Asas Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut UUD 1945 Pra

138 Indonesia adalah bangsa dan negara yang beragama, namun bukan suatu negara agama berdasarkan pada satu agama dan juga bukan suatu negara sekuler. Dengan adanya asas Ketuhanan Yang Maha Esa ini maka di negara Indonesia dijamin adanya kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya dan juga melarang adanya ateisme dan anti Tuhan atau anti agama.

a. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut UUD 1945 Pra

amandemen. Untuk mengetahui maksud dari rumusan asas Ketuhanan Yang Maha Esa, maka harus melihat pada pemikiran-pemikiran yang terjadi pada waktu perumusan mengenai asas Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut dalam sidang BPUPKI dan PPKI. Dalam sidang-sidang tersebut terjadi perdebatan mengenai asas Ketuhanan Yang Maha Esa dikaitkan dengan pembahasan mengenai dasar negara Indonesia. Dalam pembahasan mengenai dasar negara terdapat tiga kubu yaitu kubu yang menginginkan Indonesia berdasarkan Pancasila, kubu yang menginginkan Indonesia berdasarkan pada sosialis dan kubu yang menginginkan Indonesia di dasarkan pada Islam. Dalam pembahasan tersebut, Muhammad Yamin mendapatkan kesempatan yang pertama untuk menyampaikan gagasannya. Menurutnya Indonesia yang merdeka adalah bangsa yang mempunyai Ketuhanan Yang Maha Esa. “Bahwa bangsa Indonesia yang akan bernegara merdeka itu ialah bangsa yang beradaban luhur, dan peradabannya itu mempunyai Tuhan yang maha esa. Oleh sebab itu, maka dengan sendirinya kita insyaf, bahwa negara kesejahteraan Indonesia merdeka itu akan ber- Ketuhanan. Tuhan akan melindungi negara Indonesia merdeka itu ”. 15 15 Muhammad Yamin, Loc Cit, hlm. 94 139 Pada kesempatan yang lain Soepomo juga menyampaikan pendapatnya mengenai Indonesia yang merdeka harus memisahkan antara negara dengan agama. Namun menurut Soepomo, Indonesia bukanlah negara yang a-religius tidak beragama. “Negara Indonesia itu hendaknya dianjurkan, supaya para warga negara cinta kepada tanah air, ikhlas akan diri sendiri dan suka berbakti kepada tanah air, supaya mencintai dan berbakti kepada pemimpin dan kepada negara; supaya takluk kepada Tuhan, supaya tiap-tiap waktu ingat kepada tuhan. Itu semuanya harus dianjur-anjurkan, harus dipakai sebagai dasar moral dari negara nasional yang bersatu itu. Dan saya yakin. Bahwa dasar-dasar itu dianjurkan oleh agama Islam ”. 16 Pendapat dari Soepomo yang menyatakan bahwa Negara Indonesia bukanlah negara yang a-religius mendapat dukungan dari Soekarno. Menurut Soekarno Indonesia yang merdeka adalah yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Soekarno yang mendapat kesempatan terakhir pada tanggal 1 Juni 1945 mengatakan bahwa: “Prinsip Ketuhanan Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia Hendaknya ber-Tuhan, Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al masih, yang Islam ber-Tuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan”. 17 Perdebatan-perdebatan yang terjadi dalam rapat BPUPKI atau PPKI menghasilkan kompromi mengenai hubungan antara negara dengan agama tersebut sehingga diterima dan disepakati beberapa ketentuan dalam UUD yaitu dalam rumusan Pasal 29 UUD 1945. Pasal 29 1 Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 16 Op Cit, hlm. 117. 17 Soekarno, Loc Cit, hlm. 19. 140 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

b. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut UUD 1945