42
D. Kerangka Berfikir
Siswa SMA sebagai remaja awal sudah mulai mengambil peran banyak dalam lingkungan sosialnya. Bergaul dengan teman sebaya,
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baik di sekolah maupun di masyarakat. Tuntutan penyesuaian yang dituntut oleh masyarakat sangat
membebani yang menimbulkan tekanan-tekanan pada siswa. Tekanan- tekanan itu membuat siswa mengalami masa sulit dan menimbulkan emosi
marah. Masa remaja merupakan masa transisi dimana masa ini merupakan
puncak emosional dan ketidakmampuan siswa remaja dalam mengelola emosi, khususnya emosi marah yang dapat menghambat perkembangan
emosi siswa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, wawancara dengan siswa dan guru Bimbingan dan Konseling serta data yang tercatat dibuku
besar mengenai adanya kasus yang terjadi pada siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 1 Moyudan yang menunjukkan beberapa siswa belum
bisa mengelola emosinya dengan baik. Asumsi ini berdasarkan pada perilaku siswa yang kurang bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, kurang bisa mengontrol diri, dan mudah marah, mudah marah lantaran cuma hal-hal yang kecil, seperti
melihat wajah antara siswa satu dengan siswa lain yang berujung dengan percekcokan sampai perkelahian. Ada juga perilaku yang kurang
menyenangkan seperti suka mengolok-olok, mengejek, membentak, memukul bersuara keras, dan masih banyak lagi. Perilaku tersebut
43
menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi beberapa siswa SMK Muhammadiyah 1 Moyudan belum optimal.
Perkembangan kemampuan mengelola emosi marah siswa didasarkan pada faktor internal dan eksternal. Kemampuan ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat. Selain itu
lingkungan sekolah juga sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan emosi siswa. Melalui kurikulum pendidikan, khususnya Bimbingan dan
Konseling diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mengelola emosi marah pada siswa.
Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti berasumsi bahwa kemampuan mengelola emosi marah dapat ditingkatkan melalui teknik
anger management. Anger management adalah suatu kemapuan atau teknik untuk melakukan tindakan mengatur pikiran, perasaan, nafsu
amarah dengan cara yang tepat dan positif serta dapat diterima di lingkungan, sehingga dapat mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan
diri sendiri dan orang lain. Anger management sangat efektif menangani masalah emosi. Anger management dapat menjadi teknik untuk membantu
pemahaman siswa mengenai mengelola emosi marahnya sehingga siswa dapat keluar dari masalahnya dan menemukan alternatif yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengelola emosi marahnya yang dialami.
44
Langkah awal dalam anger management adalah memberikan pemahaman atau pengertian tentang kemampuan mengelola emosi marah,
kemudian siswa diminta untuk mempunyai sebuah komitmen untuk mengubah diri. Dengan memberikan komitmen yang kuat individu akan
semakin termotivasi untuk belajar mengelola emosi marah. Setelah itu siswa disuruh mengungkapkan rasa marahnya yang selama ini mengganjal
pikiran dan perasaannya dengan menuliskan kesebuah kertas. Untuk langkah berikutnya, siswa disuruh membangun kesadaran siswa tentang
adanya pertanda kemarahan. Tahap berikutnya yaitu memberikan relaksasi kepada siswa. Teknik ini sangat membantu individu dalam mengelola
emosinya. Ada beberapa bentuk relaksasi, yaitu: relaksasi otot, indera, dan kognitif. Relaksasi otot merupakan relaksasi yang disarankan untuk
pemula karena relaksasi ini paling mudah untuk dilakukan. Keseluruhan teknik anger management tersebut akhirnya dapat membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan mengelola emosi marah.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah anger management yang
dapat meningkatkan kemampuan mengelola emosi marah pada siswa kelas X SMK Muhammadiyah 1 Moyudan.
45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas PTK biasa
disebut dengan Classroom Action Research CAR.Suharsimi Arikunto 2010: 129 menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas yaitu penelitian
tentang hal-hal yang yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan. Selanjutnya salah satu karakteristik PTK adalah bersifat kolaboratif yang artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antar guru,
antar peneliti atau antar peneliti dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan
yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan action Trianto, 2011: 22.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 1 Moyudan melalui teknik purposive, di mana penentuan subjek
didasarkan atas adanya karakteristik yang menunjukkan kurangnya kemampuan mengelola emosi marah. Karakteristik yang menunjukkan
kurangnya kemampuan mengelola emosi marah siswa antara lain: 1. Sering menunjukkan emosi marah berdasarkan informasi dari guru
Bimbingan dan Konseling 2. Skor yang diperoleh dari hasil skala kemampuan mengelola emosi
marah rata-rata berada pada kategori rendah dan sedang