Produksi Tanaman Per Plot g

menurun secara linear dan produksi tanaman sampel tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organik cair kulit pisang kepok C . Produksi tanaman sampel yang tertinggi dan berpengaruh nyata adalah pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organik. Ketersedian unsur hara yang mencukupi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman di dalam media tanam digunakan sebagai penyusun bagian-bagian tanaman sehingga diperoleh produksi tanaman, berdasarkan hasil analisis Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2013. Damanik dkk 2011 menjelaskan bahwa unsur hara yang diserap tanaman digunakan antara lain untuk menyusun bagian-bagian tanaman. Jumlah unsur hara yang dibutuhkan untuk menyususn bagian-bagian tanaman tersebut berbeda untuk setiap jenis tanaman, maupun untuk jenis tanaman yang sama tetapi tingkat proudksi yang berbeda.

5.9 Produksi Tanaman Per Plot g

Data pengamatan produksi tanaman per plot caisim umur dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 53 sd 54 yang menunjukkan perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata produksi tanaman per plot tanaman pada umur tanaman 40 HSPT dan pupuk organik padat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata. Data produksi tanaman per plot caisim umur 40 HSPT pada berbagai dosis pemberian pupuk organik padat dan pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan interaksi pupuk organik cair dengan padat kulit pisang kepok berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tanaman per plot, dengan produksi tanaman per plot tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan P C 0. Tabel 10 juga menunjukkan pada perlakuan pemberian pupuk organik cair kulit pisang kepok berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman per plot dengan bobot produksi tanaman per plot tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organik cair C yang berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan. Perlakuan pemberian pupuk organik padat kulit pisang kepok berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tanaman per plot dengan produksi tanaman per plot tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organik padat P . Tabel 10. Produksi tanaman per plot caisim g umur 40 HSPT pada berbagai dosis pemberian pupuk organik padat dan pupuk organik cair dari kulit pisang kepok Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Kepok mltanamanaplikasi Pupuk Organik Padat Kulit Pisang Kepok gtanaman Rataan P P 1 30 P 2 60 P 3 90 40 HSPT C 0 67.69 76.17 39.61 39.92 55.85 a C 1 25 36.57 27.08 31.74 12.86 27.06 b C 2 45 48.49 24.08 42.34 23.24 34.54 b C 3 65 23.75 29.55 29.82 29.85 28.24 b Rataan 41.47 39.22 35.88 26.47 36.42 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5. Hubungan produksi tanaman per plot caisim 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dari kulit pisang kepok dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Hubungan produksi tanaman per plot caisim 40 HSPT dengan pemberian pupuk organik cair dari kulit pisang kepok Gambar 9 menunjukan dengan peningkatan dosis pemberian pupuk organik cair 25, 45 dan 65 mltanamanaplikasi produksi tanaman per plot menurun secara linear dan produksi tanaman per plot tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organik cair kulit pisang kepok C . Produksi tanaman per plot merupakan parameter terakhir yang di amati, dari data Tabel 10 dan Gambar 10 dapat dilihat bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata dan tertinggi untuk produksi tanaman per plot adalah perlakuan tanpa pemberian pupuk. Unsur hara yang terdapat di tanah sebagai media tanam dapat mencukupi kebutuhan unsur hara untuk pembentukan tubuh tumbuhan yang akan dipanen sebagai produksi. Bagian tanaman caisim yang dipanen sebagai produksi adalah bagian vegetatif tanamannya yaitu daun. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Damanik dkk 2011 yakni secara umum kebutuhan tanaman akan pupuk ditentukan oleh macam bagian-bagian tanaman atau produksi yang diharapkan. Produksi tanaman yang diharapkan dalam bentuk panenan berbeda- beda. Misalnya tanaman yang diusahakan untuk diambil daunnya, seperti tanaman sayur-sayuran, atau tanaman yang diambil bagian vegetatifnya memerlukan pupuk yang banyak mengandung Nitrogen. Maka pada perlakuan pemberian pupuk organik, produksi tanaman per plot menjadi tidak nyata hal ini dikarenakan tidak tersedianya unsur hara makro dan mikro terutama N bagi tanaman yang disebabkan oleh kemasaman tanah, rendahnya pH pupuk organik padat pH 4,8 dan cair pH 4,5 dari kulit pisang kepok dan di media tanam pH 5,0 karena pada tanah yang masam pengaruh pemberian pupuk N menjadi jelek terhadap pertumbuhan tanaman, hal ini sesuai dengan pernyatan dari Damanik, dkk 2011 pada tanah yang bereaksi masam penggunaan pupuk ammonium memberi pengaruh yang jelek terhadap pertumbuhan tanaman. penjelasan ini juga semakin diperkuat oleh keterangan bahwa CN dari pupuk organik padat CN 4,62 dan cair CN 3,06 kulit pisang kepok yang terlalu rendah yakni dibawah 10 dimana CN suatu pupuk organik atau kompos yang baik untuk digunakan sebagai penambah unsur hara berada pada kisaran CN 15-20 pernyataan ini sesuai dengan BPPP 2011 Rasio CN merupakan faktor paling penting dalam proses pengomposan. Hal ini disebabkan proses pengomposan tergantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan pembentuk sel dan nitrogen untuk membentuk sel. Proses pengomposan yang baik akan menghasilkan CN yang ideal sebesar 15-20. Jika rasio CN tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang. Selain itu diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan dengan degradasi bahan kompos, sehingga waktu pengomposan akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan memiliki mutu rendah. Jika CN-rasio terlalu rendah, kelebihan nitrogen N yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui volatisasi sebagai ammonia. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan