dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif Waluyo 2003:1.
Pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan susunan yang
penting, yang direkam dan diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang
penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
puisi adalah ekspresi pengalaman yang ditulis secara sistematik dengan bahasa yang puitis. Kata puitis sudah mengandung keindahan yang khusus untuk puisi.
Disamping itu puisi dapat membangkitkan perasaan yang menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.
2.2.1.2 Unsur - Unsur Puisi
Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan unsur
lainnya menunjukkan hubungan keterjalinan satu dengan yang lainnya. Unsur- unsur itu juga menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu
berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dalam totalitasnya Jabrohim 2003:34.
Seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan demikian
puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan. Hanya harus diakui, untuk
mengetahuinya lebih sulit karena bentuk karya sastra ini umumnya menggunakan kata-kata kias atau perlambang-perlambang. Karena itu untuk mengetahuinya
diperlukan kecerdasan dan kejelian kita sebagai pembacanya untuk menafsirkan kiasan-kiasan atau perlambang-perlambang yang dipergunakan penyair
Suharianto 2005:38 Nurgiyantoro 2005:353 mengatakan bahwa unsur–unsur pembangun
puisi dapat dibagi menjadi empat yaitu: tema, diksi atau pilihan kata, rima, dan pengimajian.
a Tema
Menurut Suharyanto 2005:39, puisi mempunyai tema atau pokok permasalahan. Hanya harus diakui, untuk mengetahuinya lebih sulit karena
bentuk karya sastra ini umumnya menggunakan kata kiasan atau perlambang. Karena itu untuk mengetahuinya membutuhkan kejelian kita sebagai pembaca
untuk menafsirkan kiasan atau perlambang yang digunakan penyair. Jadi dapat disimpilkan bahwa tema merupakan sebuah acuan sebelum
membuat puisi. Tema sangatlah pening untuk membantu pengarang dalam menentukan puisi yang akan dibuat. Biasanya puisi dibuat berdasarkan
pengalaman pribadi atau orang lain.
b Diksi atau Pilihan Kata
Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat- tepatnya seperti yang dialami batinnya. Selain itu, juga ia ingin
mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman
jiwanya tersebut, untuk itu haruslah dipilih kata setepatnya. Pemilihan kata dalam sajak diebut diksi Pradopo 2002:54.
Pilihan kata atau diksi dikatakan baik apabila mudah dipahami kata dan maknanya, kosa kata yang aktif dan luas, pilihan kata harus tepat yang sesuai
dengan situasi yang dihadapi, dan macam corak gaya bahasanya sesuai dengan tujuan penulisan Jabrohim 2003:35
Nurgiyantoro 2005:333 berpendapat bahwa wujud formal karya sastra adalah bahasa, dan satuan formal bahasa yang tersaji dalam teks sastra adalah
kata - kata, deretan kata. Kata adalah segalanya untuk puisi. Kata menetukan derajat keindahan dalam sebuah puisi sebagai karya seni. Kata juga menentukan
kekomunikatifan makna yang ditawarkan sebuah puisi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan
pilihan kata yang digunakan penyair untuk menyampaikan gagasan. Diksi atau pilihan kata mempunyai peran yang sangat penting untuk mencapai keefektifan
dalam menulis puisi.
c Rima
Rima berasal dari bahasa Inggris rhyme, yakni pengulangan bunyi didalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan
bait dan puisi
Ratmiawan 1996:28-33 menyatakan bunyi kata-kata yang berulang secara teratur, keras tekanan yang berulang, dan bunyi akhir kata yang berulang
dapat menimbulkan imaji dan keindahan bunyi. Inilah yang menjadi salah satu
nilai puisi. Umumnya, musikalitas puisi terbentuk oleh unsur-unsur irama maupun rima. Irama adalah alunan yang dikesankan oleh perulangan dan
pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendeknya bunyi, keras lembutnya tekanan, dan tinggi rendahnya nada. Jadi, irama ini hanya dapat kita
rasakan dan dapat kita dengar ketika kita membaca puisi. Sedangkan rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik atau baris puisi maupun
pada akhir baris puisi yang berdekatan. Persamaan bunyi atau rima ini, oleh para ahli dibagi dalam tiga kelompok besar menurut bunyinya, bentuknya, dan letak
kata-kata dalam baris. Pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke
baaris lain mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan konsentrasi dan
kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata seperti dalam mantra Waluyo 2003:7.
