Hasil Tindakan dan Siklus

92 mampu mengontrol kata-katanya ketika akan marah ke teman lain atau orang lain dengan mengeluarkan kata-kata yang lebih halus dan tidak menimbulkan emosi marah pada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Safaria dan Eka Saputra 2012: 86 cara efektif untuk mengelola emosi marah adalah dengan mengungkapkan dan mengomunikasikannya secara verbal dan asertif. Emosi marah yang dipendam dapat menjadi bom waktu, yang sewaktu-waktu nantinya akan meledak dan tidak dapat dikendalikan sehingga menjadi amuk dan berdampak negatif. Dari hasil ini, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan mengelola emosi marah siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 1 Mouyudan melalui teknik anger management. Hasil ini sejalan dengan pendapat BhaveSaini 2009 yang menyebutkan bahwa teknik anger management dapat membantu individu dalam self-control terhadap respon internal dan eksternal sebagai akibat dari emosi marah yang dirasakan dan memberikan motivasi positif untuk memecahkan masalah sehingga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan. Berdasarkan analisis kualitatif melalui proses observasi dan wawancara dalam dua siklus menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan mengelola emosi marah siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 1 Moyudan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi marah siswa mengalami peningkatan pada keempat aspek menurut Goleman dalam Robik Anwar Dani, 2011 yaitu: 93 mengenali emosi marah, mengendalikan emosi marah, meredakan emosi marah, mengungkapkan emosi marah secara asertif.

G. Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian yang dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih terdapat kelemahan dan keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi peneliti selama penelitian dilaksanakan adalah: 1. Ada beberapa siswa yang kurang serius dan fokus dalam mengikuti tindakan ke II dan ke III. 2. Dalam proses tindakan ke IV yaitu relaksasi, suasana kurang kondusif sedikit bising dengan kendaraan bermotor, karena ruang kelas dekat dengan jalan raya. 3. Ketika dalam tindakan ke II, peneliti belum memberikan perlakuan untuk memunculkan emosi marah siswa dalam mengingat pengalaman- pengalaman emosi marah siswa. 4. Peneliti kuarang bisa merespon siswa yang kurang serius dan kurang bisa memunculkan emosi marah pada tindakan II dan III, karena keterbatasan waktu yang telah ditentukan. 5. Berdasarkan hasil skor kemampuan mengelola emosi marah siswa rata- rata dalam kategori sedang. Hanya beberapa siswa yang masuk dalam indikator keberhasilan yaitu mencapai skor tinggi. Peneliti tidak melakukan pada siklus selanjutnya dikarenakan terbatasnya waktu dan perlu adanya pendampingan peneliti dan guru BK dalam melakukan 94 tindakan. Namun secara keseluruhan siswa sudah mengalami peningkatan dalam kemampuan mengelola emosi marahnya.