3.5.2 Data atribut
Ada beberapa pendekatan analisis data atribut sosial ekonomi yang digunakan yaitu metode tabulasi deskriptif dan uji statistik. Penjelasan mengenai
metode analisis adalah sebagai berikut:
1 Metode tabulasi deskriptif
Data mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar serta pengetahuan dan sikap responden terhadap kawasan TNGC ditunjukan oleh
jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Setelah wawancara dilakukan dan data-data sudah terkumpul, maka selanjutnya dilakukan proses
tabulasi data-data hasil wawancara dan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui dinamika perubahan penggunaan lahan sehingga dapat diketahui
perluasan lahan yang mungkin terjadi, dan analisis terhadap pengelolaan yang berlaku secara kualitatif untuk mengetahui pengaruh sejarah pengelolaan kawasan
terhadap perubahan penutupan lahan yang terjadi.
2 Metode uji statistik
a Analisis regresi linear sederhana Metode ini bertujuan untuk mengetahui hubungankorelasi karakteristik
sosial ekonomi masarakat penggarap dengan luas lahan garapan dalam kawasan. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel tak bebas y adalah luas
lahan garapan dalam kawasan, dan yang bertindak sebagai variabel bebas x adalah karakteristik sosial ekonomi penggarap. Model hubungan tesebut dapat
dibuat dengan persamaan sebagai berikut :
Model hubungan dari persamaan tersebut selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji korelasi R
2
. Korelasi diproyeksikan dalam koefisien korelasi yang menunjukan kemampuan model yang dihasilkan dalam
menerangkan keragaman populasi responden yang ingin dikaji atau dengan kata lain R
2
menunjukan persentase variasi data yang terjadi pada variabel tak bebas y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas x dengan adanya regresi. Dengan
demikian semakin besar R
2
yang dihasilkan, semakin baik regresi yang diperoleh.
y = a + bx
Dalam regresi sebelum dianalisis terdapat syarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah data harus terdistribusi secara normal. Oleh karena itu,
diperlukan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro- Wilk. Distribusi data normal jika kedua-duanya diuji tidak signifikan 0.05
Iskandar 2008. Apabila data-data tersebut terdistribusi normal maka analisis dapat dilanjutkan, sedangkan apabila data tidak terdistribusi normal maka tidak
bisa dilakukan analisis regresi. b Analisis uji chi-square
Uji chi square menganalisis secara deskriptif hubungan antara variabel terpengaruh dan variabel pengaruh. Variabel terpengaruh dalam penelitian ini
yaitu y yang merupakan luas lahan garapan dalam kawasan dan yang bertindak sebagai variabel pengaruh adalah x yang merupakan karakteristik sosial
ekonomi penggarap yaitu jumlah tanggungan keluarga x
1
, tingkat umur x
2
, tingkat pendidikan x
3
, pendapatan x
4
, luas garapan di luar kawasan x
5
, dan lama masyarakat menggarap x
6
. Model hubungan tesebut dapat dihipotesiskan sebagai berikut :
y = f x
1
, x
2
, x
3
, x
4
, x
5
, x
6
Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel di atas, maka dibuat kategori terhadap variabel tersebut sehingga dapat diperlukan untuk analisis
selanjutnya. Kategorinya adalah sebagai berikut: 1
Luas lahan garapan dalam kawasan, dilihat dari nilai rata-rata keseluruhan luas lahan garapan responden dalam kawasan yang dinyatakan:
a Kecil, bila luas lahan garapan dalam kawasan responden kurang dari nilai rata-rata keseluruhan responden.
b Besar, bila luas lahan garapan dalam kawasan responden lebih dari nilai rata-rata keseluruhan responden.
2 Jumlah tanggungan keluarga, dilihat dari nilai rata-rata keseluruhan jumlah
tanggungan keluarga responden yang dinyatakan: a Kecil, bila jumlah tanggungan keluarga responden kurang dari nilai rata-rata
keseluruhan responden. b Besar, bila jumlah tanggungan keluarga responden lebih dari nilai rata-rata
keseluruhan responden.
3 Tingkat umur, dikategorikan berdasarkan produktivitas manusia yang
dinyatakan: a Produktif, bila usia responden berkisar antara 15-64 tahun.
b Non produktif, bila usia responden lebih dari 64 tahun. 4
Tingkat pendidikan, yang dikategorikan dalam: a Tidak sekolah.
b Sekolah Dasar SD. c Sekolah Menengah Pertama SMP.
d Sekolah Menengah Atas SMA. 5
Tingkat pendapatan, dilihat dari besarnya pendapatan rata-rata keseluruhan responden yang dinyatakan:
a Rendah, bila pendapatan responden kurang dari nilai rata-rata keseluruhan. b Tinggi, bila pendapatan responden lebih dari nilai rata-rata.