Nurgiyantoro 2005:321 mengatakan bahwa rima adalah pola perulangan bunyi yang sengaja ditimbulkan dan didayakan untuk mencapai efek keindahan.
Suharianto 2005:45 menyatakan bahwa rima adalah istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi. Sedangkan irama, yang sering juga dikatakan
ritme adalah tinggi rendah, panjang pendek keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca
Jenis rima yang ditinjau menurut letaknya dalam bait puisi:
a. Rima Silang Puisi dikatakan mempunyai rima silang jika baris pertama berirama
dengan baris ketiga, dan baris kedua berirama dengan baris keempat a-b-a-b. b. Rima Berpeluk
Puisi dikatakan rima berpeluk jika baris pertama berirama sama dengan baris keempat, baris kedua berirama dengan baris ketiga a-b-b-a
c. Rima Terus atau Rima Rangkai Puisi dikatakan berima terus atau berima rangkai jika baris terakhir puisi
itu keseluruhannya memiliki rima yang sama a-a-a-a. d. Rima Berpasangan atau Rima Kembar
Puisi dikatakan berima kembar jika baris yang berima itu berpasang- pasangan. Baris pertama berima dengan baris kedua, baris ketiga berima dengan
baris keempat a-a-b-b e. Rima Patah
Puisi dikatakan berima patah jika salah satu baris tidak mengikuti baris lainnya dalam satu bait. Namun dalam puisi modern perulangan bunyi atau rima
tersebut tidak terbatas pada suku akhir setiap baris saja. Dalam puisi modern rima diatur secara sistematis dalam posisi yang sesuai dengan kesatuan makna
kelompok kata atau kalimat. Di samping perulangan bunyi seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ada dua jenis perulangan bunyi yang lain yang disebut
euphony dan cacophony. Perulangan bunyi euphony adalah perulangan bunyi yang cerah, ringan, menunjukkan kegembiraan dan kesenangan. Rima euphony
dibentuk oleh bunyi huruf i, e, dan a. Sedangkan rima cacophony adalah
perulangan bunyi yang menggambarkan suasana batin tertekan, dibayangi sesuatu yang seram menakutkan, sedih, dan kesepian..cacophony biasanya
dibentuk oleh bunyi vokal o, u, dan diftong au. Namun kadangkala cacophony dibentuk oleh konsonan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan rima dalam sebuah puisi sangatlah penting untuk menambah keindahan dalam sebuah puisi sebagai karya seni.
Keindahan rima dalam sebuah puisi akan terasa setelah puisi dibacakan.
d Pengimajian
Suharianto 1981:71 berpendapat bahwa setiap penyair akan menjadikan semua pengalaman jiwanya sebagai sesuatu yang konkret, yang dapat ditangkap
olaeh pembaca puisinya. Usaha menjadikan sesuatu yang semula abstrak menjadi konret sehingga dapat dengan mudah ditangkap oleh pembaca disebut
pengimajian. Berdasarkan pengertian tersebet dapat disimpulkan bahwa pngimajian
adalah suatu gambaran pengalaman indra seseorang secara nyata dituangkan dalam kata – kata. Dengan adanya gambaran tersebut, kita seolah – olah dapat
melihat, mendengar dan merasakan secara nyata.
e Tipografi
Suharianto 1981:37 menyatakan bahwa tipografi disebut juga ukiran bentuk: yaitu susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Termasuk ke dalam
tipografi ialah penggunaan huruf-huruf untuk melukiskan kata-kata suatu puisi.
Jabrohim 2003:54 mengemukakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan
drama. Karena itu ia merupakan pembeda yang sangat penting. Dalam prosa baik fiksi maupun bukan baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah
periodisitet. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait. Baris-baris puisi tidak diawali
dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan. Tapi sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya jika kita menulis
prosa.
2.2.2 Pembelajaran Menulis Puisi