalam Lo 1995 menganggap bahwa pendekatan fungsional atau pendekatan berorientasi kegiatan akan lebih sesuai digunakan untuk citra satelit ruang angkasa, sebagai skema klasifikasi tujuan utama. Pendekatan ini merupakan sistem klasifikasi lahan yang umum digunakan di Amerika Serikat yang diperkenalkan oleh United States Geological Survey USGS. Pada klasifikasi penutupan dan penggunaan lahan ada beberapa informasi yang tidak dapat diperoleh dari data pengideraan jauh. Informasi mengenai penutupan lahan dapat secara langsung dikenali dari penutupan lahannya dan untuk menentukan penggunaan lahan diperlukan tambahan informasi untuk melengkapi data penutupan lahan. Klasifikasi penutupan dan penggunaan lahan dapat juga ditentukan dengan menggunakan klasifikasi yang ditetapkan oleh Badan Planalogi Kehutanan pada Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi penutupan dan penggunaan lahan Kelas Keterangan Hutan lahan kering primer dataran rendah Seluruh kenampakan hutan di dataran rendah 0 – 1200 meter, yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan masif. Hutan lahan kering primer pegunungan rendah Seluruh kenampakan hutan di pegunungan rendah 1200 – 1500 meter, yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan masif. Hutan lahan kering primer pegunungan tinggi Seluruh kenampakan hutan di pegunungan tinggi 1500 – 3000 meter, yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan masif. Hutan lahan kering primer sub-alpine Seluruh kenampakan hutan di zona sub-alpine 3000 meter, yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan masif. Hutan lahan kering sekunder dataran rendah Seluruh kenampakan hutan di dataran rendah 0 – 1200 meter, yang telah menampakkan bekas penebangan kenampakan alur dan bercak bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukkan dalam lahan terbuka. Tabel 3 Lanjutan Kelas Keterangan Hutan lahan kering sekunder pegunungan rendah Seluruh kenampakan hutan di pegunungan rendah 1200 – 1500 meter, yang telah menampakkan bekas penebangan kenampakan alur dan bercak bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukan dalam lahan terbuka. Hutan lahan kering sekunder pegunungan tinggi Seluruh kenampakan hutan di pegunungan tinggi 1500 – 3000 meter, yang telah menampakkan bekas penebangan kenampakan alur dan bercak bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukan dalam lahan terbuka. Hutan lahan kering sekunder sub-alpine Seluruh kenampakan hutan di zone sub-alpine 3000 meter, yang telah menampakkan bekas penebangan kenampakan alur dan bercak bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukan dalam lahan terbuka. Hutan rawa primer Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa-rawa,termasuk rawa gambut yang belum menampakan tanda penebangan. Hutan rawa sekunder Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa yang telah menampakkan bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah jika tidak memperlihatkan liputan air digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika memperlihatkan liputan air digolongkan menjadi tubuh air rawa. Hutan mangrove primer Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang belum ditebang. Hutan mangrove sekunder Hutan bakau, nipah dan nibung yang telah ditebang yang ditampakan dengan pole alur di dalamnya. Khusus untuk areal bekas tebangan yang telah dijadikan tambaksawah tampak pola persegi pematang dimasukan dalam kelas tambaksawah tampak pole persegipematang dimasukan dalam kelas tambaksawah. Semakbelukar Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali, didominasi vegetasi rendah dan tidak menampakkan lagi bekas alurbercak penebangan. Semakbelukar rawa Semakbelukar dari bekas hutan di daerah rawa. Savana Kenampakan non-hutan alami berupa padang rumput dengan sedikit pohon. Kenampakan alami daerah Nusa Tenggara Timur dan pantai selatan Irian laya. HTI Seluruh kawasan HTI baik yang sudah ditanami maupun yang belum masih berupa kahan kosong. Identifikasi lokasi dapat diperoleh pada Peta Persebaran HTI. Perkebunan Seluruh kawasan perkebunan, baik yang sudah ditanami maupun yang belum masih berupa lahan kosong. Identifikasi dapat diperoleh pada Peta Persebaran Perkebunan Perkebunan Besar. Lokasi perkebunan rakyat mungkin tidak termasuk dalam peta sehingga memerlukan informasi pendukung lain. Pertanian lahan