sedang mempelajarinya. Hal senada dijelaskan oleh Rifa’i dan Anni 2011:137 teori belajar konstruktivistik menyatakan bahwa pendidik tidak dapat memberikan
pengetahuan kepada peserta didik. Sebaliknya, peserta didik harus mengkostruksikan pengetahuannya sendiri. Slavin dalam buku Rifa’i, 2011 menyatakan,
Peran pendidik adalah a memperlancar proses pengkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi secara bermakna dan relevan
dengan peserta didik, b memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan atau menerapkan gagasannya sendiri, dan c membimbing
peserta didik untuk menyadari dan secara sadar menggunakan strategi belajarnya sendiri.
Inti dari teori konstruktivistik tentang pengertian belajar merupakan proses
penemuan discovery dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara
konstan memeriksa informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip rules yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai
dengan informasi baru diperoleh. Agar peserta didik mampu melakukan kegiatan belajar, maka dia harus melibatkan diri secara aktif.
2.1.4. Achievement Motivation Theory
Achievement motivation merupakan teori yang dikemukakan oleh McClelland pada tahun 1961 dalam buku The Achieving Society. Achievement motivation models
menjelaskan dan memprediksi perilaku dan kinerja berdasarkan kebutuhan seseorang untuk prestasi, kekuasaan atau afiliasi. McClelland membagi motif seseorang dalam
berbagai derajat kebutuhan mereka, yaitu kebutuhan untuk prestasi, kekuasaan dan afiliasi. Setiap individu akan memiliki karakteristik yang berbeda tergantung dari
motif kebutuhan yang dominan yang mereka miliki. Akan tetapi setiap orang tidak hanya memiliki satu motif kebutuhan akan tetapi kombinasi dari ketiga kebutuhan
yang ada. Kebutuhan prestasi menurut Daft dalam Moore, 2010 adalah keinginan
untuk mencapai sesuatu yang sulit, mencapai standar keberhasilan yang tinggi, menguasai tugas-tugas yang kompleks, dan mengungguli orang lain. Peserta didik
yang memiliki kebutuhan prestasi akan mencari tujuan yang realistis tetapi menantang, serta dapat menguasai materi dan tugas dengan baik dengan segala upaya.
Kebutuhan untuk kekuasaan atau power menurut McClelland dalam Moore, dkk, 2010 merupakan suatu keprihatinan karena kebutuhan untuk kekuasaan
merupakan kontrol atau cara mempengaruhi seseorang. Dengan kata lain kebutuhan kekuasaan merupakan perhatian sadar untuk mempengaruhi orang lain, bertanggung
jawab untuk orang lain, memiliki kewenangan atas orang lain, mencari posisi otoritas, dan memiliki keinginan untuk menjadi berpengaruh didalam kelas atau sekolah.
Kebutuhan afiliasi menurut Lussier dan Achua dalam Moore, Grabsch dan Rooter,2010 merupakan kebutuhan untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan hubungan dengan teman. Peserta didik yang memiliki kebutuhan afiliasi memiliki keinginan untuk membentuk hubungan pribadi yang erat, menghindari
konflik dan membangun persahabatan yang hangat dengan teman. Berdasarkan penjelasan teori diatas, maka penelitian ini menggunakan teori
belajar behavioristik dan teori belajar kognitif karena selain belajar merupakan proses perubahan tingkah laku karena stimulus, belajar juga merupakan proses berpikir. guru
dan adanya fasilitas belajar merupakan rangsangan stimulus dari luar yang mempengaruhi hasil belajar, sehingga faktor kompetensi dan fasilitas belajar masuk
dalam teori belajar behavioristik. Sedangkan motivasi merupakan salah satu stimulus dari dalam diri sendiri yang mempengaruhi hasil belajar, sehingga faktor motivasi
belajar masuk dalam teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif dalam pembelajaran, dapat terlihat dari proses berpikir
dan cara pandang siswa dalam menerima stimulus yang diberikan. Teori kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi,terutama unsur
pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Stimulus yang diberikan tidak akan berarti ketika pada diri siswa itu sendiri tidak
terdapat proses berpikir dan siswa tidak memiliki kemampuan merespons stimulus yang diberikan. Sehingga dalam belajar, selain adanya stimulus juga perlu adanya
proses berpikir. Dengan kata lain,aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir,yakni proses pengolahan dan informasi.
Penelitian ini juga menggunakan rujukan achievment motivation theory, karena teori ini membantu peserta didik dan guru untuk mengetahui kebutuhan apa
yang paling dominan pada diri peserta didik untuk mencapai prestasi belajarnya. Dengan mengetahui orientasi tujuan berprestasinya peserta didik akan semakin
termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut sehingga akan berdampak pada usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut dan berdampak pada
peningkatan hasil belajarnya.
2.1.5. Pengertian Hasil Belajar