Taman Nasional TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional

Taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi Dephut 1990. Taman nasional merupakan kawasan alami baik darat dan atau laut, yang ditunjuk untuk a melindungi integritas ekologis satu atau lebih ekosistem untuk generasi saat ini dan yang akan datang, b meniadakan eksploitasi atau penggunaan yang berlawanan dengan maksud penunjukan kawasan dan c menyediakan dasar bagi kepentingan spiritual, ilmu pengetahuan, pendidikan dan rekreasi yang sesuai dengan lingkungan dan budaya IUCN 1994. IUCN memberikan karakteristik mengenai taman nasional sebagai berikut: 1 Taman nasional merupakan suatu kawasan alami yang cukup luas terdiri dari satu atau beberapa ekosistem yang tidak banyak dijamah oleh manusia. Dalam kawasan ini dilarang dilakukan kegiatan eksploitasi, berkembang berbagai jenis flora dan fauna, serta memiliki nilai ilmiah, pendidikan serta rekreasi. 2 Kegiatan pengelolaan taman nasional dilakukan oleh pemerintah yang ditujukan untuk melestarikan potensi sumberdaya alam dan ekosistem taman nasional. 3 Kawasan yang dapat dikunjungi oleh masyarakat dan dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merubah ciri-ciri ekosistem yang ada karena memiliki unsur-unsur pendidikan, penelitian, ilmiah dan rekreasi ilmiah. Berdasarkan IUCN 1994, terdapat enam tujuan pengelolaan taman nasional, yaitu : 1 Melindungi kawasan alami dan indah untuk pemanfaatan spiritual, ilmiah, pendidikan dan rekreasi. 2 Mengelola penggunaan pengunjung untuk tujuan rekreasi, budaya dan pencarian inspirasi pada tingkat yang akan menjaga kealamiahan kawasan. 3 Memelihara keanekaragaman dan kestabilan ekologis sumberdaya genetik dan spesies dalam kondisi alami. 4 Menjaga atribut ekologis, geomorfologis dan estetis yang menjamin penetapan kawasan. 5 Mencegah eksploitasi atau penggunaan yang bertentangan dengan tujuan penetapan kawasan. 6 Menghitung kebutuhan masyarakat lokal dalam pemanfaatan sumberdaya. Secara ekologis, taman nasional memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar, misalnya dalam hal pengendalian banjir, menyediakan air minum saat musim kemarau, selain itu adanya spesies liar dapat membantu dalam pertanian misalnya burung-burung pemakan hama dan serangga dalam penyerbukan MacKinnon et al. 1990. Secara ekonomi dan sosial dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas lingkungan, produktivitas usaha tani, produktivitas usaha kerja dan jasa-jasa lingkungan yang dapat meningkatkan kesempatan kerja dan peningkatan perekonomian. Soewardi 1978 menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan pokok, taman nasional memerlukan adanya alokasi ruang yang berfungsi untuk perlindungan dan pemanfaatan itu sendiri yang disebut sistem zonasi. Menurut Soewardi 1978 taman nasional setidaknya harus mempunyai: 1 Zona inti, pada zona ini kegiatan manusia sangat terbatas hanya untuk penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan dan ilmu pengetahuan dan tidak boleh ada bangunan permanen. 2 Zona rimba, merupakan kawasan zona yang tidak boleh ada bangunan permanen, kegiatan hanya sebatas penelitian, pendidikan dan wisata alam terbatas. 3 Zona pemanfaatan, merupakan wilayah yang dikhususkan untuk pemanfaatan baik untuk sarana pengelolaan taman nasional berupa penelitian, penunjang budidaya maupun kegiatan wisata antara lain dengan penyediaan bumi perkemahan, shelter dan lain-lain. Selain itu, zona-zona lain yang mungkin diperlukan dalam taman nasional sesuai dengan situasi dan kondisi setempat adalah zona rehabilitasi, zona pemanfaatan tradisional, zona kulturalbudaya dan zona penyangga MacKinnon et al. 1990. Menurut pasal 16 ayat 2 Undang-undang No 5 Tahun 1990, daerah penyangga merupakan wilayah yang berada di luar kawasan suaka alampelestarian alam, baik kawasan hutan lain, tanah negara bebas maupun tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan kawasan. Daerah penyangga merupakan kawasan yang berdekatan dengan kawasan yang dilindungi, yang penggunaan tanahnya terbatas, untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan bagi kawasan yang dilindungi dan sekaligus bermanfaat bagi masyarakat pedesaan di sekitarnya MacKinnon et al. 1990. Menurut MacKinnon et al. 1990 daerah penyangga memiliki dua fungsi utama, yaitu : 1 Penyangga perluasan, memperluas kawasan habitat yang terdapat di kawasan yang dilindungi ke dalam kawasan penyangga. Contohnya hutan produksi, kawasan buru, hutan alami yang digunakan penduduk untuk mencari kayu bakar, kawasan terlantar dan padang penggembalaan. 2 Penyangga sosial, dimana pemanfaatan sumberdaya alam dari kawasan penyangga merupakan hal sekunder dan tujuan pengelolaannya adalah menyediakan produk yang dapat digunakan atau berharga bagi masyarakat setempat. Tetapi penggunaan tanah untuk tujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan tujuan utama dari kawasan yang dilindungi. MacKinnon et al.1990 membagi beberapa tipe utama daerah penyangga taman nasional, yaitu : 1 Zona pemanfaatan tradisional di dalam kawasan yang dilindungi. Ada situasi ketika tidak ada tanah yang cocok di luar kawasan konservasi untuk ditetapkan sebagai zona penyangga serta lebih disukai untuk mengizinkan pengumpulan produk alam tertentu dari beberapa bagian kawasan konservasi atau pada waktu-waktu tertentu daripada menjadikan lahan yang bernilai penting sebagai kawasan penyangga. 2 Penyangga hutan. Termasuk hutan kayu bakar atau bahan bangunan yang terletak di luar batas kawasan yang dilindungi tetapi di atas tanah negara. Hutan ini dapat berupa hutan alami, hutan sekunder yang diperkaya, atau bahkan perkebunan dimana penekanannya adalah memaksimalkan hasil yang berkelanjutan untuk digunakan penduduk desa setempat, selain berfungsi melindungi air dan tanah. Penggalakan hutan tanaman di zona penyangga mungkin merupakan satu-satunya strategi pengelolaan sumberdaya yang efektif untuk menjamin keutuhan kawasan yang dilindungi dalam jangka waktu yang panjang. 3 Penyangga ekonomi. Daerah penyangga diperlukan untuk mengurangi keperluan masyarakat desa dari mengambil sumberdaya dari dalam kawasan konservasi. Penyangga ini dapat berbentuk bantuan khusus pertanian, sosial atau komunikasi, atau lahan produktif, perburuan terkendali di daerah penyangga dekat kawasan konservasi, bahkan uang tunai dari penghasilan kawasan konservasi. 4 Rintangan fisik. Bila tidak tersedia tanah bagi pengembangan daerah penyangga, maka batas kawasan itu sendiri harus berfungsi sebagai penyangga. Kadang-kadang diperlukan juga rintangan fisik berupa selokan, kanal, pagar tembok atau kawat berduri. Pada beberapa kasus, yang diperlukan hanyalah batas yang jelas terlihat seperti sebaris atau jalur tipis pohon-pohon yang mencolok sebagai batas hidup.

3.2 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Lahan