kering Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran dan ladang Pertanian lahan kering bercampur dengan semak Semua ativitas pertanian di lahan kering, berselang-seling dengan semak, belukar dan hutan bekas tebangan. Transrnigrasi Seluruh kawasan baik yang sudah diusahakan maupun yang belum, termasuk areal pertanian, perladangan dan permukiman yang berada didalamnya. Sawah Semua aktivitas pertanian di lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang. Tambak Aktivitas perikanan yang tampak sejajar pantai. Tabel 3 Lanjutan Kelas Keterangan Tanah terbuka Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi singkapan batuan puncak gunung, kawah vulkan, gosong pasir, pasir pantai tanah terbuka bekas kebakaran dan tanah terbuka yang ditumbuhi rumputalang-alang. Kenamapakan tanah terbuka untuk pertambangan dimasukan ke kelas pertambangan, sedangkan lahan terbuka bekas land clearing dimasukkan ke kelas pertanian, perkebunan atau HTI. Pertambangan Tanah terbuka yang digunakan untuk kegiatan pertambangan terbuka, openpit batubara, timah, tembaga dll.. Tambang tertutup seperti minyak, gas dll. Tidak dikelaskan tersendiri, kecuali mempunyai areal yang luas sehingga dapat dibedakan dengan jelas pada citra. Salju Areal yang tertutup oleh salju abadi. Permukiman permukiman baik perkotaan, pedesaan, pelabuhan, bandara, industri dll. yang memperlihatkan pola alur yang rapat. Tubuh air Semua kenampakan perairan, termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang dan lamun lumpur pantai. Khusus kenampakan tambak di tepi pantai dimasukkan ke pertanian lahan basah. Rawa Kenampakan rawa yang sudah tidak berhutan. Awan Semua kenampakan awan yang menutupi suatu kawasan. Jika terdapat awan tipis yang masih mempelihatkan kenampakan di bawahnya dan masih memungkinkan untuk ditafsir, penafsiran tetap dilakukan. Poligon terkecil yang di delineasi untuk awan adalah 2 x 2 cm2. Sumber : Dephut 2001 Citra satelit Landsat sebagai satelit sumberdaya bumi telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Contoh penggunaan citra Landsat dalam bidang kehutanan dan lingkungan antara lain, identifikasi penyebaran habitat, sebaran spasial dan karakteristik ruang terbuka hijau RTH, klasifikasi kelas tegakan hutan, pemantauan perubahan penggunaan lahantutupan lahan, dan aplikasi-aplikasi yang lainnya. Salah satu contoh aplikasi SIG mengenai perubahan penutupan lahan di kawasan konservasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Khalil 2009. Penelitiannya dilakukan di Hutan Adat Citorek Taman Nasional Gunung Halimun Salak menggunakan aplikasi SIG dengan membandingkan penutupan lahan tahun 1990 sampai 2006. Tipe penutupan lahan yang terdapat di daerah Kasepuhan Citorek dikelompokkan menjadi 9 kategori. Tipe penutupan itu adalah hutan, kebun campuran, semak belukar dan rumput, ladang, sawah, lahan terbuka, lahan terbangun, badan air dan awan. Lebih lanjut Khalil 2009 menganalisis perubahan penutupan lahan di Hutan Adat Cotorek dengan hasil adanya penurunan luas hutan pada kurun waktu 1990-2006 sebesar 1.31. Ladang mengalami penurunan sebesar 25.48 pada kurun waktu 1990-2006. Sawah mengalami peningkatan luas menjadi 89.92 pada kurun waktu 1990-2006. Kebun campuran dan semak mengalami fluktuasi luas pada kurun waktu 1990-2006. Fluktuasi ini disebabkan oleh pembukaan hutan menjadi areal pertanian seperti kebun campuran, ladang dan sawah yang diakibatkan oleh peningkatan kebutuhan masyarakat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Penelitan perubahan penutupan lahan dilakukan juga oleh Darmawan 2002 di Cagar Alam Rawa Danau tahun 1994 sampai tahun 2000. Tipe penutupan lahan yang terdapat di Rawa Danau dikelompokkan menjadi 7 kategori. Tipe penutupan itu adalah hutan, vegetasi campuran, rumput, sawah, tanah kosong, pemukiman dan badan air. Pada kurun waktu 1994-2000 terdapat peningkatan luas pemukiman sebesar 1. Hutan mengalami peningkatan luas sebesar 1.3, badan air mengalami peningkatan luas sebesar 2.4, sawah mengalami peningkatan luas sebesar 12.2, rumput mengalami penurunan sebesar 10.2, vegetasi campuran dengan penurunan sebesar 9.2 dan tanah kosong dengan peningkatan luas sebesar 2.7. Peningkatan akitvitas masyarakat dalam kawasan cagar alam hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendapatan dan jenis penggunaan lahan yang didominasi sawah.

BAB III METODE PENELITIAN