200 Salah satu pranata untuk mencegah agar tidak terjadi penyalahgunaan
kekuasaan yang dilakukan oleh penguasa adalah dengan cara mekanisme atau pranata impeachment. Sebagai perwujudan dari negara
hukum yang demokratis dalam hal Presiden danatau wakil Presiden di indikasikan atau diduga kuat telah melakukan pelanggaran hukum,
maka Presiden danatau wakil Presiden diproses melalui mekanisme ketatanegaraan. Proses melalui mekanisme ketatanegaraan ini biasanya
disebut sebagai impeachment. Proses impeachment ini juga untuk menegaskan bahwa dalam negara hukum semua orang dihadapan
hukum adalah sama, bahkan terhadap presiden sekalipun. Berkaitan dengan impeachment tersebut, sebelum adanya
amandemen terhadap UUD 1945, Indonesia tidak mengenal adanya pranata impeachment. Pranata impeachment baru dikenal di Indonesia
setelah adanya amandemen terhadap UUD 1945.
a. Impeachment Menurut UUD 1945 Pra Amandemen.
UUD 1945 secara eksplisit maupun implisit tidak ditemukan ketentuan yang jelas dan tegas mengenai mekanisme impeachment.
UUD 1945 hanya mengatur mengenai pergantian kekuasaan dari Presiden kepada Wakil Presiden, jika Presiden meninggal, berhenti atau
tidak dapat melakukan kewajibannya sebagai Presiden. Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal 8 UUD 1945 yang mengatur
bahwa:
Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis
waktunya.
Meskipun di dalam UUD 1945 tidak ditemukan ketentuan tentang impeachment bukan berarti Presiden tidak dapat dimintai
pertanggungjawabannya jika
melakukan pelanggaran
dalam
201 menjalankan tugasnya. Di dalam UUD 1945 Presiden dapat dimintai
pertanggungjawabannya oleh MPR jika Presiden danatau Wakil Presiden dianggap telah melanggar haluan negara. Logikanya, MPR
setiap saat dapat memakzulkan Presiden, manakala Presiden tidak dapat mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kekuasaan
pemerintahan negara dihadapan MPR.
87
Landasan hukum terhadap hal ini di nyatakan dalam Penjelasan UUD 1945, yaitu:
Presiden diangkat oleh Majelis, tunduk dan bertanggungjawab kepada Majelis.
Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi tindakan- tindakan Presiden jika Dewan menganggap bahwa Presiden
sungguh-sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat, maka majelis itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar supaya bisa minta pertanggungjawaban kepada
Presiden.
Terkait dengan Penjelasan UUD 1945 diatas, Soepomo pada waktu sidang BPUPKI menjelaskan bahwa:
“jikalau ada kejadian karena kita semua hanya manusia saja misalnya, bahwa pemerintahan atau kepala negara bertindak anti sosial, artinya
melanggar pokok-pokok dasar pemerintahan yang telah termasuk dalam hukum dasar, sudah tentu hal itu dikoreksi dalam Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
”
88
b. Impeachment Menurut UUD 1945 Amandemen.