206 Penjelasan Pasal 24 dan 25 UUD 1945. Penjelasan tersebut
menjelaskan bahwa:
Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu, harus
diadakan jaminan dalam undang-undang tentang kedudukan para hakim.
Selain diatur dalam Pasal 24 dan Pasal 25 UUD 1945, untuk memberikan jaminan terhadap Kekuasaan kehakiman yang bebas dan
mandiri maka di undangkan UU No. 14 tahun 1970 tentang Pokok- Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pasal 1 UU No. 141970 menyebutkan
bahwa:
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Adapun Penjelasan Pasal 1 UU No. 141970 menyatakan bahwa:
Kekuasaan Kehakiman yang merdeka ini mengandung pengertian di dalamnya Kekuasaan Kehakiman yang bebas dari campur tangan pihak
kekuasaan Negara lainnya, dan kebebasan dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari pihak extra judiciil, kecuali dalam hal-
hal yang diijinkan oleh Undang-undang. Kebebasan dalam melaksanakan wewenang judiciil tidaklah mutlak
sifatnya, karena tugas dari pada Hakim adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dengan jalan menafsirkan
hukum dan mencari dasar-dasar serta azas-azas yang jadi landasannya, melalui perkara-perkara yang dihadapkan kepadanya, sehingga
keputusannya mencerminkan perasaan keadilan Bangsa dan Rakyat Indonesia.
b. Asas Kekuasaan Kehakiman Yang Bebas dan Merdeka
Menurut UUD 1945 Amandemen.
Guna lebih memperkuat dan lebih memberikan jaminan secara konstitusional terhadap agar kekuasaan kehakiman bebas dan merdeka
maka perlu dilakukan amandemen terhadap Pasal 24 UUD 1945.
207 Banyak usulan yang mengemuka selama sidang di PAH BP MPR
mengenai kekuasaan kehakiman bebas dan merdeka. Ini dimaksudkan agar supremasi hukum supremacy of law dapat segera terwujud,
keadilan dan kepastian hukum dapat secepatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, serta MA dan badan-badan kehakiman secara
institusional tak mudah diintervensi oleh kekuatan apapun, termasuk kekuatan birokrasi dan kekuatan uang. Terkait dengan hal ini Abdul
Khaliq Ahmad dari F-KB berpendapat bahwa:
“Kekuasaan Kehakiman yang merdeka, mandiri dan profesional harus secara eksplisit tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil
perubahan kedua nanti. Hal ini dimaksudkan agar supremasi hukum dapat segera terwujud, keadilan dan kepastian hukum dapat secepatnya
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dan Mahkamah Agung dan Badan-badan Kehakiman secara institusional tak mudah diintervensi
oleh kekuatan apapun, termasuk kekuatan birokrasi dan kekuatan uang. Kita merasakan selama ini, bahwa birokrasi tidak hanya sekedar alat
penyelenggara administrasi negara, melainkan juga telah menjadi alat politik untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang
merdeka itu. Demikian pula halnya dengan kekuatan uang dari elite bisnis maupun pemerintahan, sehingga hukum menjadi mandul dan tak
mampu menjamahnya. Pada akhirnya hukum dan penegak hukum menjadi lemah dan tak berdaya. Hukum tunduk pada kekuasaan, bukan
kekuasaan tunduk pada hukum. Kelemahan lain dari kekuasaan kehakiman selama ini adalah rancu dan tidak jelasnya kedudukan
lembaga peradilan di Indonesia. Di satu pihak lembaga peradilan termasuk dalam lembaga eksekutif melalui Departemen Kehakiman. Di
pihak lain ada Mahkamah Agung. Proses rekruitmen, penempatan, pembentukan karir seorang hakim dilakukan dan ditangani oleh
Departemen Kehakiman, tetapi dalam mekanisme peradilan ditentukan Mahkamah Agung
”.
93
Usulan dari F-KB tersebut mendapat dukungan dari Asnawi Latief dari F-PDU, dalam pengantar fraksinya, Asnawi latif
menyatakan melarang adanya segala bentuk campur tangan baik langsung maupun tidak langsung terhadap kekuasaan kehakiman dan
93
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Naskah Komprehensif.... , Buku VI Tentang Kekuasaan Kehakiman, Loc Cit, hlm. 71-72.
208 meminta adanya pengkajian terhadap perlu tidaknya lembaga
kepolisian dan kejaksaan agung diatur dalam konstitusi. Hal ini sebagaimana yang Asnawi Latief katakan bahwa:
“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, lepas dari pengaruh badan negara yang lain atau pemerintah atau dari pihak
manapun yang
akan mempengaruhi
dalam melaksanakan
wewenangnya. Segala bentuk campur tangan baik langsung maupun tidak langsung terhadap kekuasaan kehakiman, dilarang…”
94
Usulan lain dikemukakan oleh Prof. Dewa Gede Atmadja. Menurut beliau bahwa:
“Kemudian yang kedua, hal yang berkait dengan ketentuan kebebasan kekuasaan kehakiman kali ini. Saya kira perlu diberi penjelasan lagi,
kelengkapan lagi Pasal 24, Pasal 25 Undang-Undang Dasar 1945 khususnya barangkali kekuasaan kehakiman betul-betul tidak dapat
dicampuri. Meskipun sekarang sudah ada perubahan Undang-undang pokok kekuasaan kehakiman menjadi Undang-undang Nomor 35 Tahun
1999. Kemudian yang berkait dengan ini juga kejelasan barangkali mengenai kedudukan hakim sebagai pejabat negara
”.
95
Adapun usulan perubahan terhadap Pasal 24 dan Pasal 25 UUD 1945 juga disampaikan AIPI melalui juru bicaranya Isbodroini
Soejanto. AIPI memberikan usulan yaitu.
“Nah, kemudian Pasal 24 dan Pasal 25 itu mengenai lembaga kehakiman. Ini juga barangkali perlu dirinci secara jelas agar lembaga
kehakiman itu berdiri otonom. Jadi, tidak seperti pemerintahan yang lalu itu, lembaga kehakiman itu sudah terkooptasi ke dalam kekuasaan.
Dia menjadi di bawah Presiden. Dia nggak punya lagi otonomi atau wewenang untuk melakukan tugasnya. Kalau saya lihat perbandingan di
beberapa negara nggak usah jauh-jauh di Malaysia saja, ini lembaga kehakiman luar biasa dia mempunyai kekuasaan yang sangat mandiri,
otonom, terlepas dari dikooptasi ke dalam kekuasaan. Karena salah satu rusaknya negara kita itu juga karena fungsi kehakiman yang amburadul,
yang tidak bisa lagi otonom
”.
96
Dengan adanya usulan-usulan tersebut maka di sepakati bahwa rumusan dalam Penjelasan yang memberikan landasan hukum bagi
94
Op Cit, hlm. 74.
95
Op Cit, hlm. 85.
96
Op Cit, hlm. 112.
209 Kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka di cantumkan dalam
batang tubuh. Sehingga asas kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka secara konstitusional di atur secara eksplisit dalam Pasal 24
ayat 1 UUD NRI 1945. Pasal tersebut mengatur bahwa:
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
10. Peradilan Tata Negara Mahkamah Konstitusi.