UUD 1945 Amandemen. PENGATURAN NEGARA HUKUM DALAM UNDANG-

131 kesejahteraan, perdamaian dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia merdeka yang berdaulat sempurna. Adapun dalam batang tubuh ketentuan mengenai negara hukum di atur dalam Pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 yang mengatur bahwa: Republik Indonesia merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan.

4. UUD 1945 Amandemen.

Amandemen UUD 1945 merupakan produk kesepakatan bangsa Indonesia melalui wakil-wakilnya di parlemen. Amandemen UUD 1945 merupakan persyaratan penting yang diperlukan bagi terwujudnya Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi supremasi hukum supremacy of law untuk terciptanya perlindungan terhadap HAM yang dilakukan melalui pembatasan terhadap kekuasaan negara dengan mekanisme pemisahan kekuasaan separation of power dan check and balances antar cabang-cabang kekuasaan. Cita-cita untuk mewujudkan negara hukum masih tetap menjadi pilihan utama bagi bangsa dan negara Indonesia. Bahkan di dalam UUD 1945 hasil amandemen pengaturan mengenai negara hukum yang sebelumnya hanya dicantumkan atau diatur di dalam penjelasan, setelah perubahan ketentuan mengenai negara hukum di atur dalam batang tubuh. Pencantuman mengenai negara hukum dalam batang tubuh bertujuan untuk mempertegas kedudukan negara Indonesia sebagai suatu negara hukum. UUD 1945 tidak mengatur secara eksplisit Indonesia sebagai negara hukum. Selain itu pengaturan negara hukum dalam batang tubuh juga bertujuan untuk tegaknya supremasi hukum supremacy of law dan untuk menghormati serta menjunjung tinggi HAM. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Valina Singka Subekti dari 132 F-UG dalam rapat PAH BP MPR yang mengusulkan pasal mengenai negara hukum: “Usulan kami ini berdasarkan pemikiran bahwa selama ini selalu dipersoalkan mengenai penyebutan negara yang berdasarkan hukum atau rechtsstaat itu, sementara rumusan ini selama ini hanya terdapat didalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar kita, oleh karena ini memang harus ditegaskan kedalam batang tubuh Undang-Undang Dasar kita. Jadi penegasan ke dalam pasal ini sangat penting dalam rangka untuk menegakkan supremasi hukum dan penegakan Hak Asasi Manusia sesuai dengan semangat yang ada didalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 kita”. 7 Berkaitan penempatan rumusan negara hukum dalam batang tubuh untuk mewujudkan supremasi hukum dalam rangka untuk melindungi HAM, juga di dukung oleh Gregorius Seto Hariyanto dari F-PDKB. Sebagaimana pendapat dari Gregorius Seto Hariyanto: “Saya kira kalau kita mengikuti apa yang dilakukan selama 32 tahun yang lalu, dalam hal Undang-Undang Dasar 1945, maka selama orde baru kita tahu bahwa rezim orde baru yang paling berkehendak dan berkeyakinan bahwa penjelasan itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari batang tubuh. Dan kita tahu bahwa di dalam penjelasan justru dalam sistem pemerintahan negara kunci yang pertama adalah Indonesia ialah negara berdasarkan hukum. Artinya, sebetulnya orde baru itu sangat menempatkan supremasi hukum karena dia begitu mengagung-agungkan penjelasan. Tapi kenyataannya kita rasakan, kita alami lain. Saya mau mengatakan bahwa dengan demikian ada dua kemungkinan: Yang pertama, bahwa karena itu didalam penjelasan menjadi kurang penting meskipun dikatakan tidak terpisahkan. Atau yang kedua, memang persoalan watak, persoalan perilaku, persoalan semangat menyelenggarakan negara. Nah karena itu saya mendukung upaya untuk memindahkan prinsip negara hukum yang selama orde baru ditempatkan menjadi kunci pertama, tapi tidak dilakukan, masuk ke dalam batang tubuh. Dalam persoalan itu kita menekankan pentingnya supremasi hukum di dalam kerangka melindungi hak- hak warga negara dan penduduk”. 8 7 Mahkamah Konstitusi, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Latar Belakang, Proses dan Hasil Pembahasan 1999-2002, Buku II Sendi-SendiFundamental Negara, Edisi Revisi, Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2010, hlm. 427. 8 Op Cit, hlm. 400-401 133 Selanjutnya Khofifah Indar Parawansa yang mewakili F-PKB menyampaikan pendapatnya agar rumusan negara hukum masuk dalam batang tubuh. Menurutnya yang terpenting bagaimana supremasi hukum supremacy of law itu di atur secara eksplisit dalam batang tubuh untuk menjamin hak persamaan di depan hukum equality before the law. Hal ini sebagaimana yang di katakan oleh Khofifah, bahwa: “PKB termasuk yang menginginkan aspek negara hukum termasuk di dalam batang tubuh Pasal 1. Yang penting bagaimana supremasi hukum itu bisa diakui secara eksplisit bahwa equality before the law itu bisa diciptakan dan jaminannya ada dibatang tubuh”. 9 Hasil-hasil pembahasan dalam sidang MPR tersebut di sepakati secara musyawarah oleh fraksi-fraksi yang ada di MPR untuk menjadikan rumusan negara hukum di atur dalam batang tubuh yaitu di dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 amandemen. Kesepakatan tersebut antara lain pendapat akhir dari F-PDI Perjuangan yang disampaikan oleh I Dewa Gede Palguna, yang menyatakan bahwa: “Penegasan bahwa “Indonesia adalah Negara hukum”, yang di dalamnya juga terkandung arti supremacy of law, demokrasi, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, dan pembatasan kekuasaan pemerintah oleh hukum, adalah sangat penting dan. Oleh karena itu, kami setuju dengan rumusan dalam rancangan perubahan pada Pasal 1 ayat 3 ”. 10 Selanjutnya adalah pendapat akhir dari F-PBB yang diwakili oleh Hamdan Zoelva. F-PBB menyetujui rumusan negara hukum yang telah disepakati. Hamdan Zoelva mengatakan bahwa: “Penataan kembali sistem ketatanegaraan dalam Rancangan Perubagan Undang-Undang Dasar ini adalah jalan keluar dan cara terbaik yang paling damai yang kita tempuh untuk mengatasi kemungkinan masalah ketatanegaraan kita kedepan karena tidak lagi lembaga negara memiliki superior dari lembaga negara yang lain. Tidak ada penguasa yang dapat dengan mudah memanfaatkan Undang-Undang Dasar ini untuk melanggengkan kekuasaannya. Bagi Fraksi kami, yang superior itu 9 Op Cit, hlm. 397. 10 Op Cit, hlm. 475. 134 hukum dan itu sebabnya kami setuju dengan perumusan negara hukum itu ”. 11 Setelah semua fraksi menyampaikan pandangan akhir, maka di sepakati secara musyawarah perubahan ketiga UUD 1945 mengenai rumusan negara hukum. Pencantuman rumusan mengenai negara hukum ini ditempatkan pada bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan rakyat, yaitu dalam Pasal 1 ayat 3. Sehingga Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 amandemen berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

II. KONSEP NEGARA HUKUM BERDASARKAN UUD 1945