6 Luas lahan garapan diluar kawasan, dilihat dari nilai rata-rata keseluruhan
lahan garapan responden yang dinyatakan: a Kecil, bila luas lahan garapan dalam kawasan responden kurang dari nilai
rata-rata keseluruhan responden. b Besar, bila luas lahan garapan dalam kawasan responden lebih dari nilai
rata-rata keseluruhan responden. 7
Lama menggarap, yang dinyatakan: a 5tahun setelah penetapan TNGC.
b 5tahun sebelum penetapan TNGC.
Jumlah responden yang terdapat dalam suatu faktor sosial ekonomi disusun dalam tabel frekuensi dan tabel silang. Tabel frekuensi digunakan untuk
melihat dominansi setiap faktor sosial ekonomi yang telah dikategorikan. Sedangkan tabel silang digunakan untuk menentukan hubungan variabel pengaruh
dan variabel terpengaruh melalui uji chi-square dengan rumus sebagai berikut: ∑ f₀-f
t 2
χ
2
= f
t
Keterangan : f₀ = frekuensi observasi yang diperoleh dari penelitian. f
t
= frekuensi teortis yang nilainya ditentukan dari penggandaan perbandingan jumlah total kolom dengan jumlah total baris
data pada tabel silang. Hipotesis keputusan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut :
H : Karakter sosial ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap luas lahan garapan
dalam kawasan. H
1
: Karakter sosial ekonomi berpengaruh nyata terhadap luas lahan garapan dalam kawasan.
≤ χ
2
tabel
n-1;k-1
; terima H χ
2
hitung ≥ χ
2
tabel
n-1;k-1
; terima H
1
Apabila terima H
0,
maka variabel pengaruh x tidak berpengaruh terhadap variabel terpengaruh y, dan sebaliknya apabila terima H
1
maka variabel pengaruh x berpengaruh terhadap variabel terpengaruh y. Selang kepercayaan
yang digunakan adalah 95.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Taman Nasional Gunung Ciremai
4.1.1 Sejarah kawasan
Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan tinggi 3078 m dpl. Gunung Ciremai awalnya merupakan kawasan hutan yang ditunjuk
oleh Pemerintah Hindia Belanda dan disahkan pada tanggal 28 Mei 1941. Kawasan hutan ini kemudian berubah status menjadi hutan produksi pada tahun
1978 yang dikelola oleh Perum Perhutani yang terbagi dalan dua unit wilayah yaitu KPH Kuningan dan KPH Majalengka berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No.143KptsUm31978. Sebagian kawasan hutan produksi di Gunung
Ciremai kemudian diubah statusnya sebagai kawasan hutan lindung di Kawasan Hutan Produksi Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten
Majalengka berdasarkan Kepmenhut nomor 195Kpts-II2003 tanggal 4 Juli 2003
tentang penunjukan areal hutan di Provinsi Jawa Barat seluas ± 816603 ha.
Pada saat kawasan dikelola Perum Perhutani, telah ada sistem yang berjalan salah satunya adalah sistem PHBM Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat yang dimulai sekitar tahun 1999 Suryadarma 2009. PHBM adalah sebuah sistem yang sama sekali berbeda dengan sistem pengelolaan taman
nasional pada umumnya. Kebijakan PHBM ini tertuang dalam pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 tentang penggunaan dan pemanfaatan hutan
berbasis sosial forestry. Program PHBM antara masyarakat dan Perum Perhutani dengan memanfaatkan pola tumpangsari agroforestry. Menurut Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1990, dijelaskan bahwa taman nasional merupakan kawasan konservasi dengan tujuan perlindungan ekosistem penyangga kehidupan,
pengawetan plasma nutfah dan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata untuk kelestarian kawasan sehingga tidak diperbolehkan adanya aktivitas masyarakat
khususnya pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan hutan di kawasan ini telah dilakukan sejak lama, yaitu sejak kawasan hutan Gunung Ciremai masih berstatus
hutan produksi. Seperti dibeberapa wilayah yang dimanfaatkan untuk pertanian, lahan tumpangsari justru banyak dikonversi lahannya menjadi ladang sayur mayur